Benarkah Budaya Korea Berdampak Negatif dan Bisa Mengancam Negara Indonesia

- 23 Januari 2024, 11:45 WIB
Ilustrasi terkait dampak negatif budaya Korea yang bisa mengancam negara Indonesia.
Ilustrasi terkait dampak negatif budaya Korea yang bisa mengancam negara Indonesia. /Pixabay/Aberrant Realities

KABAR BANTEN - Semenjak masuk ke era digital, amat sangat mudah produk-produk luar masuk ke negara kita, mulai dari kebutuhan pokok bahkan hingga ke dunia hiburan.

Berbicara tentang budaya luar, salah satu negara yang saat ini menjadi top of man di kalangan anak muda adalah budaya Korea atau yang biasa disebut dengan Korean Wave.

Belakangan ini tren budaya Korea mulai menjamur ke banyak kalangan anak muda di Indonesia, berawal dari nusik K-pop sampai menyebar ke tren yang lainnya.

Baca Juga: Benarkah Budaya Betawi Berasal dari Tionghoa? Ini Penjelasannya

Mulai dari gaya fashion, makanan, skincare, bahkan sampai berubahnya standar kecantikan di negara ini.

Perkembangan Korean Wave di negara Indonesia bisa dibilang cukup masif, karena saat mereka menjual apapun dirasa laku saja di masayarakat Indonesia.

Seperti merchandise, skincare atau apapun itu yang berkaitan dengan tren budaya Korea, bahkan masyarakat Indonesia memiliki paradikma tersendiri terhadap budaya Korea.

Dimana produk-produk yang berasal dari Korea itu dinilai kompeten dan berkualitas, apalagi jika produk tersebut disandingkan dengan idola mereka.

Seperti yang kita ketahui, bahwa masuknya budaya luar ke Indonesia itu sudah terjadi sejak zaman dulu, dimana banyak tren-tren barat mulai diadopsi oleh masyarakat Indonesia.

Namun, tren tersebut tidak jadi masalah juga karena di satu sisi kita bisa aware dengan budaya luar, sehingga hal tersebut bisa jadi refetensi bagi masyarakat Indonesia.

Bahkan hal tersebut bisa dibilang menjadi sebuah komunitas untuk memutar roda perekonomian dalam negeri.

Dimana budaya barat juga bisa mendatangkan ide untuk para UMKM lokal menjual barang yang berkaitan dengan budaya barat, seperti jualan cealan jeans atau kaos-kaos yang didesain dari band barat.

Meskipun ide tersebut datang dari budaya luar, tapi banyak beredar juga di negara Indonesia, tapi kali ini dirasa ada yang janggal dari masuknya budaya Korea ke Indonesia.

Hal ini bukan berarti kita menjelekkan budaya Korea, karena itulah cara pasar bekerja, maknya tidak heran jika suatu budaya itu bisa masuk ke negara lain.

Kita juga harus mengakuinya bahwa negara Korea itu hebat dalam mendukung budayanya, namun masih banyak juga masyarakat Indonesia yang tidak siap merespon datangnya budaya Korea ke negara Indonesia.

Apabila hal tersebut dibiarkan, maka ini merupakan potensi ancaman bagi negara Indonesia, jika masyarakat Indonesia tidak siap meresponnya

Banyak kejanggalan dari masuknya budaya Korea ke negara Indonesia, lantas apa yang menjadi ancaman bagi negara Indonesia jika masyarakat belum siap meresponnya

Sebagaimana dikutip Kabar Banten melalui kanal Youtube Dari Suara, berikut beberapa ancaman bagi negara Indonesia apabila budaya Korea masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Waduh! Makanan Ini Murah di Indonesia Tapi Mahal di Korea Selatan, Apa Saja?

1. Fanatisme Irasional

Menjamurnya gelombang budaya Korea di negara Indonesia, melahirkan antusiasme dari banyaknya penduduk Indonesia, khususnya dari kalangan muda.

Jika kita berbicara tentang data, bahwa mayoritas penggemar K-pop di negara Indonesia diisi antara usia 12 hingga 30 tahun.

Menyukai dan mengagumi idola yang kita suka itu menjadi hal yang wajar, karena hal itu menjadi bagian dari apresiasi kita terhadap Idola tersebut.

Hubungan antara idola dan penggemar, itu terjadi di banyak hal seperti klub sepak bola, tokoh-tokoh terkenal dan lainnya.

Sejak masuknya tren Korea ke negara Indonesia, dirasa ada yang berbeda dari masyarakat kita yang mengidolakan artis-artis tersebut.

Dalam hal ini sebenarnya yang salah itu bukan trennya, karena ada beberapa orang yang mengagumi budaya tersebut dengan cara yang salah.

Jika kita ingin melihat seberapa brutalnya para panatisme budaya Korea khususnya K-pop, kita bisa melihat dengan mudah di sosial media Twitter atau sekarang berubah namanya jadi X.

Berbicara tentang Twitter dan fans K-pop dari keduanya ini memiliki hubungan yang begitu erat, karena saat ini pembahasan soal K-pop berhasil mendominasi secara global di Twitter.

Saat ini Indonesia menjadi negara peringkat pertama sebagai Tweet terbanyak yang membahas tentang K-pop, salah alasan kenapa para fans K-pop banyak yang memakai Twitter karena informasi tentang Idola mereka lebih dulu berasal dari Twitter.

Sehingga mereka bisa jadi bagian yang lebih tahu dulu dari informasi tersebut sebelum menyebar ke sosial media lain.

Selain itu, karena Twitter adalah platform sosial media yang bebas atau tanpa ada batasan dalam berkomentar, sehingga hal itu bisa memberikan kebebasan pada mereka dalam mengekspresikan perasaannya.

Bagi orang-orang yang menyukai suatu Idol group, kelompok itu disebut dengan fendom, dan fendom itu ada jenisnya lagi bagi tiap penggemar Idol group.

Pada saat mereka membentuk suatu kelompok, mereka akan memiliki rasa solidaritas, peduli, dan loyal terhadap idola yang mereka kagumi.

Biasanya mereka akan mengapresiasi segala macam karya yang dibuat sama idola mereka bahkan dari mereka tidak sungkan mengeluarkan uang untuk mendukung karya idola mereka.

Hal itu sebenarnya tidak salah, namun yang menjadi masalah adalah bagi para penggemar yang belum bijak dalam merespon tren tersebut, mereka membuat fanatisme mematikan rasionalitas mereka dalam menyukai idolanya.

Sehingga tidaklah heran jika seal tape fanatik itu melekat pada fans K-pop, meskipun kita tidak bisa menggeneralisir semuanya.

Namun, seal tape itu sudah muncul ketika telah berkali-kali terjadi, bagi mereka yang masih belum bijak dalam memyukai idolanya, hal ini jelas menimbulkan banyak dampak negatif yaitu menyebabkan adiktif dan konsumtif.

Mengapa hal itu bisa berbahaya, menurut para ahli bahwa orang yang terlalu fanatik dengan idolanya, itu setara dengan para pecandu narkoba dan game online.

Sehingga hal tersebut dapat merusak rasionalitas mereka dalam menanggapi fenomena yang menyangkut idola mereka.

Sebagai contoh seperti berantem antar fendom, terlalu sensitif dengan kritik yang ada dan hal lainnya yang terlalu berlebihan untuk dilakukan dan itu menjadi ancaman besar bagi negara Indonesia.

Dari hal tersebut dikhawatirkan jika mereka sudah ada rasa fantik hidup dan mati dengan idolanya, berarti ini merupakan gambaran bahwa begitu mudahmya masyarakat Indonesia untuk di adu domba dengan budaya yang berasal dari luar.

Praktik adu domba ini sebenarnya pernah dilakukan Belanda saat menjajah negara Indonesia, diamana mereka dengan mudah menguasai wilayah dengan praktik adu domba yang bernama Devide Et Impera.

Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa fans-fans K-pop itu ada kategorinya bahkan ada satu kategori yang terlalu terobsesi pada idolanya yaitu kategori Sasaeng.

Dimana untuk kategori ini adalah orang yang tergolong fanatik pada idola yang mereka sukai, bahkan mereka rela menyakiti diri sendiri demi mendapatkan perhatian dari idolanya.

Orang yang tergolong ke dalam kategori Sasaeng ini biasanya melakukan hal-hal yang tidak rasional saat merespon budaya Korea ini.

Ada yang menyakiti diri sendiri, berantem hanya karena membela idolanya, dan kebodohan-kebodohan lain yang terlalu berlebihan untuk dilakukan.

Lalu kenapa hal tersebut bisa menjadi ancaman bagi negara Indonesia, karena pada saat fanatisme menguasai manusia, mudah bagi negara lain untuk menjadikan ini sebagai praktik adu domba dan strategi ini tidak bisa dianggap sepele.

Baca Juga: Seorang Ibu di Malang Nagih Hutang, Eh Malah Dituntut 2,5 Tahun Penjara, Kok Bisa? Begini Kronologisnya

2. Mentalitas Inlander

Salah satu damapak negatif dari maraknya budaya luar yang direspon dengam cara yang kurang bijak adalah munculnya mentalitas inlander.

Mentalitas Inlander adalah sikap menganggap bahwa sesuatu dari luar negeri itu lebih baik, sedangkan budaya atau sesuatu dari negaranya sendiri lebih dianggap buruk dan kurang berkualitas.

Munculnya mentalitas inlander ini akibat dari penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa di Indonesia selama ratusan tahun.

Dimana selama masa penjajahan bangsa Indonesia diajarkan bahwa kita adalah bangsa yang Imperior dan terbelakang.

Sedangkan bangsa Eropa adalah bangsa yang superior dan maju, sehingga banyak orang yang menganggap bahwa mereka itu lebih kaya dari negara kita.

Di zaman modern sekarang ini, penjajahan itu tidah hanya secara militer, tapi bisa juga dengan tren dan budaya luar.

Kehadiran budaya luar di Indonesia khususnya dari Korea, hal ini mampu menimbulkan mentalitas inlander bagi orang-orang yang mengidolakan budaya luar secara berlebihan.

Dengan maraknya budaya Korea di Indonesia mulai dari makanan, gaya berpakaian, serta hiburan jelas ini memberikan dampak terhadap pembentukan mental dan karakter masyarakat Indonesia khususnya bagi usia remaja.

Perkembangan budaya Korea ini berbeda dengan budaya luar lainnya yang masuk ke negara kita, dimana budaya Korea itu benar-benar berdampak langsung pada kalangan generasi muda di Indonesia.

Sejak maraknya budaya Korea ini, banyak anak muda sekarang yang menghabiskan waktunya hanya untuk mencari informasi mendalam tentang bias atau idolanya.

Akibat waktu mereka dihabiskan untuk hal tersebut, rasanya wajar saja jika budaya ini busa membentuk mentalitas seseorang menjadi lebih tertarik pada budaya Korea daripada budaya di negara sendiri.

Hal itu bisa terjadi, karena manusia itu berpikir tergantung dari apa yang sering ia lihat, mungkin kalau mereka lebih banyak eksplor budaya Indonesia mereka akan lebih suka budaya kita daripada budaya Korea.

Ada hal yang membuat K-pop ini berbeda daripada budaya-budaya lain karena masuknya budaya tersebut bersamaan dengan era teknologi.

Dimana para penggemarnya akan lebih mudah untuk mencari dan mendalami informasi idola mereka, jika di zaman dulu misalnya kita suka sama tokoh tertentu, kita tidak bisa akses informasi tokoh tersebut secara mendalam.

Tapi di zaman sekarang itu lebih dipermudah dengan adanya kemajuan teknologi, jika dilihat saat ini anak kecil saja sudah bisa akses internet.

Maka tidaklah heran jika budaya Korea itu bisa berdampak langsumg pada pembentukkan mental dan karakter penontonnya, sebab mereka masuk secara tepat bersamaan dengan kemajuan teknologi.

Pada dasarnya menyukai sesuatu itu tidak ada salahnya, selama diambang batas yang wajar, karena bagaimanapun rasa suka itu adalah perasaan yang normal bagi manusia.

Meski penggemar K-pop itu fanatik atau yang lainnya, namun dalam hal ini bukan berarti kita menggeneralisir para penggemar itu toxic.

Baca Juga: Bahasa Indonesia Resmi Digunakan di Sidang PBB, Inilah 5 Fakta Area Khusus Indonesia di Markas Besar UNESCO

Biasanya yang toxic itu masih bersifat kekanak-kanakkan, karena meskipun fans K-pop ini dibilang fanatik, tidak menutip fakta bahwa ada juga yang mengidolakannya secara dewasa.

Menyukai sesuatu itu tidak ada masalah, selama mengimbanginya secara rasionalitas, jangan sampai fanatisme memperbudak rasionalitas kita terhadap apa yang kita suka, sebab apa yang kita bela itu belum tentu mereka tahu kalau kita ada di dunia ini.

Itulah informasi terkait dampak negatif budaya Korea yang mengancam negara Indonesia, semoga informasi ini bermanfaat.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: YouTube Dari Suara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x