Perkembangan Seni Patingtung, Bermula Iringi Sabung Ayam Sultan, Kode Warga Berkumpul

13 September 2021, 12:35 WIB
Perkembangan Kesenian Patingtung Mulai dari pengiring Sabung Ayam, Kode untuk memanggil warga dan sebagai pertunjukan hiburan. /kebudayaan.kemdikbud.go.id

KABAR BANTEN - Kesenian Patingtung merupakan Kesenian asal Banten, yang memadukan tarian dan debus hingga ciptakan pertunjukan yang menakjubkan. 

Kesenian Patingtung ini, banyak berkembang di wilayah Kabupaten Serang.

Meski demikian, di daerah lain juga turut berkembang Kesenian Patingtung seperti di Kabupaten Pandeglang tepatnya di Kecamatan Mandalawangi.

Baca Juga: Breaking News, Terkait Dugaan Korupsi Pengadaan Tanah SMKN 7 Tangsel, KPK Panggil 2 Pejabat Dindikbud Banten

Dilansir kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari berbagai sumber, sebagai salah satu kesenian asal Banten, berdasarkan cerita rakyat, Kesenian Patingtung ini awal diciptakan untuk mengiringi pertarungan sabung ayam.

Sebagaimana beritakan kabarbanten.pikiran-rakyat.com sebelumnya, Kesenian Patingtung ini, dijadikan sebagai Kesenian yang mengiringi sabung ayam, antara ayam Sultan Maulana Hasanudin dan Raja Padjajaran yakni Prabu Pucuk Umum.

Menariknya, Kesenian Patingtung ini, tidak hanya berhenti disitu, namun alami perkembangan dari masa ke masa.

Baca Juga: Robby Purba Akan Kembalikan Honor dari KPI ke Masyarakat, Loh Kenapa?

Bahkan, Kesenian Patingtung ini dapat dikatakan sebagai salah satu warisan Kesenian Budaya Banten yang masih di jaga kebudayaannya oleh generasi penerus.

Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan menguatnya ajaran Islam di Banten, dan masyarakat Banten sudah dominan menganut agama Islam, kebiasaan atau fungsi awal dari Seni Patingtung ini pun ditinggalkan.

Dalam artinya, Seni Patingtung ini difungsikan berbeda terkhusus oleh para ulama Banten.

Dahulu, saat akan memanggil warganya untuk berkumpul, para ulama memanfaatkan Seni Patingtung ini.

Baca Juga: 1.000 Laga untuk Jose Mourinho di Klub Berakhir Manis, Saatnya AS Roma Scudetto?

Misalnya, jika sudah masuk waktu Sholat, sebagai kode atau ajakan untuk warga agar segera berkumpul untuk solat bersama, maka hal tersebut ditandai dengan di tabuhnya bedug atau gendang berupa waditra Patingtung.

Selain itu, Seni Patingtung pun dimanfaatkan sebagai Kesenian pertunjukan untuk menghibur warga yang biasanya diadakan dalam kegiatan-kegiatan perayaan.

Sebagai bentuk rasa syukur, biasanya Kesenian Patingtung ini di pertunjukan sebagai hibur saat kegiatan khitanan, pernikahan, dan lainnya.

Baca Juga: Potensi Tsunami 28 Meter di Pesisir Selatan Jawa, BMKG Ingatkan Pemda dan Masyarakat Siap Hadapi Hal Terburuk

Dalam pertunjukan tersebut, yang menjadi ciri khas Kesenian Banten, termasuk Kesenian Patingtung ini, ada unsur debusnya.

Sesuai dengan apa yang disebutkan diatas, bahwa Kesenian Patingtung ini merupakan Kesenian yang menggabungkan unsur tarian dan juga debus.

Atraksi-atraksi dari Kesenian Patingtung ini, banyak menunjukkan gerakan-gerakan silat, atau dapat dikatakan gerakan dominannya adalah silat.

Baca Juga: Kenang Korban Kebakaran, Petugas dan WBP Lapas Kelas 1 Tangerang Tabur Bunga

Untuk itu, tarian-tarian dari Kesenian Patingtung ini, sesuai dengan gerakannya, menggambarkan sebuah ketangkasan.

Kesenian Patingtung ini, semakin mendalam atau semakin lama, hingga akhirnya menuju puncak, merupakan pertunjukkan yang sangat seru dan menengangkan.

Bagi orang di luar Banten yang tidak bisa melihat atraksi-atraski magis, mungkin akan merinding.

Baca Juga: Mantan Wali Kota Cilegon Iman Ariyadi Bakal Bebas, Ini Kata Ketua DPC Gerindra Sokhidin

Apalagi, puncak dari pertunjukan Kesenian Patingtung ini diisi dengan tarian tunggal dan sekaligus menjadi klimaks dari pertunjukan ini adalah atraksi kekebalan tubuh dengan menampilkan sayatan dan bacokan golok sendiri.

Demikian perkembangan dan kegunaan Kesenian Patingtung dari masa ke masa sebagai salah satu warisan Kesenian Banten.***

Editor: Yomanti

Tags

Terkini

Terpopuler