“Yang dikhawatirkan juga berpengaruh terhadap keselamatan transportasi dan masyarakat terutama pada saat Nataru,”tutur Dwikorita Karnawati.
Untuk memitigasi pada saat Nataru yang dikhawatirkan terjadi pergerakan transportasi dan pergerakan masyarakat, BMKG sejak Oktober lalu telah membentuk Brigade La Nina.
“Brigade La Nina ini sengaja kami siapkan dalam kondisi darurat yang tugasnya adalah mulai dari hulu hingga hilir. Hulu khusus mendeteksi dini secara metimetik dari data-data untuk mengetahui trend sinyal-sinyal ekstrem beberapa hari sebelumnya,” kata Dwikorita Karnawati.
Ia menambahkan, pihaknya akan menindak lanjuti dengan berkoordinasi baik Pemda dan juga pihak-pihak terkiait.
Selain itu, ada badai La Nina dan peningkatan curah hujan sampai 27 persen serta sering munculnya badai tropis. “Kami akan semakin memperketat monitoring di zona penyebranganm” ucapnya.
“Di lokasi penyebrangan sudah disiapkan tiga radar khusus arah kecepatan arus dan tinggi gelombang. Setiap detik, menit trend perubahan arus arah kecepatan dan gelombang dapat termonitor dengan baik,”katanya menambahkan.
Sementara itu, Kasi Data dan Informasi BMKG Serang, Tarjono, ketika dikonfirmasi mengatakan, informasi tersebut perlu disikapi dengan bijak.
“Kalau kata potensi kan memang kita tinggal didaerah rawan bencana. Jadi kemungkinan itu memang ada, tetapi kapan terjadinya kita juga tidak tau. Sejarah pun menyatakan kalo Banten ini pernah terjadi suatu bencana yang dahsyat,” kata Tarjono.
Di musim penghujan ini, potensi terjadinya Siklon Tropis di Selatan Jawa juga cukup besar. Setelah Siklon Paddy, terpantau juga bibit siklon 91S. Namun untungnya, tidak sampai jadi siklon.