Masyarakat yang bermukim di Kampung Cibarani merupakan keturunan atau incu putu dari Parung Kujang.
"Parung Kujang berarti Tarung Kujang (peperangan di Tegal Papak) dengan orang Baduy," kata Ketua Adat Kasepuhan Cibarani sekaligus Kades Cibarani H Dulhani kepada KabarBanten.com, Kamis, 4 Maret 2021.
Warga Cibarani mulai bermukim semenjak zaman Pupuhu Ama Haji Dul Patah. Yaitu leluhur Parung Kujang yang pertama.
"Jadi, jauh sebelum zaman kolonial Belanda masyarakat Cibarani sudah menempati wewengkon (Kampung Cibarani)," katanya.
Dulhani mengatakan, masyarakat Cibarani lebih fasih menyebut zaman penjajahan saat itu dengan berkuasanya Ratu Welmina untuk menyebut nama Ratu Belanda-Wilhemina.
Sekalipun, Belanda belum sampai turun ke Kampung Cibarani karena aksesnya yang cukup sulit.
Baca Juga: Menang Dramatis atas Sevilla, Barcelona Melangkah ke Final Copa del Rey 2020-2021
Kendati begitu, pengaruhnya cukup besar terhadap penguasaan hutan dengan cara mempersempit area ladang berpindah (ngahuma) masyarakat.
Sejak 10 Desember tahun 2010 ditetapkan sebagai hari jadi Desa Cibarani. Pasalnya, pada tanggal tersebut Kampung Cibarani dimekarkan menjadi desa administrasi sendiri.