3 Masjid Berarsitektur Unik dan Kuno di Kota Serang, Cocok Untuk Tempat Wisata Religi

- 17 Juni 2024, 22:16 WIB
Masjid Kapal Bosok di Lingkungan Drangong Kelurahan Curugmanis, Kota Serang Banten/tangkapan layar youtube/Channel Rin Ndakeceh
Masjid Kapal Bosok di Lingkungan Drangong Kelurahan Curugmanis, Kota Serang Banten/tangkapan layar youtube/Channel Rin Ndakeceh /

 

 

KABAR BANTEN – Kota Serang, Banten memiliki banyak masjid kuno yang merupakan peninggalan masa lampau.

Masjid-masjid kuno ini menjadi destinasi wisata religi yang diminati oleh pengunjung baik lokal maupun luar daerah.

Dengan arsitektur unik dan menarik terbaik pada masanya, masih berjaya sampai saat ini.

Baca Juga: Sejarah Masjid Kuno Abuya Armin Sekong Pandeglang Banten, Beraksitektur Timur Tengah yang Eksis Hingga Kini

Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube Mang Dhepi Channel dan Rin Ndakece, berikut beberapa masjid kuno dan unik di Kota Serang, Banten.

1. Masjid Kuno Kampung Masigit Curug Kota Serang

Beberapa masjid yang dahulu menjadi pusat penyebaran Islam masih dapat dikunjungi bahkan masih dipergunakan untuk beribadah.

Salah satunya adalah Masjid Kuno Kampung Masigit Curug Kota Serang Banten yang biasa disebut juga Masjid Sultan.

Di sekitaran Curug Manis, Kota Serang, banyak ditemui masjid-masjid kuno yang bentuk arsitektur bangunannya menyerupai Masjid Banten Lama.

Ini merupakan bentuk kearifan lokal yang mengandung nilai estetika dan historis, terutama pada bentuk atap (genteng) yang bersusun tiga.

Bentuk kearifan lokal ini dijumpai hampir seluruh daerah di Banten. Hampir semua atap masjid menggunakan genteng dari tanah merah, memang genteng terbukti lebih praktis, mudah perawatannya, serta awet dan tahan lama.

Sayangnya saat ini penggunaan genteng tanah merah mulai banyak ditinggalkan dan beralih menggunakan genteng metal yang banyak digunakan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Masjid Kampung Masigit yang berada di RT 02/03, Kampung Masigit, Kelurahan Curug Manis, Kecamatan Curug, Kota Serang, Provinsi Banten, tampak masih terlihat berdiri kokoh.

Atap masjid berbentuk kerucut dengan dua undakan. Masing-masing undakan ada dinding papan persegi panjang. Di bagian atas masjid ada mastaka bertingkat tiga.

Tingkat pertama terdapat ornamen berbentuk burung menghadap ke empat sisi, tingkat kedua terdapat ornamen buah delima, dan tingkat ketiga ornamen menyerupai bunga.

Di dalam dekat dengan mimbar terdapat empat tiang kayu jati yang menopang atap di ruang utama.

Terdapat dua mimbar, namun, satu di antaranya kuno dan tidak dipakai karena kayunya rapuh.

Masyarakat sekitar menyebutnya Masjid Sultan karena kemungkinan dibangun pada masa Sultan Maulana Hasanuddin.

Ada tiga nama masjid di Kota Serang serupa seperti di Kampung Masigit, yaitu di Cipecung, Priyayi, dan Kasemen.

Di dalam Masjid Kampung Masigit ada makam Ki Kaminja. Menurut tetua masyarakat sekitar tahun 1978, makamnya ditutup.

Di masjid pertama kali ada sebuah gentong, karena banyak yang datang dan menggambil air dari gentong tersebut maka lambat laun gentong pun bertambah menjadi tiga seperti saat ini.

Satu gentong berukuran besar yang sebagian tubuhnya terkubur di dalam tanah dan hanya terlihat airnya.

Pada 2013 ada pelebaran masjid, maka gentong yang tertimbun diangkat. Setiap satu bulan sekali pada Jumat, gentongnya dibersihkan.


Menurut tradisi setempat setelah tabuhan beduk pada Jumat pertama, anak-anak mengambil air dari gentong yang berasal dari sumur masjid.

Masjid Kampung Masigit pernah dua kali direnovasi di bagian atap dan pelebaran, yaitu 2013 dan 2017.

Masjid ini biasanya didatangi para peziarah setiap malam Jumat dan Selasa.

