Ketika pembangunan tiba pada sudut Rukun Hajar Aswad, mereka berselisih, siapa yang pantas meletakkan batu hitam atau Ka'bah itu ke tempatnya semula.
Dari perselisihan itu terus berlanjut hingga beberapa hari, bahkan perselisihan semakin meruncing dan menjurus pada pertikaian yang bisa menyebabkan pertumpahan darah.
Abu Umayyah bin Al-Mughirah dari kabilah Bani Makhzum pada akhirnya memberikan usulan untuk menyerahkan urusan tersebut kepada orang yang pertama kali masuk dari pintu Masjidil Haram.
Allah SWT berkehendak, orang yang pertama kali masuk lewat pintu Masjidil Haram adalah Rasulullah SAW.
Hingga pada akhirnya mereka pun bersepakat untuk menyerahkan urusan peletakkan Hajar Aswad itu kepada Rasulullah SAW.
Dengan kompak merek berseru, "Haadza Al-Amin, Radhiinaahu. Haadza Muhammad! (Inilah Al-Amin. Kami ridha kepadanya. India Muhammad).
Gelar Al-Amin begitu mulia, jika dilihat dalam Al-Qur'an, kita juga bisa menemukan bahwa kata AMIN atau AL-AMIN ditujukan kepada sebagian para Nabi.
Misalnya untuk Nabi Musa yang terdapat pada surat Al-Qashash ayat 26:
"...Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang kuat lagi dapat dipercaya.
Nabi Yusuf juga diberi gelar dengan AMIN, yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Yusuf ayat 54 Allah berfirman:
"...Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami."