"Itu dikasih edukasi disampaikan oleh BMKG dan dari komunitas, jadi ada komunitas peduli air, bank sampah. Jadi komunitas bank sampah itu berikan edukasi pada pelajar yang ada di beberapa SMA," ujarnya.
Seperti dikatakan bupati kata Yadi, kegiatan ini tidak cukup berhenti sampah peringatan saja. Tapi kedepannya perlu menjaga sumber daya air khususnya kelestariannya. Kelestarian bukan berarti mengandalkan dari daerah tapi dengan masyarakat bergerak.
"Kedepan bisa dijadwalkan atau dijadikan program bersama komunitas dan P3A di masing masing kecamatan. Ini kan ibu bupati ingin per kecamatan, ketika sudah terbiasa maka dapat menumbuhkan kembali rasa memiliki atau gotong royong di sungai," ucapnya.
Sebab diakui ketika ada sampah di sungai hal itu jadi kendala dan pendangkalan. Akibatnya ketersediaan air baku bisa terhambat, padahal air baku salah satu kebutuhan yang akan dikelola Perumda Tirta Al Bantani.
"Kalau pendangkalan selain karena sampah kita normalisasi yang kita lakukan. Walau kewenangan balai dan provinsi namun wilayahnya tetap ada di Kabupaten Serang, jadi kabupaten pun ingin berbuat maka dilakukan dengan aksi dan kolaborasi," katanya.
Sejauh ini kata dia respon dari masyarakat atas kegiatan tersebut cukup baik. Banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi, kedepan diharapkan bisa lebih banyak.
"Ibu (bupati) menyarankan supaya ini terus terjalin sehingga masyarakat akan lebih meningkat (partisipasinya) untuk bersama sama mengelola sumber daya air kita, salah satunya sungai," ucapnya.***