Penanda Buka Puasa dan Imsak, Tradisi Membunyikan Meriam Tetap Bertahan

- 18 Mei 2019, 17:00 WIB
meriam dari bambu
meriam dari bambu

TRADISI membunyikan meriam sebagai tanda pengingat waktu berbuka puasa di Masjid Agung Al-A'rraf hingga kini masih tetap bertahan. Tradisi tersebut sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Sehingga, setiap bulan Ramadan warga Kota Rangkasbitung cukup familiar dengan suara dentuman meriam tersebut.

Tak hanya pada saat waktu berbuka puasa, suara meriam juga terdengar ketika waktu Imsak. Keberadaan meriam itu pun menjadi daya tarik bagi masyarakat, khususnya yang hendak melaksanakan buka puasa dilanjutkan Salat Magrib berjamaah dan Tarawih di Masjid Agung setempat.

Meriam berukuran panjang sekitar dua meter tersebut, setiap hari dibunyikan oleh petugas khusus dari Masjid Agung Al A’raaf Rangkasbitung. Jangkauan dentuman suara meriam ini dapat didengar masyarakat hingga sejauh kurang lebih lima kilometer. Setelah meriam dibunyikan, kemudian muazin mengumandangkan azan magrib.

Arif (35) salah seorang yang dipercaya bertugas membunyikan meriam mengatakan, setiap hari menjelang waktu buka puasa, dirinya harus mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai menyiapkan sumbu yang sudah dibasuh dengan bensin hingga memasukkan karbit yang dicampur air ke dalam meriam.

"Jadi sistem kerja bunyi yang dihasilkan dari meriam ini menggunakan bahan karbit. Suara yang dihasilkan cukup kencang, makanya ketika menyalakan meriam saya selalu pakai penutup telinga," kata Arif, Jumat (17/5/2019).

Menurutnya, tradisi membunyikan meriam di Masjid Al-A’raaf Rangkasbitung ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Tradisi unik membunyikan meriam sebagai penanda waktu berbuka dan imsak hingga saat ini masih dilakukan oleh pengelola Masjid Al-A’raaf. Tradisi tersebut merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang dimiliki Pemerintah kabupaten (Pemkab) Lebak. (Nana Djumhana)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah