KABAR BANTEN - Suku Baduy merupakan Suku yang masih menjaga baik tradisi nenek moyangnya.
Dalam kehidupan bermasyarakat di Suku Baduy, sesama warga saling mengasihi dan hidup secara gotong royong.
Termasuk, dalam menjaga kampung halamannya agar tetap aman dan nyaman, Suku Baduy satu sama lain saling menjaga sesuai dengan aturan atau sistem kehidupannya.
Sebagaimana diketahui, mata pencaharian Suku Baduy yang tinggal dj selatan Banten dalam wilayah administrasi Kabupaten Lebak adalah bertani.
Pekerjaan yang dilakoni oleh kebanyakan Suku Baduy ini adalah berladang di huma.
Baca Juga: Mengenal Istilah-istilah dalam Kawalu Suku Baduy, Penamaan, Arti Hingga Maknanya
Letak huma yang dimiliki oleh Suku Baduy ini cukup jauh, untuk itu, tak jarang dari mereka, saat sore tidak pulang ke rumah.
Melainkan, kebanyakan warga Suku Baduy menginap di saung yang letaknya dekat dengan humanya.
Apalagi, jika menjelang malam hari, sehingga tak sedikit dari warga Suku Baduy memilih untuk tidur di saung.
Saat berladang tersebut, otomatis rumahnya yang ada di kampung sering ditinggalkan.
Dilansir kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id,untuk menjaga rumah yang ditinggalkan, dalam tradisi Suku Baduy, dikenal yang namanya 'Tunggu Lembur'.
Tunggu Lembur ini merupakan sebuah tradisi layaknya sistem keamanan lingkungan (siskamling) yang banyak diterapkan terutama di pedesaan.
Tunggu Lembur ini artinya adalah menjaga kampung halaman agar tetap aman dari berbagai marabahaya yang bisa saja terjadi.
Aktivitas Tunggu Lembur ini, sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab dan pengawasan sesepuh kampung.
Untuk menjaga dan mengendalikan kelangsungan jalannya aktivitas Tunggu Lembur, sesepuh kampunglah yang memiliki wewenang.
Aktivitas Tunggu Lembur ini dilakukan 24 jam, yang mana biasanya melibatkan 15 orang yang berjaga secara bergantian.
Artinya, dalam aktivitas Tunggu Lembur ini tidak semua warga yang berjaga, karena warga memiliki aktivitas utama yang harus dilakukan yaitu berladang.
Sehingga, kegiatan Tunggu Lembur sendiri, nantinya semua warga mempunyai jadwal sendiri yang dibagi secara bergantian untuk menjaga kampung halaman.
Secara umum, tujuan dari siskamling atau ronda biasanya untuk menjaga kampung agar dari maling.
Baca Juga: Dikenal dengan 2 Kelompok, Ternyata Suku Baduy Terbagi 3, Begini Bedanya
Namun, dalam tradisi siskamling yang disebut Tunggu Lembur oleh masyarakat Baduy, yang utama bukan menjaga kampung dari maling atau adanya orang asing yang masuk dalam rumah.
Tetapi, lebih dari itu, manfaat dari Tunggu Lembur untuk menjaga tungku yang ada di masing-masing rumah.
Hal yang dikhawatirkan dalam masalah api tungku yang ada di setiap rumah ini adalah jikalau pemilik rumah lupa dalam mengamankan api tungku.
Karena, jikalau pemilik rumah lupa untuk mengamankan, maka akan berakibat fatal jika tidak ada aktivitas Tunggu Lembur.
Sebagaimana diketahui bahan rumah warga Suku Baduy adalah dari kayu, sehingga jika perapian tungku tersebut tidak diamankan maka akan terjadi kebakaran.
Bukan hanya membakar rumahnya sendiri, melainkan dapat membakar seluruh kampung.
Selain tujuannya untuk menjaga tungku perapian, jikalau sang pemilik rumah lupa mengamankan sebelum berladang di lembur, fungsi lain dari Tunggu Lembur adalah mengontrol warga yang sakit.
Terutama para jompo yang sedang sakit dirumah lalu tidak ada anggota keluarga lainnya di rumah maka tugas dari warga yang sedang piket Tunggu Lembur tersebut adalah mengurusi yang sedang sakit di rumah terutama saat membutuhkan bantuan.
Demikian penjelasan mengenai tradisi Tunggu Lembur yang dilakukan oleh Suku Baduy.***