Petani di Serang Banten Keluhkan Pupuk Subsidi, Begini Tanggapan Mentan Syahrul Yasin Limpo

- 8 Februari 2023, 21:19 WIB
Menteri pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo didampingi PJ Gubernur Banten Al Muktabar saat panen padi di Desa Sujung Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Banten, Rabu 8 Februari 2023.
Menteri pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo didampingi PJ Gubernur Banten Al Muktabar saat panen padi di Desa Sujung Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Banten, Rabu 8 Februari 2023. /Kabar Banten/Dindin Hasanudin/

KABAR BANTEN - Kalangan petani di Serang Banten mengeluhkan permasalahan pupuk bersubsidi.

Hal itu dikarenakan ketersediaan pupuk bersubsidi masih minim, dan membuat petani di Serang  Banten harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk dapat pupuk non subsidi.

Menanggapi keluhan petani Serang Banten soal pupuk bersubsidi ini, Menteri Pertanian (Mentan) RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa pupuk subsidi tidak ada yang dikurangi. Bahkan jumlahnya malah ditambah pada tahun 2023 dari 8 juta ton menjadi 9 juta ton.

Mentan mengatakan walau jumlah tak dikurangi, namun jenis yang dikurangi lebih pada yang sangat strategis. Dimana dulu ada 67 jenis pupuk kini hanya tinggal 9 jenis.

Baca Juga: BMKG: Indonesia akan Mengalami Fenomena Kulminasi Utama, Apa Itu dan Kapan Terjadi?

"Tentu ini untuk menjaga jumlahnya agar tetap terjaga," ujarnya kepada wartawan saat melakukan panen raya padi di Desa Sujung Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, Banten, Rabu 8 Februari 2023.

Dalam kegiatan tersebut hadir Pj Gubernur Banten Al Muktabar, Kepala Distan Provinsi Banten Agus Tauchid, Staf ahli bupati Serang Rahmat Fitriyadi, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Serang Suhardjo serta sejumlah petani.

Syahrul Yasin Limpo mengatakan menurut dia pupuk bukan langka, hanya saja kemampuan keuangan negara untuk berikan subsidi pupuk hanya 8-9 juta ton.

Sementara kata dia jika dihitung kebutuhan total pupuk mencapai 28 juta ton. Anggaran subsidi pupuk masih sama seperti tahun lalu diangka Rp25 triliun.

Baca Juga: Nyantai di Kedai Santai Cafe and Resto Milenial, Tempat Nongkrong Asik di Kabupaten Serang

"Di dunia, pupuk itu naik tiga kali lipat, tetapi presiden katakan kita komitmen tidak boleh ada penurunan tetapi tentu pembatasan pembatasan terjadi. Subsidi pupuk sama dengan tahun lalu Rp25 triliun, cukup besar," katanya.

Sebelumnya, petani asal Kebon ratu Kecamatan Lebak wangi Kabupaten Serang Rohim mengatakan untuk panen kali ini cukup baik hasilnya.

Dimana dalam satu hektare bisa didapat tujuh ton. Selain itu untuk harga jual gabah kering giling pun sedang tinggi diangka Rp5.800 perkilogram.

"Dijual ke tengkulak lokal, lagi ada untungnya," ujarnya kepada Kabar Banten.

Selain ke petani lokal di Serang Utara juga ada yang menjual ke PT Wilmar. Dimana harga di Wilmar kisaran Rp5.600 sampai 5.700 per kilogram.

"Orang lokal juga banyak yang beli kadang gak kebagian," ucapnya.

Disisi lain dirinya juga mengeluh kan kondisi ketersediaan pupuk bersubsidi. Dimana saat ini jumlah pupuk bersubsidi berkurang dan semakin susah.

"Walau harga bagus tapi tipis untungnya (karena pupuk mahal)," ucapnya.

Ia mengatakan luas lahan padi di Serang utara sekitar 900 hektare dari awalnya mencapai 1.200 hektare namun tergerus.

Petani padi lainnya dari Desa Linduk Kecamatan Tirtayasa Ifat mengatakan pupuk yang diberikan pada padi saat ini tidak maksimal.

Sebab ketersediaannya minum, sehingga petani terpaksa harus menggunakan pupuk non subsidi dengan harga dua kali lipat.

"Kalau normal per hektare itu 5 kuintal, dan pemerintah hanya berikan subsidi untuk 2 kuintal," ujarnya.

Baca Juga: Geger Cilegon, Perlawanan Rakyat Banten Terhadap Kolonial Belanda

Ia mengatakan seharusnya jika ingin hasilnya bagus, ketersediaan pupuk dipenuhi.

Ifat merinci, kebutuhan modal untuk tanam padi mulai dari traktor hand combine harus sewa dengan biaya Rp1,5 juta per hektare

Kemudian biaya beli cangkul Rp500 ribu, tandur borongan mulai dari cabut benih sampai tanam Rp1,7 juta. Selanjutnya untuk biaya ngoyos atau bersihkan rumput per hektare Rp2 juta, biaya pupuk 5 kuintal. Untuk pupuk subsidi per kuintal Rp230 ribu, namun untuk non subsidi Rp600 ribu.

Selain itu ada pula biaya yang dikeluarkan untuk membasmi penyakit dan hama dengan menyemprotkan pestisida.

"Kalau benar untuk pestisida sekitar arp2 juta per hektare. Banyak modalnya," ucapnya.

Karena pupuk mahal saat ini, banyak orang yang punya uang kemudian membeli pupuk dengan jumlah besar dan dijual secara kredit ke petani.

Selain itu dirinya juga mengeluhkan ketika menginput kebutuhan pupuk subsidi ke ERDKK.

Sebab per hektare hanya bisa dipenuhi dua kuintal pupuk subsidi dari kebutuhan 5 hektare.

"Terus kalau punya 5 hektare (lahan) yang diinput hanya bisa 2 hektare," ucapnya. ***

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x