Untuk menuju masjid ini, dari simpang empat jalan Provinsi Banten, ambil kanan melalui jalan arah Petir, sekitar 100 meter dari jalan raya, tepat di samping kiri jalan terdapat patung monumen pahlawan Samin kemudian belok kiri.

Sepanjang perkampungan menuju lokasi Masjid Kampung Masigit, jalanannya berbatu dan tidak rata, dengan lebar antara 1-2 meter. Sisi kanan dan kiri jalan adalah hutan, kebun, dan persawahan.

2. Masjid Unik Berarsitektur Tionghoa di Walantaka

Masjid unik berarsitektur Tionghoa terdapat di Walantaka Serang Banten.

Keberadaan masjid bernuansa oriental sebenarnya bukan hal yang mengagetkan bagi masyarakat Kota Serang dan sekitarnya, terutama mereka yang mengetahui sejarah Kesultanan Banten.

Akulturasi berbagai budaya dari berbagai belahan dunia telah terjadi sejak masa tersebut, termasuk dengan bangsa Cina.

Hal Ini bisa dibuktikan dengan keberadaan bangunan cagar budaya Masjid Pacinaan Tinggi yang berada di bilangan Kampung Dermayon, Banten Lama.

Berdasar sumber sejarah, masjid ini adalah masjid yang dibangun sejak masa kekuasaan Syarif Hidayatullah, ayahanda Maulana Hasanuddin setelah merebut Banten Girang.

Selain itu, keterlibatan arsitek berkebangsaan Mongolia, Cek Ban Cut dalam membangun masjid Banten pada masa kekuasaan Maulana Hasanuddin juga pernah terjadi.

Hasil dari akulturasi tersebut adalah bentuk atap masjid berbentuk limas bertingkat yang hingga saat ini menjadi ciri khas banyak masjid kuno di Banten, khususnya wilayah pesisir utara.

Setelah berdiri kokoh masjid berarsitektur unik di Kampung Empang, Kecamatan Walantaka, Kota Serang Banten yang bernama Masjid Nanik Musini.

Meski terlihat berarsitektur oriental atau berkonsep bangunan Tionghoa, masjid ini tetap menunjukkan identitasnya sebagai tempat ibadah umat Islam dengan adanya kubah dan Lafadz Allah di atas pintu masuk.

Selain itu, masjid ini juga dilengkapi dengan bedug dan kaligrafi Arab yang menghiasi dinding-dindingnya.

Salah satu daya tarik lain dari masjid ini adalah adanya kolam ikan koi berukuran 3×1 meter di halaman depan.

Ikan koi merupakan simbol nasib baik, kesuksesan, dan kemakmuran dalam kebudayaan Tionghoa.

Diketahui, masjid ini memiliki luas bangunan sekitar 1.400 m² dan dapat menampung sekitar 500 jamaah dengan halaman yang lumayan luas.

Selain identik dengan budaya Tionghoa, proses pembangunan masjid ini diketahui memiliki hubungan dengan sosok H. Mohammad Jusuf Hamka. Seorang konglomerat muslim Indonesia.

Jusuf Hamka adalah tokoh muslim yang pernah punya mimpi membangun 1000 masjid di seluruh Indonesia.

Sebagai seorang keturunan Tionghoa, beliau pun memadukan unsur arsitektur Cina dalam bentuk ornamen masjid yang didirikannya.

Jadi, tidak seperti di berbagai kota besar, masjid disini lebih syahdu lokasinya karena letaknya berada disekitar pemukiman warga.

Tidak tanggung-tanggung, konsep masjid yang dibangun juga melalui pendekatan wisata religi. Tentunya diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi para pengunjungnya.

Selain itu, masjid ini juga merangkul warga dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam mengelola dan meramaikannya.

Proses pengerjaan masjid Nanik Musini sekitar delapan bulan sampai akhirnya di resmikan pada tanggal 17 Mei 2023 oleh Komjen. Prof. DR. Gatot Eddy Pramono, M.Si selalu Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Menurut informasi dari berbagai sumber, pembangunan masjid ini di danai oleh Hj. Nuraaeni, seorang warga asli Kampung Empang Walantaka yang kini bekerja dan tinggal di Jakarta.

Nuraaeni bukanlah keturunan Tionghoa, melainkan seorang muslimah yang dermawan dan suka berbagi.

Dalam proses pembangunan masjid ini tak lupa melibatkan masyarakat setempat, khususnya bagi pekerjanya yang secara langsung diberdayakan dari warga sekitar, baik dalam urusan pertamanan atau merawat fasilitas lainnya.

Masjid ini dibangun dengan gaya Tionghoa, bertujuan agar masyarakat mau berkunjung ke Masjid Nanik Musini.

Dan pemberian nama Masjid Nanik Mursini adalah teman dari Nuraaeni yang meninggal sesaat setelah diresmikan.

Selain itu, rencana ke depan ada upaya membuka UMKM lokal yang sejalan dengan area transportasi umum, yakni stasiun kereta api Walantaka yang hanya berjarak sekitar seratusan meter dari masjid ini.


Seperti diketahui, saat awal pembangunan, masjid ini sempat membuat heboh warga sekitar karena didominasi corak Tionghoa yang sangat kental.

Masyarakat mengira akan ada pembangunan rumah ibadah Klenteng atau Vihara di kampungnya.

Namun, setelah mengetahui bahwa itu adalah masjid, warga pun menerima dan menghormati keberadaannya.

Masjid Nanik Musini kini menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kota Serang yang menawarkan keunikan dan keindahan.

Masjid ini juga menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, yang menghargai keragaman dan kebudayaan.

 

3. Masjid  Kapal Bosok 

Masjid Kapal Bosok artinya masjid kapal yang membusuk. Ahmad Almawardi, humas pengurus masjid bercerita pada sekitar abad ke 16 Belanda yang bersandar di pelabuhan Karangantu, Serang.

Belanda ingin menguasai dan mengambil dokumen dan harta kekayaan Banten.

Maka, seorang lelaki bernama Ki Angga Derpa ingin menyelamatkan dokumen dan harta kekayaan tersebut.


"Ki Angga nyabut beringin. Di dalamnya ada tempurung isinya 2 macan. Laki dan betina yang ada anak kecilnya. Dibawa beringin ke kerumunan Belanda yang menjajah. Begitu ditaro, macan keluar. Belanda kucar-kacir," kata Ahmad bercerita serius mengenai Masjid Kapal Bosok, Kota Serang,

Karena marah, Belanda kemudian mencari Ki Angga Derpa, dan kemudian ditemukan di kampung Aon yang sekarang bernama Lingkungan Drangong.

Ki Angga Derpa kemudian ditangkap lalu dihukum di dalam kapal. Setelah dihukum, Belanda meninggalkan Ki Angga Derpa di dalam kapal beserta dokumen dan sebagainya.

Singkat cerita, kapal tersebut kemudian terbawa air sampai daerah Curug yang lokasinya sangat jauh dari pesisir.

Ki Angga Derpa kemudian mengambil cambuk dan memukulkan ke kapal. "Kapal dicambuk. Kapal, sira dicambuk bosok salawase (kapal, kamu dicambuk busuk selamanya)," kata Ahmad menirukan cerita yang menurutnya diturunkan turun temurun.


Belanda, menurut Ahmad, sempat mencari kapal yang hilang terbawa air laut bersama Ki Angga Derpa. Namun mereka mereka tidak menemukan kapal tersebut.

Saat ditanya bukti prasasti yang membenarkan cerita tersebut, para santri yang membangun Masjid Kapal Bosok banyak menemukan batu karang laut di sekitaran masjid.

Kurang lebih selama 4 tahun ke 17 santri pesantren Darul Salam membangun masjid berbentuk kapal di Lingkungan Drangong, Kelurahan Curugmanis, Kota Serang.

Mereka membangun masjid, berdasarkan cerita tentang keberadaan kapal yang membusuk di kampung tersebut.


Selain itu ada besi dan benda yang ia sebut platok kapal bekas peninggalan.

Masjid yang berbentuk replika kapal tersebut terdiri dari 3 lantai, lantai satu dijadikan tempat untuk sholat.

Dari lantai dua bisa melihat bangunan yang megah, dan lantai tiga bisa melihat pemandangan sekitar.

Di sekitaran masjid sendiri, ada sebuah makam Syekh Abdullah Angga Derpa Kapal Bosok.

Di makam tersebut ada sebuah tulisan berupa silsilah mengenainya mulai dari Nabi Adam, Nabi Muhammad sampai angka 83 Syekh Abdullah Angga Derpa. Menurut sejarah, Syekh Abdullah Angga Derpa adalah garis keturunan dari Nabi.

Bangunan yang kokoh dan indah ini harus terus dijaga dan dirawat kebersihannya, agar lebih nyaman.

Baca Juga: Menguak Sejarah Masjid Kuno Kaujon Serang Banten, Ada Filosofi Buah Nanas Banyak yang Belum Tahu Keunikannya

Itulah masjid kuno yang berarsitektur unik, masih kokoh berdiri dan bisa dijadikan destinasi wisata religi di Provinsi Banten.***

 

Editor: Maksuni Husen

Sumber: Youtube rin ndakece YouTube Mang Dhepi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah