Banten Girang Pusat Kerajaan Hindu-Budha Sebelum Kesultanan Banten Berdiri

- 3 November 2021, 14:04 WIB
Situs Banten Girang.
Situs Banten Girang. /Tangkapan layar/kebudayaan.kemdikbud.go.id

Hasanudin mengangkat Ki Jongjo menjadi mahapatih atau tumenggung.

Setelah penaklukkan tersebut, berdirilah Kesultanan Banten dan pusat pemerintahan berpindah ke daerah utara di pesisir pantai teluk Banten, yang sekarang dikenal sebagai Banten Lama.

Dikutip Kabar Banten dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Lima lempeng prasasti yang ditemukan di desa Kebantenan, Bekasi, dua di antaranya menyebutkan kata “banten”. Beberapa ahli menyatakan kata “banten” tersebut merujuk pada Banten Girang.

Jika dikaji berdasarkan asal bahasanya, dalam bahasa Jawa kuno, Banten berarti selamatan/sesaji.

Pabanten diartikan sebagai tempat untuk melakukan sesaji. Kampung Banten berarti kampung tempat melakukan persembahan.

Selain keramat Banten Girang, ada juga makam keramat lainnya di tempat ini yang disebut dengan Asem Reges.

Tempat lainnya yang menjadi kesatuan di Banten Girang adalah Telaya, Pandaringan, Banusri, dan Alas Dawas.

Nama-nama tempat yang masih tersisa di Banten Girang antara lain Asem Reges, yang menurut cerita berasal dari pohon asem yang ditanam di dekat makam Ki Jongjo.

Nama lain adalah Telaya, dimana pada tahun 1682 nama Banten Girang diganti menjadi Tirtalaya, yang kemudian disingkat menjadi Telaya.

Di tepi jurang terdapat gua buatan yang dipercaya dahulu digunakan oleh Prabu Pucuk Umun untuk bersemedi.

Halaman:

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x