Perkembangan Seni Patingtung, Bermula Iringi Sabung Ayam Sultan, Kode Warga Berkumpul

- 13 September 2021, 12:35 WIB
Perkembangan Kesenian Patingtung Mulai dari pengiring Sabung Ayam, Kode untuk memanggil warga dan sebagai pertunjukan hiburan.
Perkembangan Kesenian Patingtung Mulai dari pengiring Sabung Ayam, Kode untuk memanggil warga dan sebagai pertunjukan hiburan. /kebudayaan.kemdikbud.go.id

Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan menguatnya ajaran Islam di Banten, dan masyarakat Banten sudah dominan menganut agama Islam, kebiasaan atau fungsi awal dari Seni Patingtung ini pun ditinggalkan.

Dalam artinya, Seni Patingtung ini difungsikan berbeda terkhusus oleh para ulama Banten.

Dahulu, saat akan memanggil warganya untuk berkumpul, para ulama memanfaatkan Seni Patingtung ini.

Baca Juga: 1.000 Laga untuk Jose Mourinho di Klub Berakhir Manis, Saatnya AS Roma Scudetto?

Misalnya, jika sudah masuk waktu Sholat, sebagai kode atau ajakan untuk warga agar segera berkumpul untuk solat bersama, maka hal tersebut ditandai dengan di tabuhnya bedug atau gendang berupa waditra Patingtung.

Selain itu, Seni Patingtung pun dimanfaatkan sebagai Kesenian pertunjukan untuk menghibur warga yang biasanya diadakan dalam kegiatan-kegiatan perayaan.

Sebagai bentuk rasa syukur, biasanya Kesenian Patingtung ini di pertunjukan sebagai hibur saat kegiatan khitanan, pernikahan, dan lainnya.

Baca Juga: Potensi Tsunami 28 Meter di Pesisir Selatan Jawa, BMKG Ingatkan Pemda dan Masyarakat Siap Hadapi Hal Terburuk

Dalam pertunjukan tersebut, yang menjadi ciri khas Kesenian Banten, termasuk Kesenian Patingtung ini, ada unsur debusnya.

Sesuai dengan apa yang disebutkan diatas, bahwa Kesenian Patingtung ini merupakan Kesenian yang menggabungkan unsur tarian dan juga debus.

Halaman:

Editor: Yomanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah