"Kalau kita lihat dari pemantauan emisi gas SO2 ini terjadi peningkatan dimana 15 April fluk SO2 dikeluarkan 6 ton perhari. Kemudian 17 April meningkatkan 181 ton per hari. Terakhir 23 April melonjak 9000 ton per hari," tuturnya.
Sehingga melihat kondisi tersebut dari hasil evaluasi semua aspek kebencanaan yang mungkin diakibatkan erupsi GAK tersebut ada kecenderungan akan meningkat.
"Kita tidak pernah bisa memprediksi gunung kita lihat pola kecenderungan meningkat itu yang menjadi dasar sehingga pada 24 April 18.00 badan geologi ditandatangi oleh kepala badan geologi menaikan status aktivitas GAK dari level II waspada jadi III siaga," katanya.
Dimana rekomendasi yang disampaikan tidak boleh mendekati GAK dalam radius 5 Kilometer dari kawah aktif.
Masyarakat yang tinggal diluar radius 5 kilometer tetap tenang tidak panik dan selalu update informasi kebencanaan dari informasi resmi.
"Badan geologi berkoordinasi dengan BNPB, BPBD dan BMKG. Karena terdapat bahaya potensi sekunder dari aktivitas erupsi GAK adalah bahaya longsor dari tubuh GAK seperti tahun 2018," tuturnya.
Tapi kata Hendra mengingat kondisi tubuh GAK masih kecil potensi itu kita harapkan masih kecil.
Kedepan kita akan evaluasi terhadap Kondisi tubuh GAK terutama bahaya sekunder tersebut dengan menggabungkan pengamatan baik secara gunung api maupun gerakan tanah, karena gerakan tanah adalah jadi tanggung jawab mitigasi badan geologi.
Hendra juga mengatakan dalam kaitan dengan potensi bahaya saat ini adalah jarak dalam radius 5 Kilometer dari pusat GAK