Sempat Terhenti, Pembangunan Masjid Terapung Banten Capai 20 Persen

- 8 November 2017, 15:15 WIB
proyek masjid terapung banten2
proyek masjid terapung banten2

SERANG,(KB).- Pembangunan Masjid Terapung Banten (MTB) yang berlokasi di Desa Cikoneng, Kecamatan Cinangka, kembali dilanjutkan. Proyek pembangunan yang sempat terhenti selama satu tahun tersebut kini kembali dilanjutkan dan progressnya sudah mencapai 20 persen dari keseluruhan proyek pembangunan. Pantauan Kabar Banten, tampak dua buah alat berat berada di lokasi pembangunan masjid. Selain itu, para pekerja pun tampak sedang melakukan aktivitas pengerjaan pada bagian masjid induk yang menjorok ke laut. Tiang-tiang pancang pun sudah tampak berdiri dan siap untuk dilakukan pengecoran. Wakil Ketua Panitia Pembangunan MTB, Embay Mulya Syarief mengatakan, untuk saat ini pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pembangunan masjid tersebut tinggal hal mudah. Sebab yang tersulit untuk pembangunannya adalah saat harus mengebor tiang pancang di laut, dan bersyukur pekerjaan itu sudah selesai. “Itu butuh metode, kemudian kehati-hatian, karena kita khawatir ada orang tenggelam disitu, kemudian peralatan dan sebagainya. Pekerjaan itu sudah lewat sekarang Alhamdulillah,” ujar Embay kepada Kabar Banten saat ditemui di rumahnya, Selasa (7/11/2017). Embay mengatakan, pembangunan masjid tersebut memang sempat terhenti kurang lebih selama satu tahun. Terhentinya pembangunan itu bukan karena tak ada dana, namun karena tak ada motor penggerak di lapangan pasca dirinya ikut mencalonkan diri dalam pilgub lalu. “Setahun vakumnya, persis saya masuk pencalonan bulan September 2016, saya kembali Oktober 2017 kelapangan. Dananya ada, hanya enggak ada penggerak di lapangan,” katanya. Walau demikian, lanjutnya, pembangunan masjid tersebut kembali dilanjutkan dan sudah berjalan hampir 2 bulan. Saat ini pembangunannya sudah tinggal melakukan pengecoran lantai dari atas ke bawah dan juga tiang pancang yang berada di laut. “Akhir Desember lantai sudah selesai. Setelah Desember kan pekerjaannya tinggal pasang dinding, kan menyambung tiang dari bawah ke atas yang pekerjaan orang biasa juga bisa,” tuturnya. Saat ditinjau, tampak ada satu bangunan yang jauh menjorok di tengah laut. Menurut Embay, bangunan tersebut merupakan masjid induk yang berada di tengah laut. Untuk saat ini lokasinya tidak tampak seperti di laut, sebab lantai kerjanya merupakan urugan. Ia mengatakan, pengurugan tersebut dilakukan lantaran tidak bisa memasang ponton dan juga alat berat. Oleh karena itu dilakukan view engineering atau peninjauan kembali. “Nah dibuatlah pulau buatan seperti sekarang, pulau buatan itu kalau masjidnya sudah jadi akan ditenggelamkan karena untuk menahan gelombang dibawah. Jadi enggak ada yang terbuang,” katanya.
Jika melihat hasil kerjanya, lanjut dia, progress pembangunan MTB terhitung cepat. Sebab pengerjaannya sendiri menghadirkan dua orang professor dan tiga orang doktor dari Institut Tekhnologi Bandung (ITB). Namun setelah pekerjaan berat itu selesai, yang menjadi kesulitan selanjutnya adalah kaitan dengan penggalangan dana. Sebab untuk membangun masjid tersebut membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. “Kalau seluruhnya mahal yah, karena kita bikin tujuan wisata di daerah wisata yang gemerlap tidak mungkin kita bikin asal-asalan, siapa yang mau datang. Kita harus bisa mengimbangi gemerlapnya dunia hiburan disana. Kalau kita hiburannya rohani atau spiritual, berbeda dengan yang hura-hura, untuk mengimbangi itu kita membuat bangunan yang mewah,” ujarnya. Menurutnya, untuk membangun masjidnya saja diperkirakan akan membutuhkan anggaran sebesar Rp. 30 Miliar. Namun jika dihitung dengan pembangunan asrama, aula, sekolah tinggi ilmu ekonomi kelautan dan juga bisnis center untuk menampung masyarakat miskin sekitar, anggaran yang dibutuhkan awalnya mencapai Rp. 300 Miliar. Namun kemudian anggaran itu diturunkan menjadi Rp. 130 Miliar. “Itu kan bertahap, kalau masjidnya jadi, orang akan otomatis datang, makanya sekrang kita mengejar ke masjidnya,” ucapnya. Ia menuturkan, pembangunan masjid itu sudah berlangsung sejak 4 tahun lalu. Untuk dapat membangun masjid tersebut memang cukup memakan waktu yang lama, terutama untuk pembebasan lahannya. Mulai dari tanah yang bersengketa hingga kemudian dibatalkan oleh pemiliknya. Sampai kemudian lokasi pembangunanya yang sempat dipindahkan, semula di Kecamatan Anyar, kini di Cinangka. “Itu prosesnya lebih dari setahun mencari tanah. Tapi kalau sekarang dinilai dari harga tanahnya saja sudah berapa kali lipat, kita luaskan tanah dari total 1,7 hektar, sekarang menjadi 2,7 hektar,” katanya. Anggaran yang digunakan untuk pembangunan masjid tersebut memiliki beberapa sumber. Seperti dari dana APBD baik provinsi maupun Kabupaten Serang, kemudian iuran Korpri, iuran panitia, hingga dari masyarakat melalui Gasebu (Gerakan Sejuta Umat Seratus Ribu). “Saya kan enggak muluk-muluk, di Banten ini kan penduduknya 12 juta, masa iya sejuta orang susah untuk Rp. 100 ribu itu. Kan banyak masyarakat Banten yang uang Rp. 100 ribu itu sudah untuk semir sepatu. Itu saja kalau berjalan bisa Rp.100 Miliar, kan enggak ganggu. Yang jelas kalau dana APBD itu larinya ke pembebasan tanah dan pondasi,” ujarnya. Menurut dia, jika anggaran untuk pembangunan tersebut tersedia, maka pada akhir tahun 2018 mendatang untuk masjid nya saja sudah bisa selesai. Untuk sejauh ini, jika menghitung keseluruhan, proyek pembangunan MTB sudah mencapai 20 persenan. “Karena pekerjaan pondasi itu mahal sekali yah, kita butuh tekhnologi, tenaga ahli, terus metode, sekarang Alhamdulillah itu masjid satu-satunya yang ada ditengah laut,” ucapnya. Ia mengatakan, jika masjid tersebut sudah jadi, nantinya akan dilakukan pengajian senja setiap sebulan sekali. Pengajian itu yang nantinya akan menjadi ciri khas MTB. Menurutnya, masjid terapung tersebut memang harus wah, sebab berada di daerah pariwisata. Namun bukan berarti bermewah-mewahan tapi lebih kepada untuk menekan kemaksiatan. “Disana kan kemaksiatan sudah sangat mengkhawatirkan, kasus meledaknya 1 ton sabu itu enggak jauh dari sana. Terus kita juga khawatir dengan kurangnya pembinaan masyarakat pesisir, bisa lari ke hal negative. Jadi tujuan kita itu enggak ada untuk bermewah-mewah, karena kita ada dilokasi gemerlap maka harus gemerlap juga,” tuturnya. (DN)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah