Mengenal Asal Usul Vihara Avalokitesvara, Dibangun Dekat Masjid Agung Banten, Menyimpan Kisah Cinta Sultan

- 30 Mei 2021, 14:20 WIB
Vihara Avalokitesvara Banten saat dikunjungi penganut Budha untuk melakukan ibadah.
Vihara Avalokitesvara Banten saat dikunjungi penganut Budha untuk melakukan ibadah. /Frely Rahmawati/Kabar Banten

KABAR BANTEN - Vihara Avalokitesvara, merupakan salah satu vihara tertua di Banten, letaknya di Jalan Tubagus Raya Banten atau Kawasan Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

Banyak versi yang menceritakan perihal berdirinya Vihara Avalokitesvara yang menjadi tempat Ibadah para penganut Budha yang ada di Banten ini.

Menurut Humas Vihara Avalokitesvara Banten Asaji Manggala Putra saat dikonfirmasi KabarBanten pada Rabu, 26 Mei 2021, Vihara Avalokitesvara ini didirikan oleh sebagian pengikut Putri Tiongkok Ong Tien Nio, yang masih mempertahankan agama Budhanya pada tahun 1652 di Desa Dermayon.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Masjid Agung Ats-Tsauroh, Dibangun Sebelum Masa Kemerdekaan, Memiliki Arti Perjuangan

Sementara, masih menurut Asaji, Putri Ong Tien, dan sebagian pengikut lainnya yang juga mempunyai loyalitas tinggi, berpindah agama memeluk Islam, dan mendirikan tempat ibadah yakni Masjid Pacinan Tinggi.

Lalu siapa sebenarnya Putri Ong Tien Nio ini, apa hubungannya dengan Sultan Banten?

Singkat Cerita, berdasarkan apa yang disampaikan Asaji, Putri Ong Tien Nio ini merupakan seorang Pedagang yang berasal dari Tiongkok.

Karena dahulu seorang pedagang ini biasanya berlayar dari pulau ke pulau untuk berdagang, begitupun dengan apa yang dilakukan oleh putri Tiongkok, awalnya dia ingin berlayar ke Surabaya, namun saat memasuki ke wilayah Banten dan melihat adanya mercusuar yang letaknya di depan kali Kemiri, ia pun bertolak kembali pulang menunggu arah angin Barat Daya.

“Jadi, sambil menunggu arah angin Barat Daya, putri Ong Tien turun, dan meminta pas jalan (surat atau tanda izin untuk berlayar lagi),” ungkap Asaji. 

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Masjid Raya Al-Bantani, Terinspirasi Kisah Hijrah Rasulullah, Hasil Pemikiran Ulama Banten

“Kebetulan pada saat Putri Ong Tien memasuki wilayah Banten, dahulu penguasanya adalah Sultan Syarif Hidayatullah, lalu singkat cerita, Putri Ong Tien dan Sultan Syarif Hidayatullah pun akhirnya menikah,” ujarnya menjelaskan.

Setelah menikah, Putri Ong Tien di boyong ke Cirebon, lalu bergabunglah dengan Walisongo, lalu singkat cerita Sultan Syarif Hidayatullah dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.

Sementara, anak buahnya putri Ong Tien yang berjumlah 3500 orang membentuk komunitas Tionghoa, yang bermukin didekat Karang Antu yang bernama Kampung Baru.

Sebagaimana disebutkan diatas, dariseluruh pengikut Putri Ong Tien ini, terbagi dua ada yang berpindah memeluk agama Islam, ada juga masih mempertahankan keyakinannya memeluk agama Budha.

Namun, meski demikian, sebagaimana bukti sejarahnya dapat kita lihat dengan berdirinya Vihara didekat Masjid Pacinan Tinggi (Masjid Bersejarah yang didirikan pengikut Putri Ong Tien beragama Islam), menandakan betapa tingginya sikap tolerasi rakyat Banten sejak dahulu.

Pada abad ke-17, Banten pernah mengalami Pandemi seperti pandemi Corona yang terjadi sekarang yang menyebabkan banyak orang meninggal.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Gunung Pinang, Tempat Pertapaan Masa Awal Berdirinya Kerajaan Islam Banten

Lalu, Masaji Menjelaskan, Patung Dewi Kwan Im (patung peninggalan bersejarah yang sampai sekarang masih berada di Vihara Avalokitesvara), oleh Kanjeng Sultan di minta untuk dibawa upacara keliling kampung sebagai ritual tolak balak, dan betapa dirasakannya kebesaran dari dewi Kwan Im, pandemi yang terjadi tersebutpun dapat reda.

“Betapa bergembiranya Sultan, melihat rakyatnya dapat terhindar dari Pandemi, Sultan pun menghibahkan sebidang tanah didepan cukuwek, lalu pada tahun 1774, di pindahkanlah Vihara dari desa Dermayon ke Kampung Pamarican.

Kisah lain yang menandakan betapa kramatnya Vihara Avalokitesvara tersebut, konon pada tahun 1883, terjadi tsunami empat hari 4 malem yang menyebabkan banyaknya orang yang meninggal, bagai sebuah mukjijat, orang yang masuk ke dalam Vihara selamat karena air akibat tsunami tersebut tidak masuk ke dalam Vihara, sementara di luar Vihara air mencapai hingga setinggi pohon kelapa.

Sementara, versi lain perihal berdirinya Vihara Avalokitesvara Banten ini, sebagiamana dilansir KabarBanten.com dari website dispar.bantenprov.go.id, menyebutkan bahwa vihara ini dibangun pada masa emas Kerajaan Banten saat dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1652.

Gerbang dengan atap berhiasakan dua naga memperebutkan mustika sang penerang (matahari) menyambut pengunjung di pintu masuk lebih ke dalam vihara, tersebut, memiliki nama lain yakni Kelenteng Tri Darma.

Disebutnya Vihara sebagai Klenteng Tri Darma ini, karena Vihara tersebut melayani tiga kepervayaan sekaligus yakni Kog Hu Cu, Taoisme, dan Budha.
Tapi, meskipun Vihara ini diperuntukkan untuk melayani tiga agama tersebut, Vihara ini terbuka untuk umum.

Baca Juga: Uniknya Banten, Satu Wilayah dengan Tiga Bahasa Daerah

Rayat Banten yang menganut agama lain juga bisa mengunjungi Vihara Avalokitesvara ini untuk melihat dan menikmati bangunan yang merupakan salah satu Cagar budaya yang ada di Provinsi Banten.
Untuk diketahui, Vihara Avalokitesvara ini memiliki luas mencapai 10 hektar dengan altar utamanya Dewi Kwan Im.

Di Altar ini, terdapat patung Dewi Kwan Im yang berusia hampir sama dengan bangunan Vihara.
Selain terdapat patung Dewi Kwan Im, di samping kiri dan kanan juga terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga.

Vihara Avalokitesvara atau Kelenteng yang pernah terbakar pada 2009 ini juga memiliki ukiran-ukiran yang menceritakan bagaiamana Kejayaan Banten say masih menjadi kota Pelabuhan yang ramai.***

Editor: Yandri Adiyanda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x