Jika Masih Timbulkan Konflik di Masyarakat, Wabup Minta Proyek Geothermal Ditunda

- 9 Maret 2018, 10:15 WIB
2---hl
2---hl

SERANG, (KB).- Wakil Bupati (Wabup) Serang, Pandji Tirtayasa meminta pembangunan proyek geothermal atau pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) di Desa Batukuwung, Kecamatan Padarincang tidak dipaksakan atau ditunda dahulu selama masih menimbulkan konflik di masyarakat. Hal tersebut diungkapkan saat menghadiri acara focus grup discussion (FGD) di Pesantren Cidanghiang, Desa Barugbug, Kecamatan Padarincang, Kamis (8/3/2018). Hadir pada kesempatan tersebut, Dandim 0602/Serang, Letkol Czi Harry Praptomo, Kapolres Serang Kota, AKBP Komarudin, dan tokoh masyarakat. Pantauan Kabar Banten, dalam acara FGD tersebut, sempat menghadirkan ahli geothermal dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan perwakilan Walhi Pusat. Mereka memberikan penjelasan terkait dampak positif dan negatif terkait megaproyek tersebut. Sempat terjadi tanya jawab dan adu argumen antara warga dengan ahli dan juga pihak perusahaan. Wabup Serang, Pandji Tirtayasa menuturkan, saat ini pihaknya sudah mendengar semua keluhan masyarakat dan sebagian besar menolak proyek geothermal tersebut. Pihaknya tidak bisa memberikan solusi untuk masalah tersebut. Namun yang pasti, adanya penolakan tersebut, dikarenakan masyarakat sejak awal sudah memiliki perasaan luka oleh perusahaan. “Kalau saya melihatnya itu, masyarakat merasa tidak diajak bicara, merasa di depak, ada aktivitas di lingkungannya, dan merasa tidak dilibatkan,” katanya kepada Kabar Banten di lokasi. Ia mengatakan, karena sudah ada rasa luka di masyarakat, maka seperti apapun penjelasan ilmiah dan teknis yang diberikan tetap tidak akan masuk. Oleh karena itu, jika memang perusahaan yakin proyek tersebut bisa memberikan banyak manfaat dibanding mudaratnya, maka langkah pertama yang harus dilakukan, adalah mengobati luka masyarakat. “Bagaimana caranya, silakan mereka yang tahu,” ujarnya. Ia menuturkan, dalam hal tersebut, Pemkab Serang menginginkan perusahaan tetap harus berjalan, tetapi tidak boleh menimbulkan konflik di masyarakat. Sebab, sebagus apapun proyek tersebut, jika berimplikasi kepada konflik di masyarakat, maka harus ditahan atau di-pending dahulu. “Yakinkan dulu, obati luka masyarakat itu,” ucapnya. Menyikapi kondisi seperti itu, pihaknya akan mencoba berkoordinasi kembali dengan Pemprov Banten. Sebab, bagaimana juga, Pemkab Serang tidak dalam posisi memberi atau mencabut izin. Karena, semua izin berada di tingkat provinsi dan pusat. “Cuma karena domisilinya ada di kabupaten, makanya apa yang terjadi hari ini ya kami laporkan ke provinsi. Kejadian di masyarakat seperti itu,” tuturnya. Selain itu, pihaknya akan kembali mengundang perusahaan. Tujuannya untuk memberikan penjelasan, bahwa kondisi di masyarakat masih terjadi konflik dan penolakan. “Jangan dipaksakan kalau situasi seperti ini, nanti akan terjadi friksi di lapangan. Saya tidak bicara sosialisasi, tapi obati luka masyarakat, karena saya melihat ada luka yang mendalam,” katanya. Proyek nasional Kepala Teknis PT Sintesa Banten Geothermal, Syarian Siregar dalam forum tersebut mengatakan, proyek yang akan dibangun tersebut merupakan milik nasional atau bukan perusahaan asing. Oleh karena itu, dia memohon, agar masyarakat mengerti. “Asli Indonesia, mohon dimengerti,” ujarnya. Ia menuturkan, ada beberapa daerah di Banten yang memiliki potensi panas bumi, di antaranya di Gunung Karang, Rawa Danau, dan Padarincang. Hal tersebut, didasarkan pada studi kajian ilmiah UI bekerja sama dengan Lapan. “Menyatakan, di Padarincang ada potensi panas bumi yang diperkirakan sekitar 150 megawatt. Potensi panas bumi kami terbesar ketiga,” ucapnya. Ia mengatakan, energi panas bumi tersebut, merupakan energi terbarukan dan tidak pernah habis jika dibandingkan energi fosil. Selain itu, energi fosil menimbulkan emisi hingga 60 persen, sedangkan panas bumi hanya berdampak 5 persen. Untuk saat ini, di Gunung Raksak, Kecamatan Padarincang akan dilakukan tahapan eksplorasi untuk data awal. “Melakukan pengeboran dengan tetap menjaga ekosistem dan lingkungannya,” tuturnya. Setelah semua tahapan eksplorasi tersebut selesai, baru kemudian masuk kepada hasil kajian. Setelah itu barulah masuk pada tahap kedua, yakni eksploitasi. “Jadi, masih panjang jalannya, kalau memang ada potensi baru kami pasang pipa selubung dan di atasnya kami pasang kepala sumur,” katanya. (DN)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah