Penyintas Banjir Bingung Cari Tempat Tinggal

- 13 Januari 2020, 03:00 WIB
Penyintas Banjir binggung cari tempat tinggal
Penyintas Banjir binggung cari tempat tinggal

HAMPIR dua pekan bencana banjir bandang dan longsor melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Lebak. Sejumlah penyintas yang kehilangan harta benda dan rumahnya karena terseret banjir semakin kebingungan mencari tempat tinggal. Mereka ingin kembali bisa melanjutkan hidup secara normal.

Pimpinan Dompet Dhuafa Cabang Banten Mokhlas Pidono mengisahkan, Sabtu (11/1/2020) lalu, di sela gerimis yang masih rajin menyiram wilayah Kabupaten Lebak dirinya bertemu dengan sosok seorang ibu yang sedang tergopoh sambil teriak memanggil anaknya yang mungil berusia sekitar 1,5 tahun yang sedang asyik bermain di tengah genangan air dan lumpur yang tersisa.

Dari percakapannya, diketahui ibu itu bernama Sani yang memiliki tiga orang anak dan sudah menghuni posko pengungsian Dompet Dhuafa sejak awal didirikan. Namun, posko yang berlokasi di Pondok Pesantren Darul Mustafa, Kampung Hamberang, Desa Luhur Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak itu akan segera berakhir karena akan kembali digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) santri.

Sani memulai perbincangan dengan menceritakan kisah longsor dan banjir bandang yang menimpa kampungnya di Cigobang. Pada hari itu, sekitar pukul 05.30 pagi longsor mulai melanda kampungnya. Air hujan di selokan rumah yang biasanya jernih menjadi keruh kental, sementara suara kentongan bergema diiringi teriakan RT setempat yang meminta warganya untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan aman.

Kepanikan begitu terasa saat bumi yang dipijaknya bergoyang karena longsoran tanah. Bahkan, bukit yang berada persis di sekitar kampungya mengeluarkan suara berderak menjelang lonsor terjadi.

"Katanya berdebum seperti suara bom dalam film-film perang," kata Mokhlas menceritakan kembali penuturan Ibu Sani.

Setelah itu, Sani tidak dapat melihat rumahnya kembali yang rata tertutup tanah dan sebagian rumah tetangganya yang hanya hancur dan tertimbun. Dengan kondisi itu, dipastikan dirinya bersama puluhan keluarga lain tidak dapat kembali ke kampung halaman yang membesarkannya.

"Dengan mata berkaca, ia bercerita, kebingungan kini melandanya. Usaha tidak, kerja juga tidak, suami mengungsi dan tak bisa mencari uang entah sampai kapan, sementara hidup harus terus berjalan," ucap Mokhlas.

Butuh rumtara

Halaman:

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x