Omzetnya Menjanjikan, BUMD Kabupaten Serang Tertarik Garap Bisnis Porang

- 11 Juli 2021, 19:28 WIB
Petani di Kecamatan Mancak Kabupaten Serang saat memperlihatkan Porang hasil panennya.
Petani di Kecamatan Mancak Kabupaten Serang saat memperlihatkan Porang hasil panennya. /Kabar Banten/Dindin Hasanudin

KABAR BANTEN - PT Serang Berkah Mandiri atau SBM tertarik untuk menggarap bisnis porang.

Hal itu dikarenakan potensi bisnis porang tersebut dinilai memiliki omzet yang menjanjikan.

Pelaksana tugas atau Plt Direktur Utama PT SBM, Isbandi Ardiwinata Mahmud mengatakan, saat ini perusahaannya sedang berupaya membentuk industri olahan porang. Dalam hal ini SBM akan bekerjasama dengan BUMDes.

"Makanya saya ajukan alternatif tempat di Pasar Emping Gunung Sari. Kan itu tidak terpakai bisa dijadikan workshop olahan Porang," ujarnya kepada Kabar-Banten.com, Jumat, 9 Juli 2021.

Baca Juga: Budidaya Porang, Menjaga Ketahanan Pangan dan Bangkit dari Pandemi

Isbandi mengatakan, potensi bisnis porang sendiri cukup besar, terlebih jika sudah diolah menjadi cip. Margin harganya pun akan lebih tinggi dibanding membeli dalam bentuk umbi basah.

"Kalau bisa berjalan dan terkumpul 25 ton saja sudah terhitung ekspor. Kita bisa ekspor cuma memang rutenya ekspor harus ke Jawa timur. Nanti link disana perusahaan dan asosiasi petani Porang disana," ucapnya.

Ia mengatakan dalam kerjasama tersebut pihaknya ingin memberdayakan petani lokal untuk bisa mengolah Porang menjadi Cip. Dalam hal ini, SBM bertugas untuk menyiapkan Porang menjadi Cip dan dikemas agar kemudian bisa diekspor.

"(Kita) Membeli, kita sesuai harga pasar kisaran sekarang lagi turun, di petani sekarang Rp6 ribu untuk yang basah," tuturnya.

Baca Juga: Budidaya Porang, FSPP-UPZ BAZNAS Pemprov Banten Jalin Kerjasama Pemberdayaan Pesantren dan Mustahik

Menurut Isbandi, potensi Porang saat ini yang terbesar ada di Gunung sari, Padarincang dan Cikeusal. Potensinya tahun lalu saja bisa mencapai 200 ton. Sedangkan potensi ekspor Porang tanpa batas, karena bisa ke Jepang hingga Eropa.

"Kalau Jepang yang cip diolah melalui oven, kalau Eropa bisa yang lewat matahari. Dari empat ton Porang basah kalau diolah jadi cip bisa 1 5on. Dijual kisaran harga Rp40-50 ribu per kilo," ucapnya.

Disinggung kapan mulai efektif nya kerjasama tersebut, Isbandi mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu masalah dokumentasi pemanfaatan aset milik Diskoperindag di Gunung sari.

"Kalau memang proses sudah berjalan dan dipersilakan dikelola SBM, kita sudah koordinasi untuk diprioritaskan jadi workshop pengelolaan Porang," katanya.

Baca Juga: Punya Nilai Jual Tinggi, Pasar Porang Terbuka Lebar

Sementara sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Serang Zaldi Duhana mengatakan saat ini untuk penjualan Porang tidak pernah ada masalah.

Untuk penjualan dalam bentuk umbi Rp 7.000 per kilogram, sedangkan dalam bentuk cip mencapai Rp 50 ribu per kilogram.

"Kalau jual bibit katak Rp 150 ribu per kilogram," ujarnya.

Untuk saat ini penjualan masih ke Jawa Timur. Ia ingin kedepan pemerintah bisa mempertemukan petani dengan eksportirnya, namun saat ini pihaknya masih belum punya data siapa saja eksportir Porang tersebut.

Zaldi mengatakan untuk panen dalam satu hektare bisa menghasilkan 54 ton, dalam usia 7-9 bulan bisa dilakukan panen dua kali.

Untuk Mancak sendiri luasan lahan Porang mwncapai 132 hektar, dari jumlah tersebut 40 hektare sudah panen dan sisa 90 hektare yang belum dipanen. Paling banyak di Desa Sangiang.

"Cuma Porang ada waktu Dorman (istirahat) kalau waktu musim panas dia tenggelam gak kelihatan di permukaan nanri musim hujan adalagi," katanya.

Baca Juga: FSPP Banten Akan Kampanyekan Tanam Porang

Selain di Mancak, Porang juga ditanam di Padarincang, Gunung sari dan Cinangka. Total luasan lahan Porang di Kabupaten Serang mencapai 200 hektare lebih.

"Terbanyak disini (Mancak) karena bisnis sudah jalan, kan yang ambil benih kesini dari Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa," ucapnya

Zaldi mengatakan untuk membantu pengembangan Porang, Pemkab Serang sudah membantu berupa gedung, kemudian masih dalam proses pengadaan alat di pusat.

"Kita inginya Pemda bisa fasilitasi ekspornya siapa agar tidak banyak tangan, kita ingin langsung dari petani ke eksportir. (Jika langsung) Bisa lebih tinggi harganya kan Jepang aja tiap hari makan mie-nya (dari porang)," katanya.***

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah