Dia ingin memastikan kalau anaknya tidak dijadikan sapi perah oleh Pak Boy, ditambah saat itu Selly baru melahirkan anak pertama.
Tinggal di rumah bersama anak dan mantu, Peny mulai melihat sosok Pak Boy yang rajin menyapu, ngepel, nyuci baju, juga memasak ala kadarnya.
Pak Boy pun berusaha sebaik mungkin untuk bisa memberikan kesan baik kepada ibu mertuanya itu.
Tapi yang terjadi jauh dari harapan Pak Boy, bukannya mengapresiasi Peny malah sering celoteh-celoteh tengil, celotehnya sedikit tapi nyelikit.
“Suami kok ngepel, suami mah kerja atuh. Jadi apa kek,” kata Peny.
Waduh, Pak Boy terdiam membisu, dia bingung dengan sentilan ibu mertuanya itu, perasaannya jadi buruk.
Semakin hari celotehan Peny semakin sering terdengar, telinga Pak Boy mulai keriting, dia keluhkan hal tersebut kepada istrinya.
Sayang Selly tidak mengindahkannya, dia mengatakan bahwa seperti itulah cara ibunya menasihati seseorang, melalui sentilan-sentilan ringan.
Boleh saja Selly bilang itu adalah sebuah nasihat, tapi bagi Pak Boy dirinya serasa sedang dibully ibu mertua.