Inilah Tradisi Kupat Qunutan dan Lilikuran di Banten, sebagai Rasa Syukur Kepada Allah SWT

- 28 Maret 2024, 14:45 WIB
Tradisi Ngupat dan Lilikuran Masyarakat Banten
Tradisi Ngupat dan Lilikuran Masyarakat Banten /Resep Koki /


Selanjutnya diteruskan dengan tradisi Lilikuran hingga akhir bulan Ramadan.

Tradisi yang diperkirakan ada sejak zaman Kesultanan Banten ini masih dilakukan sebagian masyarakat di Serang, Lebak dan Pandeglang.

Biasanya setelah memasuki pertengahan bulan Ramadan atau pada hari ke-15 Ramadan, sebagian masyarakat akan memperingati Qunutan dengan ngupat atau membuat ketupat.

Ketupat yang berasal dari beras yang dimasak dan dibungkus daun kelapa yang masih muda atau yang biasa disebut dengan janur sebagai bungkusnya.

Selain ketupat ada juga lepet, yang dibuat dari beras ketan yang dicampur dengan kacang merah, kelapa parut, dan santan mentah. Kemudian dibungkus daun janur dengan bentuk memanjang atau dibungkus dengan daun kaung.

Warga di pelosok Kampung sudah terbiasa membuat wadah ketupat atau urung ketupat.

Lain halnya di wilayah perkotaan jarang yang membuat urung ketupat sehingga harus membeli di pasar tradisional seperti di Pasar Rau Serang dan Pasar Rangkas Bitung.

Banyak pedagang yang menjual wadah ketupat dengan harga mulai dari Rp5.000 setiap satu ikatnya, yang  berisi 10 buah wadah ketupat.

Jika berdasarkan tuntunan agama, Qunut berasal dari doa Qunut yang dilakukan pada saat rakaat terakhir salat Witir yang dimulai sejak hari ke-15 sampai pada akhir bulan Ramadan.

Sedangkan ada juga yang mengistilahkan Qunutan Berdasarkan tradisi sebagai sarana dakwah dan memakmurkan masjid ataupun mushalla dengan cara ngariung dan berdoa bersama-sama.

Halaman:

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Mang Dhepi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x