Mitos Negara Rawan Gempa dan Tsunami, Benarkan Sulit Maju dan Berkembang?, Kepala BMKG Ungkap Fakta Ini

- 7 September 2021, 20:18 WIB
Ilustrasi mitos negara rawan bencana dan tsunami sulit maju dan berkembang.
Ilustrasi mitos negara rawan bencana dan tsunami sulit maju dan berkembang. /Ig0rZh/Pixabay

Dwikorita menuturkan, kodrat Indonesia sebagai negara kepulauan yang rawan bencana gempa dan tsunami harus dijadikan motivasi bersama untuk memperkuat mitigasi bencana.

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut mencontohkan gempa bumi yang menghantam Kota Kobe, Jepang tahun 1995.

Faktanya, sebagian besar korban yang selamat itu karena pertolongan diri sendiri, yakni mencapai 34,9 persen. Sementara, mereka yang selamat karena pertolongan keluarga sebanyak 31,9 persen.

“Pertolongan teman atau tetangga 28 persen, pertolongan pejalan kaki 2,6 persen, pertolongan oleh tim penyelamat 1,7 persen, dan pertolongan lainnya hanya 0,9 persen," paparnya.

Baca Juga: Kota Cilegon Rawan Bencana, BPBD Catat 56 Kali Terjadi di 2020, Tertinggi Bikin Permukiman Warga Luluh Lantak

Itu artinya, kata dia, masyarakat Kobe sudah sangat siap menghadapi bencana dan paham mitigasi gempa memiliki peluang lebih besar untuk selamat.

Dwikorita dan tim BMKG akan melakukan kunjungan ke Provinsi Maluku dalam rangka mencocokkan peta wilayah sebaran patahan yang ada di provinsi tersebut.

Seperti diketahui, saat ini Provinsi Maluku tengah berencana membangun Ambon New Port dan pelabuhan terintegrasi serta Fish Market di Negeri Waai, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah.

Proyek pembangunan tersebut sebagai bagian dari upaya pemerintah menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional (LIN).

BErkaitan dengan itu, Dwikorita juga menegaskan komitmen penuh BMKG untuk turut serta mendukung pembangunan infrastruktur di Maluku.

Halaman:

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: bmkg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah