Benarkah Perempuan Muslimah Jaman Now Banyak yang Terjebak Waithood?

22 Januari 2024, 12:00 WIB
Ilustrasi terkait beberapa alasan waithood atau menunda pernikahan dengan berbagai alasan bahkan dianggap modern padahal itu adalah pemahaman yang salah. /Pexels/cedric-fauntleroy

KABAR BANTEN - Tahukah anda tentang waithood apa itu waithood?

Pengertian waithood adalah fenomena seseorang menunda pernikahan, yah alasannya sih macam-macam ada yang merasa belum siap, ada pula yang takut diselingkuhi, ada yang ingin mengejar karir dan lain-lain.

Selain itu ada pula yang menganggap waithood adalah claster modern padahal itu adalah pemahaman yang salah.

Baca Juga: 7 Alasan Mengapa Pria Jarang Memuji Wanita Pasangannya

Ketika seorang perempuan lajang ditanya apakah anda ingin menikah? pasti jawaban ingin, di usia berapa anda akan menikah? Rata-rata jawabannya di antara usia 24 sampai 25 tahun, lantas kenapa ingin menikah di usia 25 tahun rata-rata jawaban perempuan muslimah itu karena di usia 25 dianggap sudah dewasa secara fisik maupun pemikiran dan memiliki bekal ilmu yang cukup tentang pernikahan dan rumah tangga sudah faham hak dan kewajiban suami istri.

Namun kenapa fenomena yang terjadi saat ini banyak perempuan muslimah yang terjebak waithood atau menunda pernikahan dengan berbagai alasan?

Berikut informasi tentang waithood sebagaimana dikutip Kabar Banten dari YouTube Muslimah Media Center.

Masa remaja adalah tahapan usia yang sering diwarnai oleh keputusan-keputusan berat seperti pernikahan, pada jaman sekarang ini kita telah banyak menyaksikan fenomena yang mempengaruhi anak-anak muda salah satunya adalah waithood atau fenomena menunda pernikahan.

Fenomena waithood atau menunda pernikahan ini kian marak dan orang yang memilih waithood dianggap paling berpendidikan dan modern.

Dalam beberapa dekade terakhir ini anak muda cenderung menunda untuk pernikahan dengan berbagai hal, banyak anak muda yang cenderung memutuskan waithood dengan alasan mengejar tingkat pendidikan dan karir yang lebih cemerlang sebelum memutuskan untuk berkomitmen dalam hubungan pernikahan.

Pendidikan yang lebih tinggi seringkali menjadi faktor yang signifikan dalam waithood atau menunda pernikahan karena pendidikan yang tinggi dapat memperbesar peluang untuk meraih karir yang diinginkan.

Selain itu yang mempengaruhi seseorang waithood atau menunda pernikahan adalah lingkungan kerja atau lingkungan belajar, waithood dianggap lebih memiliki kebebasan dan berekspresi dan mengekplorasi banyak hal.

Faktor waithood atau menunda pernikahan selanjutnya adalah generasi sanedwich, generasi sanedwich adalah seorang individu yang membagi sumberdaya mereka untuk anak dan orang tua yang sudah memasuki masa pensiun sebagai bentuk tanggung jawab dan balas budi.

Baca Juga: Siap Menikah tapi Bingung Cari atau Pilih Jodoh? Simak Penjelasan dari Ustadz Khalid Basalamah

Posisi seorang anak yang menjadi generasi sanedwich tentu memberikan kondisi yang mempengaruhi waithood atau menunda pernikahan, serta perioritas dan kesiapan dalam menikah.

Selain itu trauma akibat perceraian dan kekerasan yang yerjadi dalam rumah tangga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan menunda pernikahan atau waithood.

Sebuah studi menyatakan anak-anak yang mengalami perceraian dalam keluarganya dapat mengalami dampak psikologis yang memunculkan kekhawatiran terkait dengan pernikahan, menjadi lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup.

Sesungguhnya fenomena waithood ini bukanlah fenomena baru, dalam berbagai study disebutkan bahwa bagi pendukung waithood diantara yang mendorong keputusan seseorang untuk tidak menikah atau menunda pernikahan dan menunda memiliki anak anak adalah dalam rangka kesetaraan gender dan orientasi karir kaum perempuan.

Dunia barat menarasikan kesetaraan gender sebagai ide yang penting untuk kaum perempuan, mereka menyerukan bahwa kebebasan dan pemberdayaan perempuan khususnya dalam bidang politik dan ekonomi merupakan kunci terselesaikannya berbagai persoalan perempuan.

Perempuan muda dituntut harus produktif dan tidak terpenjara dalam tugas domestik yang berbayar, jika perempuan muda bekerja mereka bisa menambah pendapatan dan mengurangi kemiskinan, bahkan bisa meningkatkan pendapatan negara.

Dengan narasi-narasi yang menyesatkan ini barat menggiring perempuan termasuk muslimah muda berlomba-lomba terjun memberdayakan diri dalam dunia kerja.

