Kedua putranya yang mengetahui kedatangan ayahandanya, saling menarik pasukannya masing-masing.
Di hadapan kedua putranya, Prabu Rakata marah besar dan meminta mereka berdamai.
Prabu Rakata menyuruh mereka untuk berjanji agar tidak saling serang, apalagi saling menguasai satu dengan lainnya.
Dengan menjejakkan kakinya ke bumi dengan keras, Prabu Rakata melayangkan tubuhnya ke udara dengan membawa gucinya turun di tepi pantai dan mengisinya penuh air laut.
Setelah itu, Prabu Rakata kembali terbang menuju tempat kedua putranya yang tadi bertempur dan menyuruh keduanya untuk berdiri di wilayah kekuasaannya masing-masing.
Alangkah mengejutkan, Prabu Rakata dengan segala ilmu kesaktiannya menyiramkan air laut dalam guci ke permukaan bumi.
Tepat di tengah kedua putranya yang berdiri berhadapan, mengarah ke utara dan selatan.
Ditaruhnya gucinya di tengah-tengah tempat yang di siram dengan air laut tersebut. Dengan guci itu, daratan terbelah.
Bumi pun bergetar dengan hebatnya, terus bergetar hingga membentuk sebuah celah jurang.
Rekahan bumi pecah, merambat ke arah utara dan selatan hingga bertemunya kedua ujung laut utara dan selatan.