Mengenal Kaulinan Budak Banten, Gatrik Permainan Populer Berebut Digendong

- 6 Maret 2021, 23:10 WIB
Ilustrasi permainan Gatrik
Ilustrasi permainan Gatrik /gln.kemdikbud.go.id

 

KABAR BANTEN – Gatrik merupakan salah satu kaulinan (permainan) yang biasa dimainkan oleh anak-anak Banten dengan menggunakan dua buah media kayu yang ukurannya tidak sama besar.

Permainan Gatrik ini merupakan permainan populer yang melibatkan dua kelompok yang banyak. Dengan cara, mencungkil kayu yang ukurannya lebih kecil, yang diselipkan diantara dua batu, lalu di pukul.

Bagi kelompok yang dinyatakan menang, maka masing-masing anggota pada kelompok yang menang tersebut akan mendapatkan hadiah atau award berupa gendongan yang diberikan oleh tim lawan atau kelompok yang kalah.

Baca Juga: Mengenal Kaulinan Budak Banten, Permainan Tradisional Gamsit, Cara Tentukan Pemenang dengan Adu Jari

Dilansir KabarBanten.com dari buku permainan tradisional anak masyarakat Banten Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten pada 2014 yang disusun oleh Dadan Sujana dan Neli Wachyudin, permainan Gatrik sendiri menggunakan alat dari dua potongan kayu, yang ukurannya masing-masing sekira 30 dan 15 cm. 

Baca Juga: Mengenal asal usul Nama Leuwidamar, Tempat Bermukim Masyarakat Baduy, Bermakna Hutan dan Tanaman

Dimulainya permainan gatrik, saat posisi potongan kayu yang ukurannya lebih kecil (15 cm) diletakkan diantara dua batu, lalu kayu tersebut di congkel dan dipukul sejauh mungkin oleh salah satu anggota kelompok menggunakan potongan kayu yang ukurannya lebih panjang sekira 30 cm. 

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Caringin, Diambil dari Jenis Pohon Waringin, Ibukota Banten di Masa Kolonial Belanda

Posisi kedua tim saat hendak melangsungkan permainan gatrik yakni saling berhadapan, hanya dipisahkan oleh dua buah batu yang menghimpit potongan kayu kecil (15 cm) dengan jarak sekira 2 meter, dari arah batu tersebut.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Bojonegara, Wilayah Pesisir Kabupaten Serang, Negerinya Para Bajak Laut

Jika kayu yang terhimpat batu tersebut sudah tercongkel, misal oleh tim B, maka tim A bertugas menangkap kayu tersebut. Jika tim A berhasil menangkap kayu, maka tim A berhak bermain pertama. 

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Karangantu, Pelabuhan di Era Kejayaan Banten, Tempat Pemberhentian Para Perahu Asing

Begitupun sebaliknya, jika tim A tidak berhasil, maka tim B lah yang berhak memainkan gatrik pertama.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Karangantu, Pelabuhan di Era Kejayaan Banten, Tempat Pemberhentian Para Perahu Asing

Selanjutnya kayu kecil (15 cm) tersebut, terus dipukul menggunakan kayu yang ukurannya lebih besar (30 cm) dengan posisi kayu terlentang dibawah hingga beberapa kali pukulan sampai jarak pukulannya sebanding dengan jarak panjang pemukulnya.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Mandalawangi Pandeglang, Titik Pertemuan Tiga Lembah, Simpan Legenda Cinta Dua Insan

Saat salah satu pemukul dari anggota tim yang pukulannya tidak mengena/melesat dari kayu kecil (15 cm), maka orang berikutnya dari kelompok yang sama terus melakukan pukulan.  

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Mandalawangi Pandeglang, Titik Pertemuan Tiga Lembah, Simpan Legenda Cinta Dua Insan

Begitu pun seterusnya, sampai orang dalam satu kelompok tersebut habis. Setelah menyelesaikan pukulan hingga orang terkhir dalam satu kelompok yang sama, maka tim lawan memberikan award.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Pulasari Pandeglang, Gunung Keramat Kerajaan Sunda, Tempat Ibadah Sunan Gunung Jati

Award itu berupa gendongan dengan patokan jarak dari bambu kecil yang terakhir kali dipukul, hingga ke batu awal permainan dimulai.*** 

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: Disbudpar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x