Dampak La Nina, Kampung Nelayan Terakhir di Kota Cilegon Ini Diselamatkan Muntahan Erupsi Gunung Anak Krakatau

- 9 Februari 2021, 06:26 WIB
Kardi, salah satu nelayan Tanjung Peni, saat mengumpulkan batu apung muntahan Gunung Anak Krakatau yang berserakan di bibir pantai, Senin 8 Agustus 2021.
Kardi, salah satu nelayan Tanjung Peni, saat mengumpulkan batu apung muntahan Gunung Anak Krakatau yang berserakan di bibir pantai, Senin 8 Agustus 2021. /Kabar Banten/Sigit Angki Nugraha/

Sementara itu, Rully kepada wartawan mengatakan, mendapat pasar batu apung dari internet. Lantaran ada yang mau membeli batu tersebut, ia mulai mengumpulkan batu apung.

Baca Juga : Arsip Lama Tsunami Lebak Selatan Dibuka LIPI, Gugus Mitigasi : Bukan Menakut-nakuti Tapi Waspada

"Lihat-lihat di internet, ada yang mencari batu apung. Kebetulan si pinggir pantai banyak batu apung, akhirnya saya mulai mengumpulkan. Hasilnya lumayan," ucapnya.

Ketika nelayan-nelayan lain ikut mengumpulkan batu apung, Rully akhirnya menjadi pengepul batu aoung di Kampung Nelayan Tanjung Peni.

Katanya, ia membeli batu apung dari nelayan dengan harga Rp1000 per kilogram, sementara ia menjua kembali dengan harga Rp2000 per kilogram.

"Alhamdulillah, untung saya bisa sampai Rp1 jutaan," katanya.***

Halaman:

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x