KABAR BANTEN – Banyak orang mengalami telinga berdenging yang dalam bahasa medis disebut tinnitus tapi tidak tahu penyebabnya, namun sebagian orang ada yang meramalkan akan adanya sesuatu.
Telinga berdenging merupakan peristiwa munculnya dengingan di telinga akibat suatu kondisi yang biasanya berkaitan dengan kondisi kehilangan pendengeran, cedera telinga, atau gangguan sistem sirkulasi.
Telinga berdenging meskipun mengganggu, namun bukanlah suatu tanda bahaya, tapi kondisi telinga berdenging akan makin memburuk dengan bertambahnya usia, bagi beberapa orang yang mengalami telingan berdenging bisa membaik dengan cara pengobatan.
Telinga berdenging merupakan kondisi yang sangat umum yang bisa bersifat sementara, cepat berlalu, atau sangat stabil, penyebab biologis yang tepat dari telinga berdenging masih belum jelas.
Namun, ada bukti bahwa berbagai obat, termasuk obat antiinflamasi nonsteroid, seperti aspirin, dapat memicu telinga berdenging.
Terkait telinga berdenging, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Harvard dan Rumah Sakit Brigham and Women's Boston, Amerika Serikat, yang artikelnya diterbitkan di “Journal of General Internal Medicine”, mengadakan penelitian terhadap 70.000 wanita, berusia 31 hingga 48 tahun.
Tak satu pun dari wanita yang mengalami gangguan telinga berdenging sebelum partisipasi mereka dalam penelitian tersebut.
Data peserta dikumpulkan selama lebih dari dua decade, setiap dua tahun, mereka menjawab pertanyaan tentang minum berbagai obat, dan juga melaporkan apakah mereka pernah mengalami ganguan telinga berdenging selama ini.
Baca Juga: Ini Arti Telinga Berdenging Menurut Islam, Jangan Abaikan, Segera Baca Doa Ini
Dari penelelitian tersebut ditemukan bahwa penggunaan aspirin dosis sedang yang sangat sering selama enam sampai tujuh kali seminggu, dikaitkan dengan peningkatan 16% risiko telinga berdenging, tetapi hanya pada wanita di bawah usia 60 tahun.
Dosis aspirin yang lebih rendah dengan takaran kurang dari 100 miligram per hari, tidak mempengaruhi risiko telinga berdenging.
Selain itu, sering menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau parasetamol dikaitkan dengan 20% peningkatan risiko telinga berdenging dan semakin sering seseorang mengonsumsi analgesik ini, semakin tinggi risikonya.
Dan secara terpisah, penggunaan teratur dengan dosis dua kali atau lebih dalam seminggu, dengan resep obat antiinflamasi nonsteroid yang termasuk dalam kelas penghambat COX-2 misalnya, "Nise" atau "Nimesulide", juga dikaitkan dengan peningkatan risiko telinga berdenging sebesar 20%.
Seperti yang dicatat dari hasil penelitian, bagi mereka yang terpaksa secara teratur harus menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid yang dijual bebas dan diresepkan, perlu diingat potensi efek samping ini dan, jika mungkin, batasi frekuensi dan durasi penggunaan.
Telinga berdenging bisa terjadi pada salah satu atau kedua telinga, namun pada umumnya, telinga berdenging terbagi menjadi dua jenis.
1. Telinga berdenging atau Tinnitus objektif
Tinnitus objektif adalah kondisi ketika seseorang dan orang lain dapat mendengar kebisingan pada telinga seseorang tersebut, kondisi ini terjadi karena pembuluh darah abnormal di dalam dan sekitar telinga, innitus objektif adalah kondisi yang langka.
2. Telinga berdenging atau Tinnitus subjektif
Tinnitus subjektif adalah kondisi telinga berdenging yang lebih umum daripada jenis yang lainnya, dalam kondisi ini, hanya seseorang yang dapat mendengar raungan, dering, dan suara lainnya.
Telinga berdenging juga dapat disebabkan oleh masalah pada saraf pendengaran seseorang dan bagian otak yang menafsirkan sinyal tertentu sebagai suara.***