Sejarah Keraton Kaibon, Jejak Perjuangan Melawan Belanda

14 September 2023, 16:37 WIB
Keraton Kaibon/Tangkapan Layar/indonesiakaya.com /

KABAR BANTEN - Bagi masyarakat Banten bangunan  Keraton kaibon sudah sangat dikenal. Kaibon sendiri berasal dari  kata keibuan yaitu tempat   tinggal yang diperuntukan bagi ibunda Sultan.

Di Kompleks ini terletak di Kampung Kroya  sekitar 500 sebelah tenggara Keraton   Surosowan dan berada di sisi jalur  Jalan Serang Banten lama.

Baca Juga: Kuliner Khas Banten, Makanan Tradisional Turun Temurun yang Masih Eksis Hingga Kini

Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube Eru Wahyudi, berikut sejarah dan kisah perjuangan melawan penjajah Belanda.

Dari sisi   Selatan Kompleks bangunan ini mengalir sungai  Cibanten yang sangat dikenal masyarakat Banten. Keraton Kaibon merupakan bekas kediaman  Sultan Saifuddin, seorang Sultan Banten   yang memerintah sekitar tahun 1809 sampai dengan 1815.

Keraton Kaibon mempunyai bentuk arsitektur  lebih menonjolkan gaya Arkais dibandingkan   dengan Keraton Surosowan.

Hal ini terlihat dari  bentuk pintu-pintu gerbang dan tembok keraton. Jika diurut dari depan Keraton Kaibon memiliki  empat pintu gerbang yang berbentuk bentar.

Arsitektur pintu gerbang Keraton Kaibon  menunjukkan ciri keraton bergaya tradisional.  Hal ini diperoleh susunan pintu gerbang  dan halamannya.

Pintu gerbang pertama   yang merupakan jalan masuk berbentuk bentar, yang  menunjukkan bahwa halaman tersebut bersifat profan.

Di dalam Keraton Kaibon sendiri  terdapat bangunan masjid, dengan   demikian bangunan masjid pada Keraton  Kaibon diletakkan pada bagian utama keraton.

Di dalam catatan sejarah, pada tahun 1832  bangunan Keraton Kaibon dihancurkan oleh   Belanda, dan sekarang yang kita lihat hanya tersisa   bagian pondasi, runtuhan dinding dan  sisi kiri dari bagian pintu masuknya.

Sejarah Keraton Kaibon sendiri dalam buku  Ricklefs terbitan 1981 halaman 108 sampai   dengan 109 dan Lubis terbitan tahun 2003  halaman 89, menjelaskan bahwa Keraton Kaibon   sendiri merupakan pemindahan dari Keraton  Surosowan yang dihancurkan oleh Belanda.

Dan pada masa Sultan Muhammad Tsafiuddin, tahun 1809 sampai dengan tahun 1813, Putra Sultan Zainul  Solihin diangkat pemerintah kolonial sebagai   pengganti Sultan Alimuddin. Diserahkan daerah Banten Hulu atau Selatan.

Jadi, di masa pemerintahan Sultan Safiudin   pusat pemerintahan dipindahkan dari  Keraton Surosowan Ke Keraton Kaibon.

Dan ketika itu Belanda yang dipimpin oleh  Daendels digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens.

Namun Janssens tidak  mampu menghadapi serbuan Armada Inggris   ke pulau Jawa yang terjadi pada Agustus  tahun 181.

Akibatnya Belanda menyerah   kepada pihak Inggris di Salatiga pada tanggal  17 September 1811, melalui Kapitulasi Tuntang.

Kesultanan Banten pada saat itu dibawah  kekuasaan Sultan Muhammad Tsafiuddin. Tetapi   kondisi wilayah Banten ketika itu jauh  dari ketentraman, sehingga pada tanggal   19 Mar 1813 Raffles mendatangi istana  Sultan untuk membuat sebuah perjanjian.

Raffles memaksa Sultan Muhammad Tsafiuddin  untuk menyerahkan pemerintahan Banten   kepada pemerintahan Inggris.

Dan status Sultan  diubah menjadi Bupati Sultan dan mendapat   tunjangan dari pemerintah Inggris sebesar 10.000  Ringgit setahun, dalam catatan mikrob Dan Hudari.

Inilah peristiwa dimana seluruh daerah Banten  telah dikuasai oleh pemerintah Inggris, dan   dijadikan sebagai daerah karesidenan.

Pada tahun  1813 Raffles juga membagi wilayah Karisidenan   Banten menjadi empat kabupaten, yaitu

1. Kabupaten  Banten Lor atau Banten Utara diperintah oleh   Pangeran Suramenggala.

2. Kabupaten Banten Kulon atau Banten  barat diperintahkan oleh Bupati Tubagus Hayyudin.

3.  Kabupaten Banten Tengah diperintahkan  oleh Bupati Tubagus Ramlan.

4. Jabupaten Banten Kidul atau Banten Selatan  diperintahkan oleh Bupati Tumenggung Surajaya.

Kekuasaan Inggris sendiri tidak terlalu lama  di Pulau Jawa, sehingga berakhir pada tahun 1816.

Setelah perubahan kekuasaan dari Inggris  kepada Belanda Hindia, Belanda dipimpin   oleh Gubernur Jenderal Van Der Capellen.

  Pada tahun 1819 sampai dengan 1830 di   masa tersebut Hindia Belanda mengubah  beberapa kali perubahan administrasi   kewilayahan, termasuk di wilayah  Banten menjadi empat kabupaten.

Status Keraton Kaibon sendiri masih  digunakan sampai dengan masa pemerintahan   Bupati Banten yang pertama, yang mendapat  dukungan Belanda yaitu Arya Hadi Santika   sebagai ganti pemerintahan Kesultanan  Banten yang dihapuskan mulai tahun 1816.

Kemudian pada tahun 1832 bangunan Keraton Kaibon  dihancurkan oleh Belanda dan sekarang hanya   tersisa bagian pondasi, reruntuhan dinding dan sisi kiri dari bagian pintu masuknya.

Baca Juga: Sinopsis Film Drama Korea Moving, Serial Paling Ditonton di Disney Plus

Itulah sejarah terkait dengan Keraton Kaibon yang menjadi saksi bisu perjuangan melawan penjajah.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube Eru Wahyudi

Tags

Terkini

Terpopuler