Melihat Asal Usul Kopi Indonesia, Dibawa VOC Melalui Tanam Paksa untuk Penuhi Pasokan Dunia

24 Agustus 2021, 14:05 WIB
Alat giling kopi tradisional beserta bubuk kopi dan biji kopi tersimpan secara rapi di Museum Multatuli, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Selasa, 24 Agustus 2021. /Kabar Banten/Purnama Irawan

KABAR BANTEN - Melihat asal usul kopi Indonesia di Museum Multatuli, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Di Museum Multatuli, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak bukan hanya menyimpan arsip sejarah kopi di Indonesia akan tetapi menyimpan alat giling kopi tradisional pada masa Kolonial Belanda.

Berdasarkan arsip sejarah singkat kopi Indonesia yang tersimpan di Museum Multatuli, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak bahwa bibit kopi pertama kali dibawa oleh VOC (Kongsi Dagang Belanda di Timur)dan di tanam di Jawa sejak abad ke-17.

Baca Juga: Kamu Suka Minum Kopi? Intip 12 Menu Kopi Terbaik Tiap Zodiak Menurut Astrologi

Pada abad ke-17 Kongsi Dagang Belanda di Timur (VOC) sudah terlibat perdagangan kopi di Teluk Persia dan Laut Merah.

"Bibit kopi pertama dibawa VOC dari Malabar, India Selatan ke Jawa pada akhir abad 17 dan mulai dibudidayakan sejak awal abad 18," kata Kepala Museum Multatuli Kabupaten Lebak Ubaidillah Muchtar, kepada Kabar Banten, Selasa, 24 Agustus 2021.

Pada 1706, De Heeren Zeventien (Tujuh Belas Tuan Komisaris VOC) yang berkedudukan di Belanda menerima segenggam biji kopi pertama hasil panen di Jawa.

Selanjutnya pada 1707 Gubernur Jenderal Hindia Belanda membagi-bagikan bibit kopi kepada para bupati yang berkuasa di setiap daerah di sepanjang pantai utara Jawa, mulai Batavia sampai Cirebon.

"Namun budidaya tersebut gagal karena kopi tak bisa tumbuh baik di dataran rendah," katanya.

Baca Juga: Telapak Tangan Gatal Pertanda Akan Dapat Rezeki Nomplok, Benarkah? Simak Penyebabnya dari Sisi Medis

Setelah mengalami kegagalan, penanaman kopi pindah ke wilayah pedalaman yang berbukit.

"Pada 1711 Bupati Cianjur menyerahkan setoran kopi pertama kepada VOC dan dia menerima harga 50 gulden per pikul atas setorannya," katanya.

Kopi hasil dari Cianjur dinilai berhasil sehingga, untuk masa selanjutnya, pembudidayaan kopi dilakukan di dataran tinggi Priangan.

"Membuat daerah tersebut menjadi lumbung kopi VOC," katanya.

Berkat kerjasama VOC dengan para kepala daerah serta cara pembudidayaan kopi yang sederhana dan rendah biaya, pada 1726 hampir separuh lebih pasokan kopi dunia dipenuhi oleh VOC.

"Sebagian besar jumlah tersebut dihasilkan dari kebun kopi di Priangan," kata Kepala Museum Multatuli.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Novel Karya Eduard Douwes Dekker, Soekarno Terinspirasi Cerita Multatuli

Dalam jangka waktu yang sama kopi telah berhasil diusahakan di daerah Gubernemen mencakup 18 wilayah karesidenan. Ke-18 karesidenan itu ialah Banten, Priangan, Surabaya, Kerawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Rembang, Pasuruan, Besuki,
Pacitan, Kedu, Bagelen, Banyumas, Madiun, dan Kediri.

"Produksi kopi terbesar adalah dari Karesidenan Priangan (Jawa Barat), Kedu (Jawa Tengah), Pasuruan dan Besuki (Jawa Timur)," katanya.

Selanjutnya berdasarkan peta dari tahun 1834 di wilayah Kabupaten Lebak dan khususnya Rangkasbitung menunjukan beberapa lokasi penting. Diantaranya ada koffie loots (tempat pengumpulan kopi). Koffie pakhuis (gudang kopi).

"Adanya peta tersebut membuktikan kopi pernah dibudidayakan di Lebak dalam
rangka tanam paksa," kata Kepala Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar.***

Editor: Yandri Adiyanda

Tags

Terkini

Terpopuler