Pulosari Sumbernya Mata Air Se-Banten

- 14 November 2018, 19:30 WIB
gunung pulosari pandeglang
gunung pulosari pandeglang /

KABAR BANTEN - Gunung Pulosari sebagai hutan lindung terletak di Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang memiliki banyak kekayaan alam. Selain hutannya yang lebat, di sana juga terdapat beragam satwa yang sampai sekarang masih asli keberadaannya.

Tokoh masyarakat Pandeglang juga sebagai anggota Fraksi PPP DPRD Pandeglang, Tjetjep Munadjat mengatakan, gunung tersebut memang masih murni keberadaannya. Selain hutannya yang lebat, di sana juga terdapat sebuah sumur yang disebut "Cai Sakadomas". Kenapa sumur di puncak Pulosari sampai diberi nama Cai Sakadomas.

Tjetjep mengatakan, legenda menyebutkan bahwa sumur tersebut ibarat gentongnya atau sumber mata air se-Provinsi Banten. "Jadi sudah pasti, jika Pulosari itu gundul, maka Banten bisa dilanda kekeringan," kata Tjetjep Munadjat kepada Kabar Banten, Selasa (13/11/2018).

Politisi PPP ini pernah menginjakkan kakinya ke Sumur Sakadomas di puncak Gunung Pulosari pada tahun 2005. Waktu itu dia berangkat ke puncak Pulosari bersama salah seorang peneliti konservasi dan ditemani oleh orang Baduy.

"Ya, jaraknya cukup jauh, sekitar 7 kilometer dari Cilentung, Kecamatan Pulosari. Memang jarang sekali orang bisa sampai ke sumur itu, karena memang masih kuat magnet mitosnya. Ya, cukup bagus pemandanganya di sana, padahal sumur itu memiliki diameter berukuran 5 meter. Kalau kedalamannya sih saya tidak tahu, namun yang jelas air di puncak Pulosari itu tidak pernah habis," ujarnya.

Hasil pengalamannya waktu pernah dibukukan, bahkan pernah diusulkan ke Bupati Pandeglang waktu itu, H. Dimyati Natakusumah agar dibangun wisata alam Pulosari. Namun sampai sekarang, rencana itu belum juga terlaksana.

Menurut dia, Gunung Pulosari harus dijaga dan dilestarikan. Karena alamnya masih murni, bisa saja wisata itu dikunjungi orang, namun tetap harus diantar pemandu. Jangan sampai seperti kejadian enam mahasiswa tersesat di puncak Pulosari, karena tidak hafal jalur.

"Alam Pulosari itu kan luas, orang bisa lewat jalur Mandalawangi, jalur Menes dan jalur Saketi. Bahkan, Pulosari juga bisa dilintasi lewat jalur Padarincang, Serang. Jadi wajar jika ada pendaki yang tersesat selama dua hari di sana," ucapnya.

Sementara itu, lanjut Tjetjep, keindahan wisata Pulosari memiliki daya tarik tersendiri. Karenanya, tak heran jika gunung tersebut banyak disinggahi para pendaki. Sebab, selain udaranya sejuk juga kalau berada di puncak gunung, setiap orang bisa melihat hamparan pemandangan kota Pandeglang dan Serang.

Namun seiring dengan fenomena alam, saat ini pengelola gunung tersebut masih menutup jalur pendakian yang melintasi rute Cilentung, karena ada keretakan pada bagian kawah. Meski kajian penelitian menyatakan gunung tersebut bisa dikunjungi dengan catatan tidak melintasi jalur dekat kawah, namun pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan perhutani belum membuka jalur pendakian, karena masih menunggu surat hasil kajian yang benar-benar menyatakan lokasi Pulosari aman untuk dikunjungi pengunjung.

Ketua Yayasan Balaputra Salakanegara Mandalawangi, Cakra Widiantara memastikan jalur pendakian via Cihunjuran belum layak dilalui umum, karena jalur tersebut masih terjal dan belum memiliki arah petunjuk jalan. Ia mengatakan, untuk bisa dilintasi pengunjung atau pendaki umum, jalur pendakian harus sudah memenuhi rekomendasi kelayakan dan kenyamanan. Sebab jika tidak akan membahayakan bagi pengunjung tersebut.

"Ada beberapa hal yang harus diperhatikan kalau jalur tersebut bisa dilewati. Salah satunya dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung dan itu penting bagi sebuah tempat pariwisata," tutur Cakra Widiantara saat ditemui di Kedai Salaka Mandalawangi, Senin (12/11/2018).

Menurut dia , alasan sampai saat ini jalur tersebut belum dibuka, karena kelayakan untuk dilewati pendaki belum terjamin. Selain itu, harus direkomendasikan dari tim ahli penakluk gunung yaitu Wanadri.

"Alasan belum dibukanya jalur Cihunjuran, karena belum selesai dibuka sama Wanadri. Beberapa rekomendasinya yakni alat penangkal petir, patok atau petunjuk jalan, kemudian medan yang dilalui harus mudah dilalui. Kemarin kan belum selesai, ini konteksnya untuk gunung, jadi harus benar-benar aman," ucapnya. (Endang Mulyana)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah