Legenda dan Sejarah Gunung Karang Pandeglang Banten

- 21 Juli 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi terkait misteri kramat dan sejarah Gunung Karang Pandeglang - Banten
Ilustrasi terkait misteri kramat dan sejarah Gunung Karang Pandeglang - Banten /Channel Youtube Jejak Para Wali./Tangkap Layar

Sejarah lain dari sumur tujuh berkaitan erat dengan pertarungan Sultan Hasanudin saat ditantang berperang oleh prabu pucuk umum, pertarungan sengit keduanya terjadi di puncak gunung karang, setelah menaklukan prabu pucuk umum Sultan Hasanudin merasa kehausan lalu bermunajat kepada Allah untuk memohon air minum, kemudian sang Sultan menancapkan tongkatnya diatas tanah, atas ijin Allah seketika itu keluarlah tujuh mata air menyembur dari dalam tanah, tepat ditempat   menancapkan tongkat inilah yang sekarang diebut situs keramat sumur tujuh Gunung Karang.

Selain sumur tujuh ada beberapa situs keramat di gunung ini, seperti batu Menhir, petilasan Sultan Maulana Hasanuddin, makam Syeh Rako, dan makam Syeh Karan.

Gunung Karang adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Baca Juga: Wisata Kampung Domba Pandeglang, Sajikan Panorama Alam dari Lereng Gunung Karang 

Gunung Karang ini masuk kedalam kelompok strapo vulkanologi yang berpotensi meletus, meski begitu warga disekitar Gunung Karang menyakini bahwa Gunung keramat ini dijaga oleh para wali, dan Gunung Karang ini merupakan Gunung terbesar yang ada di Provinsi Banten.

Banten di era tahun 1500-san dikuasai oleh kerajaan hindu di bawah pimpinan empat orang raja yang terkenal dengan kesaktiannya, pada saat itu siapa yang kuat maka dia lah yang berkuasa.

Pasukan dari portugis belanda dan inggris begitu mudah masuk ke kawasan Banten. Dapat disimpulkan bahwa pada saat itu Banten dipenuhi oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Baca Juga: Perhutani dan DLH Kabupaten Pandeglang Lakukan Hal Ini di Area Petak 30 RPH Gunung Karang 

Pada tahun 1526 kerajaan Demak mengutus Sultan Cirebon yaitu Syeh Sarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati, bersama putranya Sultan Maulana Hasanudin untuk segera pergi ke Banten.

Pada waktu itu belum ada kendaraan bermesin namun atas ijin Allah jarak antara Cirebon dan Banten dapat mereka tempuh hanya dalam kurun waktu satu jam.

Halaman:

Editor: Maksuni Husen

Sumber: Youtube Jejak Para Wali


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x