Mengenal Benteng Speelwijk Saksi Bisu Monopoli Belanda, Sulut Perang Sedarah Penguasa Kesultanan Banten

- 21 Agustus 2021, 17:09 WIB
Benteng Speelwijk, saksi bisu monopoli politik adu domba Belanda yang sulut perang sedarah antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji.
Benteng Speelwijk, saksi bisu monopoli politik adu domba Belanda yang sulut perang sedarah antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. /virtualtour.bantenprov.go.id

Hingga akhirnya, akibat monopoli Belanda yang sebabkan meletusnya peperangan antara ayah dan anak tersebut, perlahan masa Kejayaannya Kesultanan Banten tersebut pun runtuh.

Dilansir kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari berbagai sumber, Benteng Speelwijk ini didirikan tahun 1682 dan mengalami peluasan pada tahun 1685 dan 1731.

Baca Juga: Persis yang Dipakai Presiden Jokowi, Ini Penyedia Pakaian Adat Suku Baduy untuk Menparekraf Sandiaga Uno

Benteng Speelwijk yang didirikan pada masa Sultan Banten Ke-8 yakni Sultan Abu Nasr Abdul Kahhar atau dikenal dengan sebutan Sultan Haji ini dirancang oleh arsitek Hendrick Lucaszoon Cardeel.

Asal usul dinamainnya Benteng tersebut dengan nama Benteng Speelwijk diambil dari nama Gubernur VOC yakni Cornelis Jansz Speelman.

Begitu cerdiknya penjajah Belanda saat itu, yang berhasil memonopoli Kesultanan Banten, tidak seperti biasanya para penjajah Hindia Belanda membangun Benteng dengan memohon izin terlebih dahulu dengan sang Sultan.

Baca Juga: International Geography Olympiad 2021, 4 Pelajar Indonesia Raih Medali, Salah Satunya Siswa SMAN 2 Tangsel

Hal tersebut dilakukan sebagai upaya memperkuat posisi Belanda terhadap pandangan Sultan Banten ke-8 yakni Sultan Haji atas pengakuan kekuasaannya.

Begitu hebatnya tipu muslihat penjajah Belanda, yang meminta izin untuk dibangunnya Benteng Speelwijk dengan alasan sebagai tempat berlindung dari serangan rakyat Banten terutama para pengikut sang ayah yakni Sultan Ageng Tirtayasa.

Begitu kejam dan tak mau rugi, disebutkan bahwa pembangunan Benteng Speelwijk ini tidak menggunakan tenaga dari pribumi atau warga Kesultanan Banten, melainkan dari orang-orang China dengan upah yang sangat rendah.

Halaman:

Editor: Yomanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah