Indonesia dan Vietnam, seperti negara-negara lain di dunia, menyadari urgensi untuk mengurangi emisi karbon dalam sektor energi mereka. JETP memberikan dukungan finansial yang sangat dibutuhkan untuk mencapai target-target ini.
Indonesia, sebagai contoh, berkomitmen untuk membatasi emisi karbon sektor energi hingga 290 juta metrik ton pada tahun 2030, dengan puncak emisi 25% lebih rendah daripada proyeksi sebelumnya pada tahun 2037. Ini diharapkan akan mengurangi lebih dari 2 miliar ton emisi hingga tahun 2060.
Baca Juga: Berkaca pada Inggris yang Alami Krisis Energi, Pemerintah RI Harus Optimalkan PLTU Batu Bara
Apa yang akan Dilakukan dengan Dana JETP?
Indonesia berencana untuk menggunakan dana JETP untuk mendukung perusahaan listrik negara, Perusahaan Listrik Negara (PLN), dalam memperbarui jaringan listriknya untuk menghubungkan lebih banyak sumber energi terbarukan.
PLN berambisi untuk menambah kapasitas energi terbarukan sebesar 32 gigawatt dan meningkatkan jaringan listriknya untuk mendukung hingga 28 gigawatt dari sumber energi terbarukan, dibandingkan dengan 5 gigawatt saat ini. Upaya ini memerlukan investasi hingga $172 miliar hingga tahun 2040.
Tantangan dalam Pensiun Dini Pembangkit Listrik Batu Bara
Namun, salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia adalah mendanai pensiun dini beberapa pembangkit listrik batu bara mereka. Beberapa bank ragu untuk memberikan pendanaan untuk pensiun ini karena khawatir terlibat dalam proyek batu bara.
Indonesia kini sedang merevisi taksonomi hijau mereka untuk sejalan dengan ASEAN yang telah memasukkan pensiun pembangkit listrik batu bara dalam taksonomi hijau mereka.
Baca Juga: Tongkang Batu Bara Terdampar, Biota Laut Pantai Bayah Kabupaten Lebak Diduga Tercemar