Kali Cibanten: Kejayaan Transportasi Kesultanan Banten yang Kini Meluap dan Membanjiri Kawasan Banten Lama

- 1 Maret 2022, 20:20 WIB
Kali Cibanten yang meluap menyebabkan Kawasan Banten Lama terendam banjir Selasa 1 Maret 2022
Kali Cibanten yang meluap menyebabkan Kawasan Banten Lama terendam banjir Selasa 1 Maret 2022 /Kabar Banten/M Hashemi Rafsanjani/

KABAR BANTEN – Banjir yang melanda Kota Serang sejak Senin 28 Februari 2022 malam hingga Selasa 1 Maret 2022 salah satunya disebabkan meluapnya air di Kali Cibanten.

Hal itu diungkapkan Wali Kota Serang Syafrudin saat meninjau daerah-daerah yang terkena banjir. Selain luapan Kali Cibanten, arus air sungai juga diperparah dengan adanya luapan dari luapan sungai Sindangheula di Kabupaten Serang.

Kali Cibanten dalam beberapa tahun menjadi perhatian kalangan aktivis lingkungan dan akademisi. Dalam catatan Kabar Banten pada 1 April 2019 sejumlah rektor universitas di Kota Serang mencanangkan pembentukan Forum Perguruan Tinggi Peduli Kali Cibanten.

Baca Juga: Tiga Kecamatan di Kabupaten Serang Terendam Banjir, BPBD Kesulitan Gerak Kantor Terkepung Banjir Kota Serang

Tujuan dari forum ini, yakni  menjadikan Kali Cibanten menjadi bersih seperti di masa lalu, dimana kali Cibanten menjadi sumber peradaban, perdagangan dan lain sebagainya.

Pembentukan forum ini didasari kondisi aliran kali Cibanten yang sangat buruk, kumuh dan kotor. Kalangan kampus berupaya memberikan edukasi dan membawa perubahan kepada masyarakat sekitar untuk menjaga lingkungan dan bisa memberikan kesadaran kepada masyarakat dalam merawat sungai Cibanten.

Bagaimana sejarah Kali Cibanten? Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kali Cibanten merupakan jalur transportasi Kesultanan Banten. Pemanfaatan jalur sungai tersebut telah berlangsung sejak Banten masih di bawah Kerajaan Sunda dan tetap berlangsung hingga Banten menjelma menjadi kesultanan.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Kota Serang Dikepung Banjir, Diguyur Hujan Deras Sejak Dini Hari

Untuk mendukung kelancaran transportasi air, dibangun pula kanal-kanal. Perkembangan ini mencapai puncaknya pada abad XVIII dimana kota dan sekitarnya banyak dilalui kanal sungai yang dapat dilayari perahu (Michrob, 1993: 78).

Halaman:

Editor: Maksuni Husen

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x