KABAR BANTEN - Bagi masyarakat Banten bangunan Keraton kaibon sudah sangat dikenal. Kaibon sendiri berasal dari kata keibuan yaitu tempat tinggal yang diperuntukan bagi ibunda Sultan.
Di Kompleks ini terletak di Kampung Kroya sekitar 500 sebelah tenggara Keraton Surosowan dan berada di sisi jalur Jalan Serang Banten lama.
Baca Juga: Kuliner Khas Banten, Makanan Tradisional Turun Temurun yang Masih Eksis Hingga Kini
Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube Eru Wahyudi, berikut sejarah dan kisah perjuangan melawan penjajah Belanda.
Dari sisi Selatan Kompleks bangunan ini mengalir sungai Cibanten yang sangat dikenal masyarakat Banten. Keraton Kaibon merupakan bekas kediaman Sultan Saifuddin, seorang Sultan Banten yang memerintah sekitar tahun 1809 sampai dengan 1815.
Keraton Kaibon mempunyai bentuk arsitektur lebih menonjolkan gaya Arkais dibandingkan dengan Keraton Surosowan.
Hal ini terlihat dari bentuk pintu-pintu gerbang dan tembok keraton. Jika diurut dari depan Keraton Kaibon memiliki empat pintu gerbang yang berbentuk bentar.
Arsitektur pintu gerbang Keraton Kaibon menunjukkan ciri keraton bergaya tradisional. Hal ini diperoleh susunan pintu gerbang dan halamannya.
Pintu gerbang pertama yang merupakan jalan masuk berbentuk bentar, yang menunjukkan bahwa halaman tersebut bersifat profan.
Di dalam Keraton Kaibon sendiri terdapat bangunan masjid, dengan demikian bangunan masjid pada Keraton Kaibon diletakkan pada bagian utama keraton.
Di dalam catatan sejarah, pada tahun 1832 bangunan Keraton Kaibon dihancurkan oleh Belanda, dan sekarang yang kita lihat hanya tersisa bagian pondasi, runtuhan dinding dan sisi kiri dari bagian pintu masuknya.
Sejarah Keraton Kaibon sendiri dalam buku Ricklefs terbitan 1981 halaman 108 sampai dengan 109 dan Lubis terbitan tahun 2003 halaman 89, menjelaskan bahwa Keraton Kaibon sendiri merupakan pemindahan dari Keraton Surosowan yang dihancurkan oleh Belanda.
Dan pada masa Sultan Muhammad Tsafiuddin, tahun 1809 sampai dengan tahun 1813, Putra Sultan Zainul Solihin diangkat pemerintah kolonial sebagai pengganti Sultan Alimuddin. Diserahkan daerah Banten Hulu atau Selatan.
Jadi, di masa pemerintahan Sultan Safiudin pusat pemerintahan dipindahkan dari Keraton Surosowan Ke Keraton Kaibon.
Dan ketika itu Belanda yang dipimpin oleh Daendels digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens.
Namun Janssens tidak mampu menghadapi serbuan Armada Inggris ke pulau Jawa yang terjadi pada Agustus tahun 181.
Akibatnya Belanda menyerah kepada pihak Inggris di Salatiga pada tanggal 17 September 1811, melalui Kapitulasi Tuntang.
Kesultanan Banten pada saat itu dibawah kekuasaan Sultan Muhammad Tsafiuddin. Tetapi kondisi wilayah Banten ketika itu jauh dari ketentraman, sehingga pada tanggal 19 Mar 1813 Raffles mendatangi istana Sultan untuk membuat sebuah perjanjian.
Raffles memaksa Sultan Muhammad Tsafiuddin untuk menyerahkan pemerintahan Banten kepada pemerintahan Inggris.
Dan status Sultan diubah menjadi Bupati Sultan dan mendapat tunjangan dari pemerintah Inggris sebesar 10.000 Ringgit setahun, dalam catatan mikrob Dan Hudari.
Inilah peristiwa dimana seluruh daerah Banten telah dikuasai oleh pemerintah Inggris, dan dijadikan sebagai daerah karesidenan.
Pada tahun 1813 Raffles juga membagi wilayah Karisidenan Banten menjadi empat kabupaten, yaitu
1. Kabupaten Banten Lor atau Banten Utara diperintah oleh Pangeran Suramenggala.
2. Kabupaten Banten Kulon atau Banten barat diperintahkan oleh Bupati Tubagus Hayyudin.
3. Kabupaten Banten Tengah diperintahkan oleh Bupati Tubagus Ramlan.
4. Jabupaten Banten Kidul atau Banten Selatan diperintahkan oleh Bupati Tumenggung Surajaya.
Kekuasaan Inggris sendiri tidak terlalu lama di Pulau Jawa, sehingga berakhir pada tahun 1816.
Setelah perubahan kekuasaan dari Inggris kepada Belanda Hindia, Belanda dipimpin oleh Gubernur Jenderal Van Der Capellen.
Pada tahun 1819 sampai dengan 1830 di masa tersebut Hindia Belanda mengubah beberapa kali perubahan administrasi kewilayahan, termasuk di wilayah Banten menjadi empat kabupaten.
Status Keraton Kaibon sendiri masih digunakan sampai dengan masa pemerintahan Bupati Banten yang pertama, yang mendapat dukungan Belanda yaitu Arya Hadi Santika sebagai ganti pemerintahan Kesultanan Banten yang dihapuskan mulai tahun 1816.
Kemudian pada tahun 1832 bangunan Keraton Kaibon dihancurkan oleh Belanda dan sekarang hanya tersisa bagian pondasi, reruntuhan dinding dan sisi kiri dari bagian pintu masuknya.
Baca Juga: Sinopsis Film Drama Korea Moving, Serial Paling Ditonton di Disney Plus
Itulah sejarah terkait dengan Keraton Kaibon yang menjadi saksi bisu perjuangan melawan penjajah.***