Pemasaran tidak Berkembang, Perajin Gerabah Beralih Profesi

- 30 Januari 2019, 10:00 WIB
gerabah
gerabah

Jumlah perajin gerabah di Desa Bumi Jaya Kecamatan Ciruas terus berkurang dari waktu ke waktu. Dengan pemasaran atau penjualan gerabah tidak berkembang atau stagnan, banyak perajin yang beralih profesi karyawan pabrik. Kepala Desa Bumi Jaya Anas Yusron mengatakan, saat ini penjualan gerabah masih stagnan. Untuk perajin juga terus berkurang. Sebab, kebanyakan dari mereka lebih memilih alih profesi kerja di pabrik. "Namanya perajin mah dari dulu juga mending kerja di pabrik. Kalau jadi perajin dan hasilnya enggak tentu mah kan susah, mau makan apa. Sekarang tinggal 200 kepala keluarga (KK) lah," ujar Anas Yusron kepada Kabar Banten, di lokasi, Selasa (29/1/2019). Anas mengatakan, beberapa perajin saat ini juga mulai berkurang produksinya. Terlebih permintaan untuk dieskpor kini semakin sedikit jumlahnya. Kebanyakan para perajin hanya membuat gerabah untuk mendulang emas. "Cuma yang jalan sekarang untuk bikin koi semacam untuk bikin emas. Tapi kalau gentongan seperti untuk dibawa atau dipajang dan dieskpor itu kurang peminatnya," ucapnya. Menurut dia, kurang peminat itu bukan karena kalah saing kualitas. Tapi berkurangnya ekspor tersebut karena dulu sempat terdampak peristiwa bom Bali. Akibatnya banyak turis yang enggan datang ke lokasi gerabah. Sehingga para perajin pun kebanyakan yang menganggur karena tidak adanya pesanan atau pembeli yang datang. "Karena dulu ada bom Bali jadinya turis enggak datang kesini. Kalau sebelum bom Bali itu banyak yang datang," ucapnya. Akhirnya, kata dia, karena berkurangnya permintaan masyarakat pun jadi menganggur. Mereka pun lebih memilih bekerja lain. "Makanya mereka milih kerja lain karena kelamaan nganggur," tuturnya. Oleh karena itu, untuk mempertahankan agar perajin gerabah itu tetap memiliki penghasilan dan berkembang, dirinya memiliki gagasan baru. Dimana para perajin diminta membuat gerabah untuk ternak lele. "Saya juga agak pusing, makanya saya buat ternak lele dan tempatnya dari gerabah. Itu untuk pemberdayaan masyarakat. Biar masyarakatnya jalan. Sementara baru itu inovasinya, karena kan kalau ternak lele itu biarpun lahannya sempit tapi dengan gerabah itu cukup 1 x 1 meter. Warga bikin sendiri atau beli juga bisa, nah yang bikin itu bisa ada pemasukan," tuturnya. Disinggung soal keberadaan sentra UMKM Gerabah di Desa Citereup, Anas mengatakan, seharusnya gedung itu ada di Bumi Jaya. Sebab jarak kesana terlalu jauh. "Harusnya di sini (Bumi Jaya), kalau di sini bagus baru pengembangan keluar. Kalau di sana siapa yang mau nunggu, pemasukan enggak ada," katanya. Akhirnya sentra tersebut tidak berfungsi dan lebih sering tutup. Sentra itu buka jika ada pesanan atau pameran gerabah. "Kalau ada pesanan atau pameran baru buka. Kalau enggak ada ya tutup," tuturnya. (Dindin Hasanudin)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah