Pasalnya, di daerah Tangerang sebagian besar berupa tanah partikelir yang dikuasai oleh orng cina dan banyak ditanami padi, kacang tanah, ketela, nila, kelapa, dan berbagai jenis sayuran.
Bukan hanya barang hasil pertanian, kereta api lintas Duri-Tangerang ini juga mengangkut hasil kerajinan ruamh tangga yang banyak dikerjakan yaitu topi dari bambu.
Jadi Primadona
Paska pengakuan kedaulatan Belanda tahun 1949, pemerintah serta industri di Indonesia mulai berbenah, termasuk perkeretaapian.
Djawatan Kereta Api (DKA) sebagai perusahaan kereta api Indonesia (Saat ini PT KAI) saat itu melakukan rehabilitasi perkeretaapian yang hancur di beberapa tempat selama pertempuran mempertahankan kemerdekaan salah satunya stasiun Tangerang.
Saat itu, stasiun Tangerang dikategorikan dalam stasiuan tipe III A/B dengan kurun tahun 1950-1952 penumpang kereta api di stasiun ini mengalami peningkatan.
Tahun 1950 di Stasiun Tangerang jumlah penumpang sebesar 168.847 orang, meningkat menjadi 187.967 penumpang tahun 1951 dan bertambah menjadi 190.544 penumpang di tahun 1952.
Baca Juga: Whoosh: Nama Baru Kereta Cepat Jakarta Bandung
Sampai saat ini, stasiun Tangerang merupakan salah satu stasiun tersibuk dengan 38.000'an penumpang yang naik-turun setiap harinya dengan waktu tempuh Jakarta-Tangerang atau sebaliknya selama 60 menit.
Demikian informasi terkait sejarah Stasiun Tangerang yang hingga kini jadi primadona masyarakat.***