Pintu gerbang pertama yang merupakan jalan masuk berbentuk bentar, yang menunjukkan bahwa halaman tersebut bersifat profan.
Di dalam Keraton Kaibon sendiri terdapat bangunan masjid, dengan demikian bangunan masjid pada Keraton Kaibon diletakkan pada bagian utama keraton.
Di dalam catatan sejarah, pada tahun 1832 bangunan Keraton Kaibon dihancurkan oleh Belanda, dan sekarang yang kita lihat hanya tersisa bagian pondasi, runtuhan dinding dan sisi kiri dari bagian pintu masuknya.
Sejarah Keraton Kaibon sendiri dalam buku Ricklefs terbitan 1981 halaman 108 sampai dengan 109 dan Lubis terbitan tahun 2003 halaman 89, menjelaskan bahwa Keraton Kaibon sendiri merupakan pemindahan dari Keraton Surosowan yang dihancurkan oleh Belanda.
Dan pada masa Sultan Muhammad Tsafiuddin, tahun 1809 sampai dengan tahun 1813, Putra Sultan Zainul Solihin diangkat pemerintah kolonial sebagai pengganti Sultan Alimuddin. Diserahkan daerah Banten Hulu atau Selatan.
Jadi, di masa pemerintahan Sultan Safiudin pusat pemerintahan dipindahkan dari Keraton Surosowan Ke Keraton Kaibon.
Dan ketika itu Belanda yang dipimpin oleh Daendels digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens.
Namun Janssens tidak mampu menghadapi serbuan Armada Inggris ke pulau Jawa yang terjadi pada Agustus tahun 181.
Akibatnya Belanda menyerah kepada pihak Inggris di Salatiga pada tanggal 17 September 1811, melalui Kapitulasi Tuntang.