Peringati Tragedi Pengosongan Gedung Juang 45, Ini yang Dilakukan Budayawan Banten

- 22 September 2021, 17:25 WIB
Budayawan Banten Ibnu PS Megananda membacakan sebuah puisi berjudul 'Kekuatan Kedaulatan' peringati pengosongan Gedung Juang 45, di Kota Serang, Rabu 22 September 2021..
Budayawan Banten Ibnu PS Megananda membacakan sebuah puisi berjudul 'Kekuatan Kedaulatan' peringati pengosongan Gedung Juang 45, di Kota Serang, Rabu 22 September 2021.. /Kabar Banten/Rizki Putri

 

KABAR BANTEN - Seorang Budayawan Banten Ibnu PS Megananda membacakan sebuah puisi berjudul 'Kekuatan Kedaulatan' tepat di depan Gedung Juang 45 yang saat ini menjadi gedung Perpustakaan Daerah atau Perpusda Kota Serang.

Pembacaan puisi tersebut dalam rangka memperingati 'Tragedi Pengosongan Gedung Juang 45 pada 22 September 2020 lalu.

Seperti diketahui sebelumnya, Gedung Juang 45 yang masuk dalam daftar benda cagar budaya tersebut telah lama ditempati oleh Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Banten sejak puluhan tahun.

Namun, pada saat itu Pemerintah Kota (Pemkot) Serang meminta DHD '45 untuk mengosongkan sementara gedung karena hendak dilakukan revitalisasi.

Baca Juga: Revitalisasi Gedung Juang, Subadri Ushuludin: Jangan Sampai Mandek

Kalau kedaulatan itu hilang...
Maka hanya sebagai onggokan nama atau sebutan saja...
Yang mudah dihembus angin nakal...
Angin kesombongan...
Angin keangkuhan...
Angin keserakahan...
Angin kedhzoliman...

Teguhkan kedaulatan itu...
Sebuah keniscayaan kekuatan...

Sepenggal puisi Budayawan Banten Ibnu PS Megananda. Puisi yang dibuatnya sebagai bentuk keprihatinan terhadap kedaulatan yang saat ini kritis.

"Jadi manusia, bangsa, rakyat, maupun pemimpin itu harus berdaulat, harus memiliki kedaulatan," katanya, saat ditemui di Gedung Juang 45, Rabu 22 September 2021.

Baca Juga: Revitalisasi Ditarget Rampung Akhir Tahun 2020, Pemkot Serang Mulai Bongkar Gedung Juang 45

Menurut dia, kedaulatan perlu dimiliki oleh setiap manusia, terutama para petinggi daerah yang merupakan menjadi sosok atau panutan bagi masyarakatnya.

"Kalau kita tidak punya kedaulatan, maka akan terombang-ambing. Maka, saya menginginkan masyarakat Banten, khususnya Kota Serang agar memperkuat kedaulatan," ujarnya.

Menurut Ibnu, pengosongan Gedung Juang 45 yang dilakukan oleh Pemkot Serang kepada organisasi DHD 45 terkesan terlalu dipaksakan.

"Pengosongan itu suatu hal yang tidak lumrah, sebagai anak bangsa saya merasa perih. Karena gedung itu banyak bukti sejarah untuk mempertahankan kedaulatan, agar bangsa berdaulat," ucapnya.

Baca Juga: Kosongkan Gedung Juang 45, Wakil Wali Kota Serang Dihadang Pengurus

Menanggapi hal tersebut, Ketua DHD 45 Banten Mas Muis Muslich mengaku terkesan terhadap sikap yang dilakukan oleh Budayawan Banten Ibnu.

"Secara pribadi saya sangat terkesan. Karena dengan membuat sebuah karya puisi tersebut pak Ibnu telah mewakilkan perasaan kami," tuturnya.

Bahkan dia juga berencana untuk menetapkan tanggal 22 September sebagai 'Tragedi Pengosongan Gedung Juang 45 Provinsi Banten yang telah lama ditempatinya.

"Iya memang, karena itu sebuah tragedi menurut saya. Pemkot Serang memaksa kami untuk mengosongkan gedung tanpa memberikan solusi dan kami dianggap membangkang," ucap dia.

Baca Juga: Polemik Pengosongan Gedung Juang, DHD 45 Banten Jadi Perkarakan Pemkot Serang?

Padahal, Organisasi DHD 45 sudah menempati gedung tersebut jauh sebelum Kota Serang berdiri.

Maka, hingga saat ini rasa sakit dan kecewa Mas Muis masih membekas, meski tragedi pengosongan tersebut telah berlalu selama satu tahun.

"Karena kami ini, yang menempati gedung juang merupakan orang tua mereka (pejabat pemkot). Kami merasa mereka sama sekali tidak menghormati kami pada saat itu. Kami dipaksa untuk mengosongkan gedung dan dibiarkan begitu saja," katanya.***

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x