Nelayan Banten Hadapi Berbagai Masalah, Akademisi Untirta Beri Saran, Ini yang Disampaikan

- 1 Maret 2023, 16:29 WIB
Akademisi Untirta Adi Sutanto menyampaikan saran terkait berbagai permasalahan yang dihadapi nelayan Banten.
Akademisi Untirta Adi Sutanto menyampaikan saran terkait berbagai permasalahan yang dihadapi nelayan Banten. /Dokumen Adi Sutanto

Seharusnya kata Adi, ada pengaturan zonasi. Dimana ada area atau zona tertentu yang memang dijadikan daerah khusus dan tidak boleh digunakan aktivitas lain kecuali untuk perkembangbiakan ikan dan aktivitas nelayan.

“Lalu ada zonasi tempat memijah dan mencari makan, itu juga harusnya dilindungi. Sehingga, Teluk Banten itu tetap bisa menjamin proses regenerasi atau pemulihan sumber daya ikan secara alami dan stok-ikannya tetap terjaga. Sehingga dengan stok yang sehat, diatur pemanfatan ruangnya, maka profesi nelayan pun tetap bisa terlindungi,” katanya.

Kemudian soal alat tangkap ikan yang dilarang lanjut Adi, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dan Laut Lepas Serta Penataan Andon Penangkapan Ikan, salah satu contohnya, adalah jaring tarik berkantong atau masyarakat biasanya menyebut jaring apolo.

“Sebenarnya jaring tarik berkantong boleh digunakan dengan catatan ukuran mata jaring pada bagian kantongnya ≥2 inci dan menggunakan mata jaring berbentuk persegi (square mesh), panjang Tali Ris Atas ≤40 meter, dan panjang tali selambar ≤300 meter untuk setiap sisi, dan kapal motor berukuran >5 sd 10 GT. Daerah penangkapannya harus berada pada Jalur Penangkapan Ikan II (4-12 mil) di WPPNRI 712, termasuk di dalamnya perairan Teluk Banten” katanya.

 

Terakhir, Adi Susanto menyarankan agar Pemprov Banten juga menguatkan pemahaman dalam hal manajemen keuangan bagi para nelayan Banten.

“Memang nelayan punya karakteristik sosial ekonomi yang berbeda dengan masyarakat lain. Jadi ketika musim puncak, nelayan akan dengan mudah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah kemudian mudah jual. Tapi disisi lain ketika musim barat atau paceklik, nelayan tidak bisa ke laut karena cuaca tidak mendukung. Pada akhirnya, nelayanpun harus berhutang untuk dapat bertahan hidup” katanya.

Baca Juga: Laut Tercemar, Tangkapan Ikan Berkurang, Nelayan Banten Meringis Sedih, DKP Banten Beri Pejelasan Ini

Salah satu metode untuk memperkuat pemahaman dan manajemen keuangan nelayan menurutnya dengan memperkuat peran koperasi nelayan. Melalui koperasi, nelayan harus dibiasakan untuk untuk menabung, tidak harus dalam bentuk uang, namun dapat dalam bentuk ikan atau hasil tangkapan lainnya yang kemudian diharga sesuai dengan harga pasaran ikan.

Halaman:

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah