Waspada, Tanjakan Maut Lebak Denok di JLS Cilegon Terus Memakan Korban, Ini Saran Kadis PUTR Kota Cilegon

- 18 September 2021, 15:01 WIB
Suasana kecelakaan lalu lintas di tanjakan Lebak Denok JLS Kota Cilegon, Jumat 17 September 2021.
Suasana kecelakaan lalu lintas di tanjakan Lebak Denok JLS Kota Cilegon, Jumat 17 September 2021. /Kabar Banten /Sigit Angki Nugraha

KABAR BANTEN - Bagi pengguna truk bertonase tinggi yang berencana melintasi Jalan Lingkar Selatan atau JLS Kota Cilegon, diimbau untuk waspada saat melintasi tanjakan Lebak Denok.

Sebab tanjakan Lebak Denok JLS dikenal kerap memakan korban truk bertonase tinggi, dimana truk-truk tersebut tidak mampu mencapai puncak tanjakan.

Pekan ini saja, dua truk bertonase tinggi mengalami kecelakaan di tanjakan Lebak Denok JLS, kendaraan itu gagal mencapai puncak bahkan mundur.

Baca Juga: Perempuan Viral Marah-Marah di JLS Akhirnya Minta Maaf

Kecelakaan terakhir yang terjadi di tanjakan Lebak Denok JLS adalah mundurnya mobil tanki Pertamina pada Jumat 17 September 2021.

Mobil tersebut gagal mencapai puncak tanjakan kemudian mundur tidak terkendali, sopir Tanki Pertamina berhasil menghentikan mobil, namun dengan posisi menyilang.

Akibatnya jalur JLS ke arah Ciwandan terganggu, kemacetan panjang tidak terhindarkan lantaran jalur tertutup penuh oleh truk Tanki Pertamina.

Kasatlantas Polres Cilegon AKP Yusuf Dwi Atmodjo mengatakan, truk Tanki Pertamina yang dikendarai Ardiansyah Syaik saat itu tengah membawa BBM jenis Pertamax dengan total muatan seberat 8 ton.

Saat truk tidak kuat menanjak, sopir berupaya untuk berhenti namun gagal, akibatnya truk mundur tidak terkendali dan berakhir melintang di tengah jalan.

"Lantaran tidak kuat akhirnya mobil Pertamina itu melintang," kata Yusup saat dihubungi melalui telepon genggam, Sabtu 18 September 2021.

Menyikapi adanya insiden itu, hal pertama yang ditangani Yusuf adalah kemacetan yang ditimbulkan oleh kecelakaan tersebut.

"Kami melakukan upaya Contra flow, sekarang kendaraan tersebut sudah mulai dievakuasi, barang dari trailer sudah dipindahkan ke mobil lain," ujarnya.

Saidin, warga Lebak Denok kepada wartawan mengatakan, tanjakan tersebut kerap memakan korban baik mobil berukuran besar maupun kendaraan pribadi.

Kata Saidin, persoalan pada jalur tersebut tidak lain tanjakannya yang terlalu panjang, menyebabkan mesin truk bertonase tinggi kehabisan tenaga.

"Rata-rata truk yang gagal sampai puncak tanjakan itu karena kehabisan tenaga," tuturnya.

Truk-truk yang kehabisan tenaga, biasanya karena terlambat mengambil ancang-ancang, selain itu saat hendak mencapai puncak tanjakan tidak bermanuver zig-zag.

Baca Juga: Best Build Floryn Full Support, Hero Baru Mobile Legends yang Diprediksi Jadi Langganan Pick

"Sopir yang telat ambil ancang-ancang, itu biasanya yang celaka. Lalu dia juga tidak zig-zag ketika tenaga truk mulai habis," ucapnya.

Terkait hal ini, Kepala Dinas PUTR Kota Cilegon Ridwan memberikan sejumlah saran bagi para pengguna truk yang hendak melintasi tanjakan JLS.

Saran pertama dia adalah memastikan agar berat angkutan tidak melebihi kapasitas kendaraan, sebab rata-rata mobil yang celaka akibat over kapasitas.

"Kalau mau aman, jangan bawa barang melebihi kapasitas truk," katanya saat dihubungi melalui telepon genggam, Sabtu 18 September 2021.

Ridwan pun menyarankan agar sopir memastikan mesin kendaraan dalam kondisi baik sebelum digunakan untuk aktivitas.

Sebab diduga penyebab lain sering gagalnya truk mencapai puncak tanjakan, itu karena kondisi mesin truk sudah harus dimaintainance.

"Periksa kelayakan truknya, masih layak tidak untuk mengangkut barang," ujarnya.

Menurut Ridwan, pada dasarnya tanjakan tersebut tidak bermasalah lantaran tingkat elevasi atau kemiringan jalan terbilang normal.

Baca Juga: Kondisi JLS Cilegon: Hujan Sebentar, Genangannya Berhari-hari, Ini Penyebabnya

"Kalau yang disalahkan adalah kemiringan jalan, itu kan kurang dari 20 derajat. Tingkat elevasinya masih normal," tuturnya.

Ridwan menilai, menurunkan elevasi jalan bukan solusi tepat lantaran akan menimbulkan persoalan lain, maka itu butuh kajian lebih dalam untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

"Kalau puncaknya diturunkan lagi, itu akan timbul maslaah lain. Di bagian atas itu kan perempatan, jadi kalau diturunkan akan mengorbankan lintasan lain," ucapnya.***

Editor: Yandri Adiyanda


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah