Menelisik Kebudayaan Banten yang Masih Lestari, Yuk Mari Kita Jaga Bersama!

3 Juni 2023, 16:23 WIB
Ilustrasi Kebudayaan Pecak Silat Banten. /Pixabay/Agus Triyanto

KABAR BANTEN - Menelisik kebudayaan Banten yang masih lestari di tengah perkembangan zaman, dimulai dari bahasa hingga budaya lainnya.

 

Kebudayaan Banten seperti kebanyakan wilayah di Tanah Air, dimana wilayah dominan di diami masyarakat yang cukup beragam.

Tak heran, kebudayaan Banten ialah percampuran dan saling pengaruh budaya satu dengan lainnya terjadi selama puluhan tahun.

Baca Juga: Kemenpora Buka Pendaftaran Beasiswa Bantuan Karya Ilmiah Kepemudaan 2023, Cek Syarat dan Ketentuannya

Nah, untuk kamu yang tinggal di Banten, wajib tahu, budaya apa saja yang masih lestari di Banten hingga saat ini.

Simak ulasan berikut ini, seperti di rangkum Kabar Banten dari situs resmi bantenprov.go.id dalam Menelisik kebudayaan Banten yang masih Lestari dan mari sama-sama kita jaga bersama.

1. Bahasa Daerah

Penduduk Asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno.

Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara Provinsi Jawa Barat).

Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglangmenggunakan Bahasa Sunda Campuran, Sunda Kuno, Sunda Modern dan Bahasa Indonesia, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa.

Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.

2. Senjata tradisional

Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara.

Hingga saat ini kita juga bisa melihat golok digunakan sebagai senjata dalam silat. Ukuran, berat, dan bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya.

Golok memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi golok cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan sering digunakan untuk memotong semak dan dahan pohon.

Golok biasanya dibuat dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada pisau besar lainnya di dunia. Ini membuatnya mudah untuk diasah tetapi membutuhkan pengasahan yang lebih sering.

3. Pakaian Adat

Pakaian adat Banten pada Pria mengenakan pakaian model baju koko dengan lehernya yang tertutup. Serta pakaian bawahnya dilengkapi celana panjang serta diikatkan dengan kain batiknya.

Pada bajunya dikenakan ikat pinggang dan diselipkan sebilah parang di bagian depan. Serta di bahu diselempengkan sehelai kain.

Sedangkan pakaian adat Banten pada wanitanya, memakai baju adat kebaya serta kain batin sebagai bawahannya.

Pakaian ini juga diselempangkan sehelai kain di bahu dan dihiasi dengan bros kerajinan tangan pada bagian depan kancing kebayanya. Pada rambut di sanggul dan dihiasi dengan kembang goyang berwarna keemasan.

Baca Juga: Siap Menikah tapi Bingung Cari atau Pilih Jodoh? Simak Penjelasan dari Ustadz Khalid Basalamah

4. Tarian Daerah: Tari Topeng

Tarian ini dilakukan oleh satu orang pria atau lebih sesuai dengan kebutuhan.

Gerakkan tari ini tempak gemulai.Tarian topeng mengisahkan tentang seorang rasa yang balas dendam karena cintanya yang ditolak.

5. Alat Musik: Angklung Buhun, Pantung Bambu, Rampak Beduk.

Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah.

Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan.

Dari segi macam-macamnya, kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual.

Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam.

Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat. Arsitektur seperti ini berlaku di seluruh masjid di Banten.

Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.

Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang belum berubah, kecuali mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian dimaksud ialah:

Seni Debus Surosowan
Seni Debus Pusaka Banten
Seni Rudat
Seni Terbang Gede
Seni Patingtung
Seni Wayang Golek
Seni Saman
Seni Sulap-Kebatinan
Seni Angklung Buhun
Seni Beluk
Seni Wawacan Syekh
Seni Mawalan
Seni Kasidahan
Seni Gambus
Seni Reog
Seni Calung
Seni Marhaban
Seni Dzikir Mulud
Seni Terbang Genjring
Seni Bendrong Lesung
Seni Gacle
Seni Buka Pintu
Seni Wayang Kulit
Seni Tari Wewe
Seni Adu Bedug
Dan lain-lain

6. Kebudayaan Pencak Silat

Kebudayaan pencak silat merupakan seni beladiri yang berakar dari budaya asli bangsa Indonesia.

Disinyalir dari abad ke 7 Masehi silat sudah menyebar ke pelosok nusantara.

Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke15 di Nusantara.

Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di pesantren-pesatren dan juga surau-surau.

Budaya sholat dan silat menjadi satu keterikatan erat dalam penyebaran pencak silat. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah.

Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.

7. Kebudayaan Debus

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini diciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570).

Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain.

Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar.

Baca Juga: Uniknya Banten, Satu Wilayah dengan Tiga Bahasa Daerah

Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain.

Demikian menelisik kebudayaan Banten yang masih tetap terjaga dengan baik.

Hal ini menjadi salah satu bentuk kecintaan masyarakat dalam menjaga segala kebudayaan peninggalan dari leluhur masyarakat Kabupaten Banten.***

 

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: bantenprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler