Mitos Negara Rawan Gempa dan Tsunami, Benarkan Sulit Maju dan Berkembang?, Kepala BMKG Ungkap Fakta Ini

- 7 September 2021, 20:18 WIB
Ilustrasi mitos negara rawan bencana dan tsunami sulit maju dan berkembang.
Ilustrasi mitos negara rawan bencana dan tsunami sulit maju dan berkembang. /Ig0rZh/Pixabay

KABAR BANTEN - Mencuat mitos bahwa negara rawan bencana gempa dan tsunami seperti Indonesia tidak dapat maju dan berkembang.

Namun mitos tersebut terbantahkan, karena terdapat beberapa negara rawan bencana gempa dan tsunami selain Indonesia.

Selain Indonesia, negara rawan bencana gempa dan tsunami adalah Jepang, New Zealand, dan Amerika Serikat, merupakan neagra maju dan berkembang yang bisa membantah mitos tersebut.

Baca Juga: Kabupaten Lebak Rawan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG Gelar SLG Cegah Jatuhnya Korban Jiwa

Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, Dwikorita Karnawati, anggapan bahwa negara rawan bencana gempa dan tsunami tidak dapat maju dan berkembang hanyalah mitos belaka.

"Meskipun Indonesia rawan gempa dan tsunami, tapi InsyaAllah dengan rahmat Allah SWT hal itu dapat kita mitigasi dengan kemajuan teknologi saat ini," kata Dwikorita, dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari bmkg.go.id.

Dengan mitigasi yang tepat, menurut dia, Indonesia justru memiliki peluang besar untuk menjadi negara maju. Terlebih, didukung dengan letak geografis Indonesia dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah.

Sebagai Negara rawan bencana gempa dan tsunami, ungkap dia, Indonesia tidak sendiri karena situasi yang sama juga dihadapi banyak negara lain seperti Jepang, New Zealand, dan Amerika Serikat.

Dia mengatakan, Negara-negara tersebut mampu membuktikan kepada dunia bahwa mereka bisa menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang pesat.

Dwikorita menuturkan, kodrat Indonesia sebagai negara kepulauan yang rawan bencana gempa dan tsunami harus dijadikan motivasi bersama untuk memperkuat mitigasi bencana.

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut mencontohkan gempa bumi yang menghantam Kota Kobe, Jepang tahun 1995.

Faktanya, sebagian besar korban yang selamat itu karena pertolongan diri sendiri, yakni mencapai 34,9 persen. Sementara, mereka yang selamat karena pertolongan keluarga sebanyak 31,9 persen.

“Pertolongan teman atau tetangga 28 persen, pertolongan pejalan kaki 2,6 persen, pertolongan oleh tim penyelamat 1,7 persen, dan pertolongan lainnya hanya 0,9 persen," paparnya.

Baca Juga: Kota Cilegon Rawan Bencana, BPBD Catat 56 Kali Terjadi di 2020, Tertinggi Bikin Permukiman Warga Luluh Lantak

Itu artinya, kata dia, masyarakat Kobe sudah sangat siap menghadapi bencana dan paham mitigasi gempa memiliki peluang lebih besar untuk selamat.

Dwikorita dan tim BMKG akan melakukan kunjungan ke Provinsi Maluku dalam rangka mencocokkan peta wilayah sebaran patahan yang ada di provinsi tersebut.

Seperti diketahui, saat ini Provinsi Maluku tengah berencana membangun Ambon New Port dan pelabuhan terintegrasi serta Fish Market di Negeri Waai, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah.

Proyek pembangunan tersebut sebagai bagian dari upaya pemerintah menjadikan Maluku sebagai lumbung ikan nasional (LIN).

BErkaitan dengan itu, Dwikorita juga menegaskan komitmen penuh BMKG untuk turut serta mendukung pembangunan infrastruktur di Maluku.

"Kami akan membantu memenuhi kebutuhan data dan informasi, termasuk pendampingan dalam pembangunan infrastruktur dengan memperhitungkan semua kejadian-kejadian yang mungkin terjadi di Provinsi Maluku," ujarnya.

Proyek infrastruktur tersebut, menurut dia, masuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN) yang sudah dicanangkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

“Jadi akan kami kawal betul agar kehadirannya bisa membawa banyak manfaat bagi masyarakat Maluku," kata Dwikorita menambahkan.

Provinsi Maluku memiliki potensi kerawanan bencana alam seperti gempa bumi tektonik, tsunami serta gelombang tinggi. Karenanya Masyarakat Maluku harus dilatih untuk selalu waspada dan siaga apabila sewaktu-waktu terjadi bencana. Dengan begitu risiko dan kerugian dapat diminimalisir sekecil mungkin.

"Tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami atau sirine berbunyi. Begitu gempa kuat dirasakan, segera langsung lari menuju daerah dataran tinggi. Lakukan evakuasi mandiri," bebernya.

Dwikorita mengatakan bahwa Ia dan tim BMKG akan melakukan kunjungan ke Provinsi Maluku dalam rangka mencocokkan peta wilayah sebaran patahan yang ada di provinsi tersebut.

Baca Juga: BMKG Lakukan Penelitian, Kota Serang Rawan Bencana

Selain itu, BMKG juga akan melakukan edukasi mitigasi kepada masyarakat, tokoh masyarakat, pemuka agama, TNI dan Polri, siswa sekolah dan berbagai stakeholders lainnya agar dapat lebih memahami pentingnya mitigasi bencana.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: bmkg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah