Banten Alami Deflasi 0,06 Persen

4 Agustus 2020, 09:15 WIB
Logo provinsi Banten

SERANG, (KB).- Badan Pusat Statistik (BPS) Banten mencatat, pada Juli 2020 Banten mengalami deflasi sebesar 0,06 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 105,25.

Deflasi terjadi di Kota Cilegon sebesar 0,18 persen dengan IHK sebesar 106,08, diikuti oleh Kota Tangerang sebesar 0,06 dengan IHK sebesar 104,80. Sedangkan Kota Serang mengalami inflasi sebesar 0,07 persen dengan IHK sebesar 107,05.

Kepala BPS Banten Adhi Wiriana mengatakan, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0.62 persen.

Kelompok yang lainnya mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,07 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,00 persen.

Kemudian, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,50 persen. Kelompok kesehatan sebesar 0,22 persen. Kelompok transportasi sebesar 0,03 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,07 persen.

"Kelompok rekreasi, olah raga dan budaya sebesar 1,20 persen. Kelompok pendidikan sebesar 0,29 persen. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,08 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,29 persen," katanya.

Perkembangan harga berbagai komoditas pada Juli 2020 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Banten di 3 kota pada Juli 2020 terjadi deflasi sebesar 0,06 persen, atau terjadi penurunan IHK dari 105,31 pada Juni 2020 menjadi 105,25 pada Juli 2020.

"Tingkat inflasi tahun kalender Juli 2020 sebesar 1,11 persen dan tigkat inflasi tahun ke tahun (Juli 2020 terhadap Juli 2019) sebesar 2,01 persen," ujarnya.

Berdasarkan pemantauan terhadap 416 jenis barang dan jasa serta hasil survei biaya hidup (SBH) tahun 2018 di Kota Serang, Tangerang dan Cilegon baik secara mingguan, dua mingguan maupun bulanan, diketahui pada bulan Juli 2020 ini sebanyak 210 komoditas mengalami perubahan harga.

Rinciannya, 136 komoditas mengalami kenaikan harga dan sisanya sebanyak 74 komoditas mengalami penurunan harga. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Juli 2020 antara lain ayam hidup, ikan bawal, buah naga, petai, sepeda, telur ayam ras, jengkol, sepeda anak, tarif kendaraan roda 2 online dan tarif kendaraan roda 4 online.

Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga di bulan Juli 2020 antara lain: bawang merah, bawang putih, cabai rawit, kol putih/kubis, cabai merah, sawi hijau, daun bawang, gula pasir, pepaya dan angkutan udara.

Pada Juli 2020 dari 11 kelompok pengeluaran 6 kelompok di antaranya memberikan sumbangan inflasi di atas 0,01 persen, 1 kelompok memberikan sumbangan deflasi di atas 0,01 persen dan sisanya 4 kelompok memberikan sumbangan inflasi/deflasi di bawah 0,01 persen.

Kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan inflasi di atas 0,01 persen yaitu kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,03 persen. Kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen. Kelompok rekreasi, olah raga dan budaya sebesar 0,02 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,02 persen.

Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,01 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0.02 persen.

"Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,17 persen," ucapnya.

Sementara kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi/deflasi di bawah 0,01 persen yaitu kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, kelompok transportasi, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

"Beberapa komoditas yang dominan menyumbang deflasi pada bulan Juli ini adalah komoditas bawang merah, daging ayam ras, angkutan udara, pepaya, bawang putih, cabai rawit, jeruk, kopi bubuk, minyak goreng dan pasta gigi. Sementara komoditas yang dominan menyumbang inflasi pada bulan Juli ini adalah komoditas telur ayam ras, air kemasan, buah naga, ikan bawal, sekolah dasar, pelumas/oli mesin, kipas angin, bedak, angkutan antar kota, dan sepeda anak," tuturnya.

Tanda baik

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banten Babar Suharso mengatakan, deflasi merupakan kebalikan inflasi yang artinya nilai uang menguat terhadap komoditi. Hal itu terjadi karena dalam empat bulan ke belakang beberapa komoditi rata-rata mengalami kenaikan.

"Sekarang produk tersebut produk panen sehingga cukup banyak masuk ke pasar dan jadi deflasi," katanya.

Secara ekonomi, deflasi menunjukkan tanda yang baik. Akan tetapi, deflasi dikhawatirkan merugikan produsen.

"Secara produsen makanan kan murah. Mudahan-mudahan petani tidak dirugikan. Kalau konsumen kan diuntungkan. Itulah kenapa inflasi perlu dijaga agar kedua belah pihak diuntungkan," ujarnya.

Guna menjaga inflasi, ke depan perlu diatur sistem distribusi pangan. Ketika melimpah hasil pangan disimpan sehingga pada waktu panceklik harga tidak melambung tinggi.

"Kalaupun produknya sayur itu bagaimana bisa awet supaya pada waktu paceklik harga berimbang," ucapnya. (SN)*

Editor: Kabar Banten

Tags

Terkini

Terpopuler