Mengenal Asal Usul Nama Jalan Multatuli Rangkasbitung, Jejaknya Ada di Surat Kabar Tahun 1933

- 16 Juli 2021, 19:04 WIB
Jalan Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Jalan Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. /Kabar Banten/Purnama Irawan

"Sistem ini menjadi sebuah kompromi dengan kaum konservatif Belanda untuk menjalankan koloni sesuai dengan ide humanis yang berkembang di Eropa pada masa itu," katanya.

Baca Juga: Serunya Berkeliling Museum Multatuli Lebak Secara Virtual, Jangan Kaget Disambut Saijah dan Adinda

Dalam perdebatan itu, tidak sedikit orang-orang Liberal menggunakan penggambaran dalam roman Max Havelaar (Novel karya Multatuli atau Eduard Douwes Dekker) untuk menunjukkan kebobrokan sistem sebelumnya.

Kalau tidak dilebih-lebihkan, Multatuli bagi kaum Liberal Belanda mungkin dianggap pahlawan karena mendukung ide-ide pembaruannya.

"Atas jasa-jasanya karena menunjukkan kehidupan di tanah jajahan, perlu adanya “sites of memory”, yaitu penanda ingatan masa lalu namun dalam tatapan atau kendali sejarah," katanya.

Ingatan atau memori tidak lagi bersifat spontan dan naruliah, tetapi bagian dari “duty of remember” (kewajiban untuk mengingat). Inilah yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, memainkan politik memori dengan menghidupkan sosok Multatuli di tempat ia bertugas melalui nama jalan atau pendirian monumen meja batu (seperti yang diceritakan Broersma).

"Saya bisa berkata demikian karena memang jalan protokol itu sudah dinamakan sejak zaman kolonial, bukan ketika Indonesia merdeka. Terlepas dari hal itu, upaya yang dilakukan oleh pemerintah kolonial pada akhirnya menciptakan memori kolektif di tengah masyarakat," katanya.

Baca Juga: Sepak Terjang Multatuli Terkenal Karena Novel, Nyimas Gamparan Angkat Senjata Melawan Kolonial

Nama Multatuli jadi identik dengan Kabupaten Lebak, khususnya Rangkasbitung.

"Jadi, identitas kita, Rangkasbitung kotanya Multatuli adalah “warisan kolonial," katanya.

Halaman:

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x