'Miceun Karuwet' di Leuwi Bumi, Wisata Alam di Perbatasan Pandeglang-Serang

- 5 November 2018, 17:20 WIB
PSX_20181105_141341
PSX_20181105_141341

Setelah merayakan puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18, suka cita kembali mewarnai rombongan Harian Umum Kabar Banten yang memilih wisata alam Leuwi Bumi - Turalak Outbond and Adventure, Sabtu - Ahad (3-4/11/2018). Berbekal informasi dari masyarakat, lokasi tersebut menawarkan eksotika Sungai Ligumi yang membelah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Rombongan memulai perjalanan dari Kantor HU Kabar Banten di Jalan A. Yani Nomor 72 Kota Serang, Sabtu (3/11) sekitar pukul 08.15. Dengan titik tujuan Mandalawangi, jalur Palka (Palima - Cinangka) dipilih sebagai rute perjalanan menuju destinasi wisata yang baru berumur 1 tahun tersebut. Dari Pasar Ciomas, bersama rombongan, kendaraan terus melaju hingga menuju Persimpangan Mengger, Pandeglang. Ada dua persimpangan yang menawarkan pilihan yakni Labuan/Carita jalur kiri dan Mandalawangi jalur kanan. Salah satu kendaraan terdepan, yang juga sebagai penunjuk jalan dari rombongan terlihat mengambil jalur ke arah kanan, Mandalawangi. Sekitar 2 kilometer tak jauh setelah Pasar Pari, petunjuk arah sudah tampak terlihat, tepatnya di sebelah kanan jalan menuju Desa Ramea. Setelah memasuki desa tersebut, perjalanan menuju lokasi tujuan dimulai. Sekitar 45 menit, rombongan telah sampai di lokasi parkir menuju Kampung Turalak. Satu per satu rombongan mulai menurunkan barang bawaannya masing-masing dan bersiap untuk berjalan kaki sekitar 1 kilometer menuju lokasi. Sebab, untuk menuju Leuwi Bumi Turalak tak bisa dilalui kendaraan roda empat. Meski jalan terjal sudah terlihat dari titik awal, namun pemandangan hijau berupa pegunungan dan persawahan membuat rombongan memutuskan untuk berjalan kaki dan mengabaikan tawaran ojek setempat dengan harga Rp 15.000 untuk satu kali perjalanan. Dengan melalui jalan kampung yang hanya selebar 1 meter, turunan dan tanjakan menuju lokasi sangatlah menguras tenaga. Tak lama, suara gemuruh mulai terdengar. Meski dari kejauhan, namun pemandangan menakjubkan membuat rombongan semakin bersemangat dan tak sabar ingin cepat sampai.
Seketika, rasa lelah pun akhirnya terbayar dengan jernihnya air dan pemandangan air terjun kecil yang berada tak jauh dari jarak pandang. Bahkan beberapa di antara anggota rombongan, langsung menceburkan diri ke Sungai Ligumi, yang berasal dari Gunung Jeungjin yang membelah Gunung Aseupan. Sungai itu berada di tengah antara Kampung Turalak, Desa Ramea, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang dan Kampung Cibunir, Desa Kadu Bedul, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Menguji adrenalin Disinilah rombongan menghentikan perjalanan untuk melepas lelah, yang disepakati sebagai lokasi Kabar Banten Gathering bertajuk "Miceun Karuwet". "Selamat datang di Leuwi Bumi Turalak Outbound dan Adventure," kata salah seorang pemilik, pengelola, sekaligus penggagas Turalak Outbound dan Adventure, Hari Suharsa.
Dari pemaparannya, secara detail Hari menjelaskan tempat tersebut. Mulai dari jumlah air terjun, hingga kedalaman setiap titik di Sungai Ligumi. Termasuk, salah satu yang kami tunggu yakni rute tubing dan body rafting yang dipilih rombongan untuk menguji adrenalin. Tanpa menunggu waktu lama, pria yang sehari-hari bertugas sebagai Widyaswara di lembaga pendidikan dan latihan (diklat) Provinsi Banten tersebut, memimpin petualangan yang memang sudah ditunggu-tunggu. Meski harus kembali berjalan kaki, namun rombongan bersemangat menyusuri sungai sampai titik start body rafting atau warga sekitar menyebutnya "papalidan" dengan menggunakan ban.
Sepanjang 1,5 kilometer, perjalanan ditengah arus Sungai Ligumi itu benar-benar menantang. Gelak tawa sulit dibendung, meski rasa tegang sulit dihindarkan. Rombongan terus berteriak gembira ketika melewati arus deras dan terbentur batuan sungai. Bahkan sesekali di antara rombongan ada yang terbalik hingga tercebur saat akan menghindar dari bebatuan. Sesampai di garis finish, peserta disuguhkan keindahan danau dengan air yang begitu jernih dan dingin. Melompat sambil berteriak, menjadi salah satu pilihan peserta untuk cepat sampai di danau tersebut. Rasa lelah mulai menghinggapi rombongan yang hampir lupa waktu menikmati eksotisnya tempat tersebut. Hingga gelap mulai merata, menandakan malam telah tiba.
Para peserta kembali dimanjakan dengan suasana malam yang indah dan nyaman. Di pinggir Sungai Ligumi, tempat tidur massal disiapkan dengan dinding tirai terbuat dari bambu yang bisa dengan mudah ditutup dan dibuka, cukup menggunakan tali tambang kecil yang berada di pinggiran tirai. Dengan berada di tebing yang masuk wilayah Kabupaten Serang, rombongan bisa tidur nyaman beralaskan kasur, bantal, dan selimut, dengan pemandangan arus sungai dan tebing bebatuan, serta suara gemericik air terjun. Setelah makan malam, tak lupa rebusan kacang, ubi dan bandrek disiapkan, ditambah dengan kehadiran api unggun yang membuat malam menjadi hangat. Tanpa terasa, dini hari mulai mengingat sekujur tubuh dengan dingin yang menyerang. Satu per satu di antara rombongan mulai menarik selimut dan memejamkan mata. Ditemani suara air dan keindahan malam, pagi pun tak terasa telah tiba. Setelah sarapan dan mandi, rombongan mulai membereskan barang bawaan untuk kembali ke Serang dan memulai aktivitas seperti biasa. (Rizki Putri)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah