Kadisdik Kota Tangerang Disandera Warga, Orangtua Siswa Segel SMPN 23 Kota Tangerang

- 10 Juli 2018, 10:50 WIB
Kadisdik-Kota-Tangerang-disandera-wali-murid-di-SMPN-23-Kota-Tangerang
Kadisdik-Kota-Tangerang-disandera-wali-murid-di-SMPN-23-Kota-Tangerang

TANGERANG, (KB).- Puluhan orangtua siswa yang anaknya tidak diterima masuk SMP negeri melakukan aksi protes dan menyegel pintu Gerbang SMPN 23 Kota Tangerang, Senin (9/7/2018). Aksi tersebut, membuat kepala Dinas Pendidikan (kadisdik) dan ratusan orangtua siswa yang dinyatakan lulus ujian masuk atau PPDB tidak bisa keluar sekolah. Puluhan warga yang demo tersebut, adalah warga setempat atau dari RW 04, Kelurahan Panunggangan Utara. Mereka menahan Kadisdik, Abduh Surahman beserta jajaran di SMPN 23 Kota Tangerang di Panunggangan Utara. Permintaan mereka, adalah meminta, agar difasilitasi menjadi siswa di sekolah tersebut. Kepala dinas yang akan kembali ke kantornya usai mediasi dengan warga setempat berdebat dengan beberapa warga, agar permintaannya dikabulkan. Abduh kembali lagi ke dalam sekolah, sebab warga menghalangi gerbang dan mengikatnya dengan lakban. Abduh menegaskan kepada warga, bahwa dia tetap mengacu kepada aturan dan sistem yang berjalan, dia tidak bisa asal memasukkan siswa di luar sistem dan aturan yang ada.  "Garis tegasnya kami tetap pada aturan main jadi tidak ada yang bisa kami akomodir," katanya. Meski begitu, dia akan melaporkan hasil pertemuan kepada wali kota. "Kami menawarkan solusi kepada warga, agar masuk ke sekolah swasta terlebih dahulu selama satu tahun, kemudian pindah. Namun, melalui mekanisme mutasi bukan sistem PPDB," ujarnya. Karena, di sekolah swasta berada di Kota Tangerang terdapat program pemkot 'Tangerang Cerdas' yang dapat membantu BOP siswa. Bahkan, iuran sekolah bulanannya juga ada yang digratiskan kepada siswa atau dibayarkan oleh pemkot. "Itu sebagai sebuah solusi, agar sistem PPDB ini tidak rusak," ucapnya. Namun, solusi tersebut tidak diterima orangtua siswa yang mayoritas tinggal di belakang sekolah tersebut. Menurut Samnah, seorang warga RW 04, dia menginginkan anaknya masuk sekolah tersebut, karena anaknya tidak perlu naik angkutan umum untuk bersekolah. "Nantinya banyak biaya lain-lain lagi yang harus dikeluarkan. Ya transport, seragam, dan biaya yang seharusnya gratis di negeri, jadi bayar di swasta," tuturnya. Diketahui, Abduh tiba di lokasi sekitar pukul 09.00 WIB dan menjadi sasaran amarah warga. Sebagai jaminan, kadisdik tidak diperbolehkan untuk meninggalkan sekolah sampai tuntutan mereka terpenuhi. Warga RW04, Panunggangan Utara, Samnah berteriak histeris. Ia memarahi Abduh di halaman sekolah yang terletak di Jalan Kiai Maja Nomor 02, Panunggangan Utara, Pinang, Kota Tangerang. Bahkan, dia mencegah kadisdik saat hendak meninggalkan sekolah sekitar pukul 11.00 WIB. "Pokoknya saya meminta mohon anak saya, warga-warga sini bisa masuk di sekolah ini," katanya kepada kadisdik. Ia mengancam Kadisdik Kota Tangerang tersebut. Menurut dia, seluruh siswa yang berasal dari RW 04 harus diterima di SMPN 23 Tangerang. "Kasihan RW di sini kagak dihargain sama sekali. Kalau kagak dapet awas nih sekolah nih lihatin saja," ujarnya. Abduh yang dikerumuni para orangtua siswa bergeming saat dimarahi Samnah. Ia hanya bisa diam tertegun. "Iya sabar ibu, sabar," ucap kadisdik. Samnah kembali melakukan aksinya. Ia masih tidak terima. Karena, warga lain yang tinggalnya jauh dari sekolah dapat diterima di sekolah, sedangkan dia tidak diterima. "Hayo, maunya gimana ini, orang jauh-jauh yang bawa mobil diterima, saya yang rumahnya di belakang sekolahan sekali nih nempel kagak diterima," tuturnya. Panjat pagar Akibat aksi protes tersebut, sejumlah orangtua dan calon siswa yang sedang daftar ulang harus memanjat pagar untuk keluar dari sekolah tersebut. Sebab, hingga saat ini, protes tersebut masih terus berjalan.  "Masa mau sampai sore di sini, mau enggak mau. Untung dipegangin anak saya," kata Sumi, sala satu orangtua siswa. Sementara itu, aksi dilakukan dengan cara berorasi dan membentangkan berbagai spanduk terkait pernyataan sikap kekesalannya. Bahkan, mereka menggoyangkan pagar sekolah dan menutup gerbangnya dengan lakban. Menurut Ketua RT 05/04, Agus, para warga kesal, karena tempat tinggalnya sangat dekat dengan sekolah tersebut, tetapi banyak calon peserta didik tidak diterima di sekolah tersebut. "Rumah kami dekat sekali, tapi anak-anak kami tidak ada yang diterima," ujarnya. Menurut informasi di lapangan, SMPN 23 Kota Tangerang berdiri di atas tanah RW 05, Kelurahan Panunggangan Utara, sedangkan para pendemo berasal dari warga RW 04, Kelurahan Panunggangan Utara. Ia mengatakan, meskipun berbeda RW, namun sekolah tersebut sangatlah dekat dengan RW 04 dibanding RW 05. "Jarak RW 05 itu jauh, dibandingkan dengan RW 04. Kami merasa kesal, toh rumah tinggal kami menempel dengan sekolah," ucapnya. Koordinator Aksi, Andriyanto menambahkan, sebanyak 34 peserta PPDB online dari RW 04 tidak diterima satupun di sekolah yang diharapkan tersebut. "Kami atas nama masyarakat merasa kecewa besar, karena PPDB sangat berubah. Dulu RW setempat terakomodir dengan baik, tapi satupun warga tidak diterima," tuturnya. Bahkan, peserta aksi ibu-ibu tak dapat menahan air matanya. Mereka menangis dan berteriak histeris mengharapkan anak-anaknya bisa masuk di sekolah tersebut. (DA)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah