Jelang Ramadan, Munggahan jadi Tradisi Urang Sunda yang Menusantara

- 11 April 2021, 14:59 WIB
Suasana masyarakat jalani Munggahan dengan diawali makan bersama.
Suasana masyarakat jalani Munggahan dengan diawali makan bersama. /Azzam Miftah/Kabar Banten

KABAR BANTEN - Setiap menjelang Bulan Ramadan, ada tradisi Munggahan yang ramai dijalankan oleh masyarakat Indonesia yang beragama Islam.

Sampai saat ini, mungkin kita bertanya dari manakah asal usul tradisi Munggahan tersebut?

Munggahan sebetulnya tradisi yang selalu dilakukan masyarakat Sunda, dilakukan sehari atau dua hari sebelum memasuki bulan suci Ramadan.

Baca Juga: Resmikan Gedung Pusat Dakwah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Banten Harapkan Hal Ini

Mereka berkumpul bersama keluarga, sanak saudara, kerabat, teman maupun orang terdekat.

Dilansir dari situs resmi salah satu kampus favorit di Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui ugm.ac.id, munggahan berasal dari kosa kata bahasa Sunda, yaitu unggah.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 11 April 2021, Malam Pertama Aldebaran, Andin Merasa Bahagia dan Hari Paling Bersejarah

Dalam kamus Bahasa Sunda, unggah berarti “Kecap pagawean” (kata kerja) yang berarti “Nincak ti handap kanu leuwih luhur (beranjak dari bawah ke tempat yang lebih tinggi).

Kata tersebut diartikan sebagai cara untuk masuk ke suatu tempat, seperti rumah atau masjid.

Karena dulu, kedua bangunan itu berbentuk panggung. 

Baca Juga: Dua Pemain Cilegon Lolos Seleksi RANS Cilegon FC, Raffi Ahmad Turun Langsung Beri Semangat

Dalam lidah masyarakat Sunda, kata unggah sering diawali huruf “M”, sehingga lebih terkenal dengan sebutan “Munggah”.

Menjelang bulan puasa, orang Sunda mengartikan munggahan sebagai “Unggah kana bulan anu punjul darajatna” (naik ke bulan yang luhur derajatnya).

Baca Juga: Lagi Ngamar, Belasan Pasangan Bukan Suami Istri di Kabupaten Serang Diamankan

Yang dimaksudkan pula bagi orang yang menganut agama Islam bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah.

Sehingga munggahan bisa diartikan juga sebagai rasa syukur karena akan memasuki bulan yang penuh berkah.

Baca Juga: Ditempel Jayabaya di Lebak, Kapolri Ingatkan Masyarakat Jangan Mudah Dipecah Belah

Masyarakat Sunda memiliki berbagai cara untuk melaksanakan tradisi munggahan tersebut.

Selain berkumpul sambil makan-makan, juga berkunjung ke makam para Ulama atau Keluarga dengan berziarah.

Baca Juga: Gempa Bumi Selatan Malang, Dekat Pusat Gempa Merusak Jawa Timur Tempo Dulu

Tak lupa mendoakannya serta membersihkan area makam, yang diakhiri dengan Bacakan (Makan bareng) bersama keluarga dan sanak saudara.

Namun, seiring berjalannya waktu, "Munggahan" hanya diartikan sebagai waktu berkumpul dan makan-makan saja. Sudah pada Munggahan?.***

Editor: Yomanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah