Sultan Hamid II Pencipta Lambang Negara Garuda Pancasila Ternyata Seorang Habib, Yuk Kenali Kiprahnya

28 Agustus 2023, 11:00 WIB
Ilustrasi terkait sosok pencipta lambang negara Garuda Pancasila ternyata seorang Habib yakni Sultan Hamid II. /Tangkapan layar/YouTube Bujang Gotri

KABAR BANTEN - Sultan Hamid II adalah pencipta lambang negara Garuda Pancasila, beliau juga pejuang kemerdekaan Indonesia.

 

Berikut latar belakang dan kiprah Sultan Hamid II hingga terciptanya lambang negara Garuda Pancasila, sebagaimana dikutip Kabar Banten dari YouTube Bujang Gotri.

Jika menengok sejarah pada masa lampau ketika zaman kerajaan Hindu-Buddha silbol Garuda Pancasila yang konon Garuda itu adalah makhluk mitologi yang diyakini sebagai tunggangan atau kendaraannya Dewa Wisnu, yang telah banyak pahatan burung Garuda ditemukan di berbagai candi kuno di Indonesia dalam bentuk relif maupun arca.

Baca Juga: Hari Lahir Pancasila, Berikut Ini Destinasi Wisata Sejarah Tentang Pancasila

Kini simbol serupa dengan bentuk burung Garuda menjadi lambang negara kesatuan Republik Indonesia.

Dalam catatan sejarah Garuda Pancasila diresmikan menjadi lambang negara pada tanggal 11 Februari tahun 1950.

Dengan bentuk awal bagian kepala tampak jambul dan posisi cakar masih dibelakang pita, setelah resmi kemudian Presiden Soekarno memperkenalkan pertama kalinya pada khalayak umum bahwa Garuda Pancasila telah resmi sebagai lambang negara pada tanggal 15 Februari tahun 1950.

Tokoh besar dibalik terciptanya lambang negara Garuda Pancasila adalah seorang Habib keturunan Arab asal Pontianak Kalimantan yang bernama Syarif Abdul Hamid Al Khodri atau Sultan Hamid II.

Sultan Hamid II lahir pada tanggal 12 Juli 1913 di Pontianak dari pasangan Syarif Muhammad Al Khodri dan Seha Jamilah Sarwani.

Syarif Abdul Hamid atau Sultan Hamid II menempuh pendidikan formal sekolah di Pontianak, Sukabumi, Yogyakarta dan Bandung.

Lalu Sultan Hamid II mengeyam pendidikan sekolah menengah dan perguruan tinggi di Bandung, namun tidak sampai tamat.

Kemudian Sultan Hamid II melanjutkan sekolah di Akademi Militer Belanda hingga tamat dan meraih pangkat Letnan di kesatuan tentara Hindia Belanda.

Pada masa pendudukan Jepang Syarif Abdul Hamid Al Khodri atau Sultan Hamid II sempat ditawan dan kemudian dibebaskan setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 10 Maret 1942.

Kemudian Sultan Hamid II mendapatkan penghargaan dengan kenaikan pangkat menjadi kolonel.

Pada saat itu pangkat tersebut bisa dikatakan sebagai pangkat tertinggi yang diberikan kepada putra asli Indonesia.

Sejak masa revolusi hingga masa kemerdekaan kiprah Sultan Hamid II selalu mengisi peran dalam setiap pergerakan.

Dengan melihat sepak terjang nya pada tanggal 17 Desember 1949, Presiden Soekarno kemudian mengangkat Sultan Hamid II menjadi menteri yang tanpa portofolio dan bergabung dengan kabinet Republik Indonesia Serikat yang dipimpin oleh Muhammad Hatta sebagai perdana menteri.

Selama menjabat sebagai menteri negara Sultan Hamid II ditugaskan pula oleh Presiden Soekarno untuk merencanakan merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Baca Juga: Lirik Lagu Indonesia Raya Ciptaan W.R. Supratman, Versi 3 Stanza

Maka pada tanggal 10 Januari 1950 kemudian dibentuklah panitia teknis dengan nama panitia lencana negara dibawah kordinator Mentri negara Jonder Fortofolio yakni Sultan Hamid II.

Adapun susunan panitia teknis yakni Muhammad Yamin sebagai ketua dan dianggotai oleh Kihajar Dewantara, MA Pelau Pesi, Muhammad Nasir dan RM Ngabehi Purwa Caraka.

Dalam proses untuk melaksanakan keputusan sidang kabinet pembuatan lambang negara, Mentri Priono kemudian melaksanakan sayembara lalu terpilihlah dua rancangan gambar lambang negara terbaik yaitu karya Sultan Hamid II dan karya Muhammad Yamin.

Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II sedangkan karya dari Muhammad Yamin ditolak karena menampakan pengaruh Jepang dengan menyertakan simbol sinar matahari dalam rancangannya.

Setelah rancangan terpilih dialog interaktif antara Sultan Hamid II dan Presiden Soekarno serta Muhammad Hatta terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan lambang negara Garuda Pancasila.

Maka terjadilah Kesepakatan antara mereka bertiga mengganti pita yang dicengkeram Garuda yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Pada tanggal 8 Februari 1950 rancangan pinal lambang negara yang dibuat Sultan Hamid II kemudian diajukan kepada Presiden Soekarno.

Ketika sudah ditangan Presiden Soekarno rancangan lambang negara Garuda Pancasila mendapat masukan dari Partai Masumi.

Menurut Patai Masumi lambang negara Garuda Pancasila bersifat mitologis didalamnya maka perlu direvisi, rancangan itu pun akhirnya disempurnakan sesuai dengan masukan dari berbagai pihak.

Dengan kesepakatan bulat serta disposisi dari Presiden Soekarno terbentuklah lambang negara Garuda Pancasila seperti yang ada sekarang ini sejak 20 Maret 1950.

Inilah karya kebanggaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa Sultan Hamid II yang menjabat sebagai Menteri negara Indonesia Serikat pada waktu itu.

Penyempurnaan kembali lambang negara Garuda Pancasila terus disempurnakan atas masukan dari Presiden Soekarno.

Untuk terakhir kalinya Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk pinal gambar lambang negara Garuda Pancasila yaitu dengan menambahkan skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara.

Dimana lukisan otentik diserahkan pada Masagung yayasan Idayu pada 18 Juli 1974.

Sedangkan lambang negara yang ada diposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh istana Kadriah Pontianak.

Sultan Hamid II wafat pada tanggal 30 Maret 1978 di Jakarta dan makamkan di pemakaman keluarga Kesultanan Pontianak di Baru Layang.

Nama Sultan Hamid II nyaris hilang dan tenggelam dalam jasa besar perjuangannya untuk Indonesia.

Berbagai sumber menyebutkan hal itu terjadi karena Sultan Hamid II dikaitkan dengan kudeta Walesterling pada tahun1950 yang dilakukan oleh kelompok eks tentara kerajaan Hindia Belanda pimpinan Kapten Westerling.

Namun pasca reformasi sejumlah cendikiawan muda Kota Pontianak menggugat sejarah itu mereka menyebutnya sebagai kebohongan sejarah.

Baca Juga: Resep Rabeg, Makanan Favorit Sultan Maulana Hasanuddin, Ada Aroma Rempah Khas Timur Tengah

Selain seorang Sultan, pejuang kemerdekaan dan seorang menteri menurut sumber lain Sultan Hamid II adalah seorang ulama sekaligus Habib keturunan dari Nabi Muhammad SAW.

Jasa besar Sultan Hamid II dalam berbagai pergerakan kemerdekaan Indonesia yang pada puncaknya karyanya adalah sebagai pencipta lambang negara Garuda Pancasila yang terlahir dari sebagian besar hasil rancangannya.

Untuk itu patut kita kenang bahwa Sultan Hamid II merupakan seorang pahlawan sekaligus seorang Habib yang berjasa bagi negara kesatuan Republik Indonesia.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Bujang Gotri

Tags

Terkini

Terpopuler