Empat Anak Badak Terekam Kamera

- 24 September 2017, 09:10 WIB
badak
badak

PANDEGLANG, (KB).- Jejak empat ekor anak Badak Jawa di Kawasan Konservasi Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, berhasil terekam kamera tersembunyi yang dipasang petugas di sejumlah titik kawasan setempat. Ke empat badak dengan nama latin Rhinoceros sondaicus itu diperkirakan lahir sekitar tahun 2016 lalu. Kepala Balai TNUK, Mamat Rahmat mengatakan, ke empat anak Badak Jawa tersebut masing-masing diberi nama, Mayang, Manggala, Prabu dan Irna. Pemberian nama Irna untuk badak berjenis kelamin perempuan itu sebagai bentuk penghargaan kepada Bupati Pandeglang, Irna Narulita. Dengan lahirnya anak badak tersebut, maka jumlah populasi badak menjadi bertambah dari 63 ekor menjadi 67 ekor. "Anak badak itu berjenis kelamin jantan dua ekor, dan dua ekor lainnya jenis betina," kata Mamat Rahmat saat memberikan sambutan pada peringatan Hari Badak Dunia (World Rhino Day) di TNUK Ujung Jaya, Jumat (22/9/2017). Menurut dia, dengan lahirnya bayi badak tersebut tentu menambah motivasi bagi para penggiat konservasi dalam upaya pelestarian badak, ditengah ancaman kepunahan badak. Oleh karenanya, melalui dukungan semua pihak TNUK terus melakukan pengembangan dan strategi habitat badak jawa di luar Taman Nasional. Selain peningkatan penyediaan pemantau kamera, TNUK terus mengembangkan pakan bagi badak. Sementara, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengatakan, lahirnya empat badak Jawa di TNUK menjadi sebuah harapan baru bagi penyelamatan satwa langka atas ancaman kepunahan populasi badak. Ini harus menjadi tonggak semangat semua pihak, khususnya dalam pelestarian terhadap badak jawa yang merupakan spesies mamalia besar terlangka di dunia. "Badak jawa merupakan spesies yang amat langka dan hanya satu-satunya ada dunia. Sudah menjadi tanggung jawab bersama dalam upaya melestarikannya," ujarnya. Direktur Konservasi WWF Indonesia, Arnold Simatupang, badak sumatera dan jawa saat ini sedang menghadapi situasi darurat. Penyebabnya, selain akibat tekanan habitat yang cukup masif juga akibat penyakit yang ditularkan ternak serta invasif tanaman lengkap. Itu merupakan tekanan bagi badak jawa di Ujung Kulon. "Kita berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan badak, agar nasibnya tidak sama dengan harimau sumatera," katanya. Menurutnya, perlindungan habitat saja dan membiarkan mereka berkembang biak secara alami tidak cukup untuk menyelamatkan kelangsungan hidup badak. Perlu juga dilakukan pemindahan badak ke tempat aman dan pembiakan semi alami yang lebih aktif serta manajemen kawasan yang lebih baik. "Rumah baru badak bukan hanya sekadar mengurangi kepadatan populasidan juga memberi ruang kepada badak jawa untuk berkembang secara sehat," ucapnya. (H-38)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah