Saat Mengalami Musibah dan Bencana, Jangan Berburuk Sangka, Segera Lakukan Ini Niscaya Hati Jadi Tenang

9 Desember 2021, 19:19 WIB
Ilustrasi mengungkap hikmah di balik musibah dan bencana /freepik.com/jcomp

KABAR BANTEN – Umat manusia hidup tidak hanya mendapatkan kenikmatan. Namun ada juga yang mengalami musibah dan bencana.

Tahun 2021, selain pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Desember 2021 ini masyarakat di Lumajang terkena bencana erupsi Gunung Semeru.

Bencana erupsi Gunung Semeru menyebabkan puluhan korban meninggal, terbakar dan sejumlah harta benda.

Bagi kalangan orang yang beriman, musibah memiliki banyak faedah, manfaat, maupun hikmah yang terkandung di dalamnya.

Baca Juga: Tiga Macam Ujian dan Derajat Kesabaran Manusia

Sejumlah ulama shalafusholih banyak yang menuliskan karyanya mengenai hikmah di balik musibah dalam bentuk kitab. Salah satunya Syekh Izzudin Abdissalam As-Syafii.

Syekh Izzuddin yang bergelar Sulthan al-Ulama menuliskan kitab khusus mengenai faedah musibah dan ujian, yakni dengan judul "Al-Fitan wal Balaya wal Mihan Warrajaya au Fawaidul Balwa wal Mihan".

Siapakah Syekh Izzuddin? Nama lengkap Syaikh Izzuddin adalah Abu Muhammad Izzuddin Abdul Aziz bin Abdis Salam bin Abu al-Qasim bin al-Hasan bin Humman al-Salami al-Dimasyqi al-Syafi'i. Dilahirkan di Damaskus pada 577 Hijriah. Riwayat lain menyebutkan beliau lahir pada 578 Hijriah.

Baca Juga: Kisah Menakjubkan Syekh Nawawi Al Bantani saat Telunjuknya Jadi 'Lampu'

Dalam kitab Fawaidul Balwa wal Mihan, Syekh Izzuddin menuliskan faedah-faedah tersebut. "Ketahuilah dalam setiap berbagai musibah, cobaan, ujian, dan bencana yang menimpa manusia terdapat beragam faedah, manfaat atau hikmah yang disesuaikan dengan kedudukan dan derajat manusia di hadapan Allah SWT," tulis Syekh Izzuddin dalam prolog kitab tersebut.

Berikut faedah yang dijelaskan Syekh Izzuddin dalam kitabnya tersebut.

Pertama, mengetahui akan kekuasaan dan kehendak Allah SWT. Kedua, mengetahui rendah dan hinanya kedudukan seorang hamba. Sebagaimana firman Allah SWT. "(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, "Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali," (QS Al Baqarah: 156).

Baca Juga: Tiga Kelompok Pencari Ilmu Menurut Syekh Nawawi Al Bantani, Waspada Banyak Terjadi di Zaman Sekarang

Mereka mengetahui karena sesungguhnya mereka milik dan hamba Allah SWT. Sesungguhnya mereka akan kembali kepada hukum, tata aturan, ketentuan, dan takdir Allah SWT. Bagi mereka tidak ada tempat menghindar dari Allah SWT.

Ketiga, ikhlas karena Allah SWT, karena tidak ada ruang untuk menolak segala kesusahan kecuali dipasrahkan kepada Allah SWT. "Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia," (Al An'am:17). "Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah SWT dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya," (Al Ankabut:65).

Baca Juga: Syekh Nawawi Al Bantani, Berjuang untuk Bangsa Indonesia dari Negeri Hijaz

Keempat, kembali bertaubat kepada Allah SWT. "Dan apabila manusia ditimpa bencana dia memohon pertolongan dengan kembali (taat) kepada-Nya," (Az Zumar:8). Kelima, mendekatkan diri dan berdoa. "Dan apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru kami," (Az Zumar:49).

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan niscaya hilang semua yang (biasa) kamu seru kecuali Dia," (Al Isra:67). "Tidak hanya kepada-Nya kamu minta tolong, jika dia menghendaki dia hilangkan apa (bahaya) yang kamu mohonkan kepada-Nya," (Al An'am:41). Katakanlah (Muhammad) "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan laut ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah dan dengan suara yang lembut," (Al An'am:63).

Baca Juga: Karomah Syekh Nawawi Al Bantani saat Tunjukkan Arah Kiblat ke Sayyid Utsman

Keenam, lapang dada kepada orang yang menjadi sumber musibah. "Sungguh Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun," (At Taubah:114). "Maka kami beri kabar gembira kepadanya deangan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail)," ( As Shafat:101).

Sesunggunya dalam diri kamu ada dua sifat yang Allah cintai, yakni sabar dan tidak tergesa-gesa. Perbedaan derajat kesabaran karena perbedaan musibah-musibah yang dialami baik musibah kecil maupun besar.

Demikian hikmah yang perlu disadari saat manusis mengalami musibah dan bencana.***

 

Editor: Maksuni Husen

Tags

Terkini

Terpopuler