Mereka jadi bertekad mandiri secara ekonomi dan tidak bergantung pada laki-laki juga menganggap tidak perlu membangun keluarga.

Kalaupun menikah mereka tidak punya keinginan untuk memiliki keturunan, demikianlah jebakan kesetaraan gender atas nama pemberdayaan ekonomi dan kebebasan dalam hak reproduksi, inilah yang memperdaya muslimah muda sehingga lebih memilih waithood demi mengejar dunia yang jauh dari syariat.

Atas nama kebebasan mereka melupakan kemuliaan syariat menikah untuk menyempurnakan agamanya serta menjadi umat warobatul bait.

Makin miris ketika perempuan muslimah muda tidak memahami bahwa waithood dengan alasan kesetaraan gender ini adalah ide racun.

Baca Juga: 6 Amalan yang Membuat Kecantikan Wanita Muslimah Terpancar

Padahal selain bertentangan dengan syariat Islam gagasan kesetaraan gender ini sejatinya merupakan bentuk keegoisan manusia dan berpotensi besar merusak bahkan mengamhancurkan peradaban dunia.

Bukan tanpa alasan keluarga merupakan unit terkecil dalam sistem sosial masyarakat yang bertanggung jawab mewujudkan peradaban umat manusia dapat terus berjalan.

Kehidupan sekuler kapitalisme yang mempengaruhi perempuan muslimah muda menjauhkan mereka dari akidah dan syariat Islam serta gambaran kehidupan peradaban Islam.

Untuk menyelamatkan generasi muslimah dari serangan waithood adalah dengan menguatkan akidah dan keyakinan terhadap Allah SWT.

Mereka perempuan muslimah juga harus di fahamkan tentang syariat Islam kafah dan gambaran peradaban Islam yang akan menyiapkan dan memuliakan peran peran utama perempuan sesuai Islam.

Fenomena waithood atau menunda pernikahan sesungguhnya menunjukkan lemahnya iman dan kurangnya pemahaman syariat Islam pada muslimah muda jaman sekarang ini.

Allah SWT yang pencipta manusia dan bumi beserta isinya sudah pasti akan mencukupi kebutuhan makhluknya dengan baik.

Setiap jiwa sudah dijamin rezekinya dan manusia hanya harus berusaha untuk menjemput rezeki tersebut.

Allah SWT berfirman yang artinya:"sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan menyempitkannya sesungguh nya dia maha melihat hamba-nya"(QS. Al-Isra ayat 30).

Dalam peradaban Islam muslimah akan dididik sebagaimana kodratnya sebagai rahim kehidupan, dari rahim merekalah lahir generasi pemimpin orang-orang yang takwa dalam tiap kepayahan selama proses mengandung dan melahirkan serta proses hadonah generasi dapat ganjaran terbaik dari Allah SWT.

Seorang ibu sampai disebut sebagai manusia nomor satu yang harus dimuliakan oleh anaknya tiga kali lipat dibanding ayahnya.

Bahkan apabila meninggal ketika melahirkan seorang perempuan dianggap Syahid betapa mulianya seorang ibu.

Islam sebagai agama yang sempurna telah menempatkan sosok perempuan dalam derajat yang mulia dan tidak kalah penting dari peran kaum laki-laki.

Bahkan fungsi ibu bukan hanya bersifat biologis melainkan juga bersifat strategis dan politis oleh karenanya Islam menuntut agar kaum perempuan benar-benar menjalankan fungsi keibuan dengan sebaik-baiknya.

Baca Juga: Tidak Mau Diputusin Pria Tahan Ijazah Pacar, Makanya Gak Usah Pacaran Kan Dilarang!

Islam mengatur perempuan sebagai warobatul bait atau pengurus rumah tangga, maka perlu ditanamkan dalam diri perempuan muda muslim bahwa mereka sebagai penjaga rumah dan pengasuh anak-anak mereka karna itu adalah Fitroh perempuan.

Semoga para muslimah menyadari akan peran dan tanggung jawab mereka terhadap masa depan Islam dan kaum muslimin sehingga mereka akan terpacu untuk berlomba meraih kembali kemuliaannya sebagaimana perempuan dimasa dahulu, yakni dengan membina diri mereka dan masyakarat dengan pemikiran-pemikiran Islam dan membentuk pola sikap mereka dengan aturan-aturan agama sekaligus berjuang menegakkan ajaran Islam, dengan demikian mereka akan menjaga fitrahnya dan mempersiapkan diri menjadi pendidik dan pencetak generasi mulia.

Itulah terkait informasi waithood atau fenomena menunda pernikahan yang dianggap modern, waithood bagaikan virus yang dihembuskan kaum sekuler yang harus ditangkal dengan memahami ajaran agama Islam karena sejatinya segala sesuatu kebutuhan manusia telah Allah jamin, untuk itu jangan menunda pernikahan, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Youtube Muslimah Media Center

Tags

Terkini

Terpopuler