Sinopsis Sang Juara Olimpiade Tokyo 2020, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, Langkah Emas Dua Srikandi

- 4 Agustus 2021, 09:14 WIB
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di atas podium memberi hormat merah putih diiringi lagu Indonesia, dengan medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di atas podium memberi hormat merah putih diiringi lagu Indonesia, dengan medali emas Olimpiade Tokyo 2020. /Twitter

KABAR BANTEN – Kisah perjalanan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu seolah mencapai puncak, setelah meraih medali emas ganda putri bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020, pada Senin, 2 Agustus 2021.

Sebuah kisah sukses pasangan ganda putri bulutangkis Indonesia, Greysia Polii dan Apriani Rahayu meraih medali emas, ditentukan setelah mengalahkan wakil China Chen Qing Chen dan Jia Yifan di final Olimpiade Tokyo 2021.

Inilah ringkasan atau sinopsis perjalanan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu hingga meraih emas Olimpiade Tokyo 2020, sejarah pertama kalinya Indonesia meraih medali emas sejak ganda putri dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona 1992.

Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari badmintonindonesia.org, berikut pengakuan dan keterangan pelatih Eng Hian tentang perjalanan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu hingga meraih emas Olimpiade Tokyo 2020:

Baca Juga: Raket dan Uang Rp 200 Ribu, Modal Apriyani Rahayu ke Cipayung, Duet Greysia Polii Juara Olimpiade Tokyo 2020

Pada 2017, pelatih ganda putri Indonesia Eng Hian mulai mengevaluasi anak-anak didiknya berdasarkan hasil turnamen Thailand Masters tahun itu. 

Dalam kejuaraan itu, sektor ganda putri menerbangkan empat pasangan ke Bangkok yang tediri atas Greysia Polii dan Rosyita Eka Putri Sari.

selanjutnya, Anggia Shitta Awanda dan Ni Ketut Mahadewi Istarani, Tiara Rosalia Nuraidah dan Rizki Amelia Pradipta, serta Della Destiara Haris dan Apriani Rahayu.

Dari keempat pasangan tersebut, Greysia Polii dan Rosyita Eka Putri Sari berhasil menembus babak semifinal. Sedangkan tiga pasangan lainnya, harus terhenti di perempat final.

Eng Hian tak merasa tidak puas dengan pencapaian tim ganda putri di turnamen tersebut. Apa yang sudah dilakukan selama persiapan, latihan, tak tidak terlihat hasilnya. 

Namun dari turnamen tersebut, Eng Hian memiliki catatan tersendiri untuk Apriyani Rahayu, yang saat itu melihat ada sedikit harapan dari pemain tersebut.

Penampilan Apriyani Rahayu dalam penilaian Eng Hian, bisa dibilang bagus sebagai pemain muda yang baru masuk turnamen level senior. Apriyani Rahayu bisa mengimbangi permainan seniornya. 

“Saya harap Apri bisa menjaga dan meningkatkan kualitas latihan dan attitudenya. Mudah-mudahan dalam satu sampai tiga tahun lagi akan kelihatan hasilnya,” ujar Eng Hian saat itu.

Setelah melakukan evaluasi dan pertimbangan yang matang, keputusan pun diambil Eng Hian. Takdir pun berjalan sesuai kehendaknya, sang senior Greysia Polii akhirnya diduetkan dengan Apriyani Rahayu yang masih yunior.

Hong Kong Open Super Series 2017, di kejuaraan inilah penampilan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu menunjukkan harapan. Harapan sebagai ganda putri terbaikIndonesia, yang siap memberi kejuatan.

Di laur dugaan, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil menjejakkan kakinya ke babak final Hong Kong Open Super Series 2017. Mereka mengalahkan wakil Cina, Huang Dongping dan Li Wenmei, dengan skor 11-21, 23-21, 21-15.

 Baca Juga: Raih Emas Olimpiade Tokyo 2020, Cetak Sejarah Baru, Greysia-Apriyani Samai Legenda Bulu Tangkis Indonesia

Perjalanan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di Hong Kong Open, bisa dikatakan tak mudah mereka lewati.

Beberapa kali mereka harus berjuang untuk keluar dari lubang jarum, mengejar ketertinggalan, hingga membalikkan keadaan untuk menang. 

Namun, Greysia Polli dan Apriyani Rahayu harus menyerah dari unggulan satu asal Tiongkok, Chen Qingchen dan Jia Yifan, dengan skor 21-14, 16-21 dan 15-21. 

Greysia dan Apriyani menaklukkan game pertama dengan keunggulan sejak awal pertandingan.

Namun yang terjadi di game kedua, Greysia dan Apriyani tak bisa keluar dari tekanan lawan, sehingga harus menelan kekalahan.

Jatuh bangun dirasakan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, hingga proses itu dilewati dengan peningkatan prestasi yang mulai mereka tunjukkan.

Setelah enam bulan bersama, pasangan ganda putri tersebut berhasil mencuri perhatian.

Diturunkan pertama kali di BWF Sudirman Cup 2017, Greysia Polii dan Apriyani sudah mengantongi gelar di Thailand Open Grand Prix Gold 2017 dan French Open Super Series 2017, dan finalis Hong Kong Open Super Series 2017.

Tak terasa, waktu cepat bergulir mengantarkan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu duduk di peringkat lima dunia Greysia dan Apriyani, dan melwati 2019 dengan gelar juara di turnamen level Super 500, di India Open 2019.

Tahun berlanjut membaw a mereka ke tahun 2020. Setelah jatuh bangun atas perolehan yang dicapai.

Ajang Daihatsu Indonesia Masters 2020 menajdi penuntas dahaga gelar ganda putri di kandang sendiri usai mengalahkan Sara Thygesen dan Maiken Fruergaard (Denmark) dengan skor 18-21, 21-11, 23-21.

Greysia dan Apriyani seolah berhasil mengatasi berbagai kendala yang mereka hadapi.

Mesi demikian, Eng Hian tak ingin mereka larut dalam euforia kemenangan, karena masih ada tugas utama yang menanti, yaitu Olimpiade Tokyo 2020.

Seolah waktu begitu cepat berjalan, tujuan seolah sudah di depan mata. Apalagi jika bukan Olimpiade Tokyo 2020, yang tinggal hitungan minggu.

Greysia Polii dan Apriyani Rahayu fokus mematangkan persiapan menuju Olimpiade Tokyo 2020 yang berlangsung pada 23 Juli-8 Agustus.

Satu-satunya wakil dari sektor ganda putri tersebut bertekad untuk menyumbang medali, untuk pertama kalinya sepanjang gelaran Olimpiade.

Meski demikian, pelatih kepala ganda putri Eng Hian meminta mereka untuk tidak terlalu tertekan dan terus menjaga ekspektasi.

"Untuk sisi fisik mereka sudah siap, tetapi ini kan turnamen besar di olahraga bukan hanya bulutangkis dan digelar pun hanya empat tahun sekali. Jadi saya menaruh perhatian lebih pada masalah nonteknisnya," ujar Eng Hian.

"Bagaimana saya bisa menjaga mereka tidak berada di bawah tekanan atau terlalu berekspektasi tinggi, saya buat serileks mungkin seperti turnamen biasa saja," lanjutnya.

Eng Hian bahkan hingga meminta bantuan tim psikolog di PBSI untuk mendampingi Greysia dan Apriyani hingga hari pertandingan tiba.

"Saya pernah merasakan bagaimana tegangnya bermain di Olimpiade. Tegangnya bukan hanya di lapangan," ucapnya.

"Tapi kadang sebelum tidur juga ada rasa tegang dan kalau tidak bisa mengatasinya bisa merugikan. Itu yang saya tidak mau terjadi pada mereka, terutama Apri yang baru kali ini turun di Olimpiade,"ucapnya.

Di All England, Greysia dan Apriyani gagal tanding karena seluruh tim Indonesia dipaksa mundur kala itu. 

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Didi sudah menyiapkan menu latihan tidak biasa bagi Greysia dan Apriyani. Mereka akan menggelar sparring dengan melawan tim ganda putra.

Greysia Polii dan Apriyani Rahayu akhirnya sampai di Olimpiade Tokyo 2020. Dengan modal tampil pada tiga turnamen sepanjang 2021.

Bukan tanpa sebab, sejumlah turnamen internasional dibatalkan akibat pandemi Covid-19. 

Tentu saja, kondisi tersebut membuat persiapan para pebulu tangkis terganggu. Tak terkecuali, mereka berdua.

Berdasarkan situs BWF, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu tercatat hanya tampil pada tiga turnamen sebelum Olimpiade Tokyo.

Ketiga turnamen tersebut adalah dua seri Thailand Open dan satu BWF World Tour Finals 2020.

Dari tiga turnamen leg Asia itu, Greysia dan Apriyani sukses meraih satu gelar juara yaitu pada Thailand Open.

Namun itu semua tak menyurutkan tekad dan semangat mereka untuk meraih medali.

Bahkan jika tuhan mengizinkan, mengibarkan sang merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di atas podium!.

Perjuangan pun dimulai. Babak penyisihan mereka lewat sempurna, dengan menyapu bersih tiga laga dengan kemenangan. 

Baca Juga: Greysia Polli dan Apriani Rahayu Sabet Emas, Indonesia Melesat di Klasemen Olimpiade Tokyo 2020

Hebatnya, salah satu kemenangan di babak grup yang mereka catatkan adalah menaklukkan ganda putri nomor satu dunia asal Jepang, Yuki Fukushima dan Sayaka Hirota.

Perempat final di depan mata. Dengan status juara Grup A, Greysia dan Apriyani harus menghadapi lawan berat, wakil China, Du Yue dan Li Yinhui.

Pertarungan sengit harus mereka lalui, tanpa untuk mengenal lelah. Apalagi menyerah.

Greysia dan Apriyani akhirnya sukses harus menyingkirkan Du Yue dan Li Yinhui, menang rubber game 21-15, 20-22, 21-17.

Perjuangan makin berat. Setelah berjibaku si perempat final, Greysia dan Apriyani harus kembali ke gelanggang melawan tangguh Korea Selatan, Lee So-hee dan Shin Seung-chan di semifinal.

Semangat dan tekad itu makin membara. Greysia dan Apriyani menang dalam dua game, 21-19 dan 21-17.

Gelora kemenangan seolah membuncah, tiket final ganda putri badminton Olimpiade Tokyo 2020 dalam genggaman.

Bukan lagi meraih medali, namun menjadi juara dan pengalungan medali emas di hadapan sang sang merah putih, bukan lagi mustahil.

Ya. Selangkah lagi. Tekad menyanyikan lagu Indonesia Raya di atas podium tinggal selangkah lagi.

Hari penuntasan tiba. Sang lawan dari China, Chen Qingchen dan Jia Yifan mendekati lapangan pertandingan.

Greysia Polii dan Apriyani Rahayu tak surut. Tekad dan semangat tak berubah, meski tahu lawannya lebih diunggulkan.

Sang lawan adalah pasangan yang sejak usia junior dipasangkan, peraih juara dunia junior (BWF World Championship) 2014 dan 2015.

Deretan prestasi keduanya sudah terlihat sejak akhir 2016, dengan sukses menggondol enam gelar selama tahun 2017, seperti Indonesia Open dan China Open super 1000.

Gelar inilah yang membuat Chen Qingchen dan Jia Yifan dinobatkan sebagai ganda putri ranking 1 dunia pada November 2017.

Namun pamor mereka menurun pada tahun 2018, dengan munculnya pamor pasangan ganda Jepang Misaki Matsutomo dan Ayaka Takahashi dan Fukushima dan Hirata.

Betul! Ayaka Takahashi dan Fukushima dan Hirota, ganda nomor 1 dunia yang berhasil dilewati Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di babak kedua penyisihan.

Sesuai prediksi, pertarungan babak pertama berjalan sengit. Menariknya, pertandingan itu merupakan pertemuan kesepuluh pasangan Greysia dan Apriyani melawan Chen dan Jia.

Skor tipis saling berkejaran berlangsung hingga mendekati akhir babak pertama, hingga posisi Greysia dan Apriyani 20-19 Chen dan Jia.

Berdebar, menegangkan, begitu suasana di lapangan. Mungkin, termasuk rakyat Indonesia menyaksikannya.

Yess! Skor 21-19, untuk kemenangan Greysia dan Apriyani. Pertandingan belum tuntas, namun satu kaki seolah sudah menginjak podium juara. Histeris!

Babak kedua dimulai. Pertaruhan sekaligus penentuan. Ketat, poin awal keduanya berselisih dekat.

Greysia Polii tampak makin percaya diri, begitu pun Apriyani. Skor mulai berjarak, pasangan merah putih unggul tiga angka.

Pertandingan seolah sudah menunjukkan arah juara, Greysia dan Apriyani melesat meninggalkan lawannya yang tertahan di angka 8.

Aroma medali emas benar-benar mulai tercium, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu unggul 17-10 dari lawannya.

Greysia dan Apriyani hanya butuh tiga angka. Namun, Chen dan Jia justru merangkak menambahkan poin.

Sampai akhirnya situasi tampak sangat menegangkan, ketika kedudukan 20-15. Satu poin lagi, hanya butuh satu angka.

Bola dikirim pemain Cina ke arah Apriyani. Saling balas serangan, hingga bola pengembalian Chen melambung dan jatuh di garis sebelah kiri Apriyani.

Wasit membentangkan tangannya, pertanda shuttlecock jatuh di luar lapangan. Suasana di lapangan pecah!.

Baca Juga: Greysia Polii Ungkap Lawan Berat di Olimpiade Tokyo 2020, Bukan Jepang, Cina dan Korea, Tetapi Pasangan Ini

Greysia melompat histeris, Apriyani bahkan langsung terlentang di lapangan. Keduanya saling berpelukan. 

Papan skor menunjukkan 21-15. Gelar juara sekaligus emas Olimpiade Tokyo 2020 milik Greysia Polii dan Apriyani Rahayu.

Rekor baru. Keduanya menjadi pasangan ganda putri pertama asal Indonesia yang meraih medali emas di ajang Olimpiade.***

Editor: Yadi Jayasantika


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x